MOON & EARTH (SEQUEL OF THE ASTRONAUT)

1.3K 103 18
                                    


"Seonsaengnim!" Teriak seorang anak dengan usia enam tahunan kepada guru kesayangannya.

"Iya Binie." Jungkook. Guru kesayangan semua murid dari keluarga kurang beruntung itu menjawab dengan lembut panggilan anak didiknya.

"Lihat Binie menggambar apa!"

Lelaki berwajah tampan sekaligus cantik tersebut mencermati sebuah lukisan amburadul namun menyiratkan banyak impian di dalamnya.

"Ini bulan, yang ini bintang lalu ini bumi dan lihat ini Binie. Yeayyy."

"Kok binie ada di antara bulan dan bintang? Memangnya Binie bisa terbang?"

"Ih seonsaengnim ini bagaimana sih, ini kan Binie sedang jadi astronot. Jadi Binie bisa pergi ke bulan!"

Jungkook terdiam, impian ini ?

Ingatannya kembali pada seorang yang sangat ia cintai yang sampai detik ini tak tau dimana raganya berada.

"Seonsaengnim seonsaengnim!!" Murid lain berteriak membuyarkan lamunan yang hampir saja membuat Jungkook meneteskan air matanya.

"Seonsaengnim ada yang mencarimu!"

Jungkook pun beranjak dan menghampiri sumber suara. "Terimakasih Sani. Sekarang Sani ke sana dulu ya, belajar bersama yang lainnya." Perintah Jungkook pada gadis cantik malang yang telah di tinggalkan begitu saja oleh kedua orang tuanya. Untunglah kini ia telah mendapat rumah yang layak, yaitu di yayasan panti asuhan sederhana yang didirikan oleh Jungkook dan beberapa teman seperjuangannya.

"Maaf, permisi. Ada yang bisa saya bantu?"

Jungkook menyapa seorang pria yang mengenakan jaket hitam dengan kerah setinggi dagu ,kacamata lebar dan hitam persis kacamata yang digunakan oleh detektif-detektif profesional, tidak lupa topi berwarna putih yang terlihat seperti....

Tunggu....

"Topi ini?" Jungkook bergumam, ia berusaha mengingat sesuatu.

Beberapa detik berlalu dan matanya kian melebar saat ingatannya mengembalikan sebuah puing memory masa lalu. Jantungnya beredebum tak karuan, dan perlahan air matanya menetes.

"S-seokjin?"

Pria bertopi tersebut mengangkat wajah, membuka resleting jaketnya dan menanggalkan kacamata hitamnya menyisakan wajah tampan yang sangat dirindukan oleh Jungkook.

"Hhhhh, Se-okjin." Jungkook limbung. Untung saja dengan cepat Seokjin menangkapnya. Tak dipungkiri ia sangat bahagia bisa melihat kekasihnya saat ini. Seorang yang ia nantikan kehadirannya selama hampir lima tahun.

"T-tidak mungkin, ini pasti halusinasi. Dimana tas ku? Obat? Dimana obatku?" Jungkook terserang panik, dengan gelisah ia bergumam sendiri berusaha menemukan obat yang rutin diminumnya tiga tahun belakangan ini.

"Koo." Suara lembut Seokjin menginterupsi membuat Jungkook kaku.

Jungkook mengangkat wajahnya, sekali lagi ingin memastikan jika apa yang ada di depannya saat ini adalah hal nyata, bukan delusi nya semata.

Tangan kanan terangkat, ia mencoba menyentuh. Jika memang benar ini Seokjinnya, maka itu tidak akan hilang dengan sentuhan.

"Ini aku Koo, Seokjin. Bulanmu. Aku pulang." Tangan kiri Seokjin ikut meraih sebelah tangan Jungkook yang sedang mengelus pipinya.

"Seokjin, hwaaaa Seokjin." Tak peduli dengan tatapan murid-muridnya pagi itu, Jungkook memeluk Seokjin erat dan menangis sejadi-jadinya seakan ia bisa menumpahkan seluruh beban yang ia tanggung bertahun-tahun karena telah mengira kehilangan sosok orang yang paling dicintainya.

*****

Flashback on....

"Semuanya sudah selesai prof."

"......"

"Pulang? Baik prof. Kami akan mendaratkan pesawat sejenak, setelah itu saya dan teman-teman akan bersiap untuk kembali ke bumi."













*****

"Bagaimana mungkin bisa seperti ini? Jadi kalian tidak akan mengakui bahwa saya telah berhasil menyelesaikan tugas yang tidak bisa diselesaikan oleh astronot dari Amerika Serikat sebelumnya hanya karena saya tidak berasal dari negara ini? Ini tidak adil prof."

"Hanya itu pilihanmu, kamu akan bekerja selamanya disini, berganti identitas sebagai warga negara Amerika Serikat dan kami akan mengumumkan berita kematian mu ? Atau kamu memilih pulang ke negaramu tanpa keberhasilan apapun kecuali keikutsertaan mu menginjakkan kaki di berbagai satelit di luar angkasa?"

"Ini konyol, saya tidak akan memilih keduanya. Bukan karena saya gila akan apresiasi banyak orang, tapi saya memiliki seseorang yang penting dalam hidup saya dan sedang menunggu kabar tentang keberhasilan saya prof."

Setelah perdebatan sengit antara Seokjin dengan salah satu profesor yang merupakan ketua dari proyek luar angkasa yang dilakoni Seokjin, akhirnya Seokjin menyerah. Tidak, lebih tepatnya dipaksa untuk menyerah. Lima orang berbadan tinggi tiba-tiba saja mendekati nya, ada yg memegang tangannya, dan ada juga yang membekap mulutnya. Ia dibawa dan disekap di sebuah ruangan dengan tembok besi yang kedap suara.

"Ini gila, apa-apaan ini? Kenapa mereka seperti ini? Aaaarrrghhhh, keluarkan aku! "

Flashback off...

*****

"Jadi seperti itulah ceritanya. Sampai pada akhirnya di tahun ke tiga, seorang warga Korea yang baru saja dipekerjakan di pusat penelitian luar angkasa Amerika Serikat, mengetahui ada suatu keganjalan dengan peristiwa yang ku alami. Dengan sadar ia mencari informasi akan kejadian beberapa tahun lalu saat dikabarkan bahwa pesawat luar angkasa yang aku kendarai telah hilang kontak.

Selama hampir dua tahun setelah mereka berhasil menemukan fakta bahwa aku belum meninggal, terjadi perang dingin antar pemerintahan dalam ,AS dan Korea Selatan. Banyak negosiasi yang mereka lalui tapi tak pernah berujung menemukan titik terang. Mereka masih enggan mengembalikan ku pada pemerintah Korea Selatan.

"Lalu bagaimana bisa sekarang kamu ada disini Jin hyung?" Jungkook yang semula telah tenggelam dalam dekapan hangat sang kekasih, kini merenggangkan pelukannya guna memenuhi rasa penasarannya terhadap jawaban yang akan diberikan oleh kekasihnya.

"Ya, karena kami berhasil. Kami menang. Walaupun tetap tidak akan ada pengakuan atas pencapaian ku, tapi setidaknya aku sudah bisa pulang. Iya. Aku pulang Koo. Bulan pulang. Bulan telah kembali pada buminya." Seokjin mengeratkan kembali pelukannya dan tak berhenti mengucapkan kata 'aku pulang'. Ada sedikit air di ujung matanya. Rindu belum sepenuhnya hilang. Namun waktu yang dibutuhkan untuk mengobatinya tidak akan lagi terenggut oleh siapapun.



*****



Begitulah kisah cinta Seokjin dan Jungkook. Jangan pernah bicara bahwa takdir mempermainkanmu, karena sesungguhnya takdir tengah mempersiapkan yang terbaik untukmu.

-Moon & Earth-















Hehhehe gimana? Happy ending kan? Sebenernya aku nungguin antusias kalian lebih dari ini di chapter sebelumnya, tapi ternyata cerita-cerita seperti ini tidak terlalu menarik peminat. Tapi tak apa, untuk kalian yang suka cerita-cerita romance, ini hadiah untuk kalian dari Jinkook. 💜

Sampai ketemu di chapter selanjutnya..... Saranghae Jinkookie.

One shot - AU JINKOOKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang