***
Kenapa kepala gue jadi muter-muter?
Hana mengerjapkan matanya beberapa kali saat merasakan dunia di sekitarnya berputar. Tubuh Hana terhuyung ke belakang karena hilang keseimbangan, tapi sebelum tubuhnya menghantam lantai jalur bawah tanah kota Sapporo sebuah tangan menariknya dan membantunya untuk tetap berdiri.
"Lo kenapa?"
"Gue agak pusing." Hana memejamkan matanya lebih lama dan berharap pemandangan di sekitarnya kembali normal saat membuka mata.
"Udah makan?" tanya Matt dan Hana menjawab dengan menggelengkan kepalanya.
Matt memapah Hana ke bangku terdekat dan memintanya untuk beristirahat. Lebih baik membantunya sebelum pingsan karena setelah Hana kehilangan kesadaran segalanya akan lebih merepotkan. "Tunggu di sini sebentar. Jangan pergi."
Emangnya gue bisa pergi ke mana? Kepala gue lagi nyut-nyutan begini juga. Udah gitu perut gue keroncongan dari tadi. Kalau pun pergi palingan juga pergi cari makanan yang murah.
Matt pergi meninggalkan Hana setelah mengatakan perintah yang tidak lengkap. Barapa lama dia pergi? Pergi ke mana? Untuk apa? Semuanya tidak jelas.
Hana merasa ditinggalkan begitu saja seperti anak kecil yang dibuang. Anak kecil saja akan menangis saat sadar kalau dirinya ditinggalkan sedangkan Hana tidak bisa melakukan itu. Menangis hanya akan membuang waktu dan tenaganya dengan sia-sia.
Hana tidak berharap Matt akan kembali meskipun cowok tampan yang diragukan kebaikannya itu berpesan jangan pergi. Hana duduk di bangku itu bukan karena menuruti perintah Matt, tapi karena sedang mengistirahatkan tubuhnya sebentar. Tidak ada gunanya berlama-lama di sini, lebih baik Hana segera kembali ke hotel untuk tidur setelah membeli ramen atau bento di konbini lalu melanjutkan misinya besok. Hana tidak bisa melakukan semua itu jika kesehatannya memburuk.
Suasana Stasiun Odori yang ramai oleh lalu lalang penduduk dan wisatawan membuat Hana semakin penat dan ingin meninggalkan tempat itu secepatnya. Hana melepaskan ikatan rambutnya untuk mengurangi tekanan di kepalanya. Biasanya cara ini selalu berhasil mengurangi tekanan di kepalanya, tapi kali ini tidak. Hana sadar kalau pusing di kepalanya berasal dari perutnya yang belum diisi makanan.
Gue liat di Youtube ada aja orang Indonesia yang datang ke Sapporo Winter Festival dan buat vlog, tapi kenapa sampai hari ini gue belum liat sama sekali? Apa tahun ini nggak ada yang datang?
"Makan dulu."
Ketika Hana berkutat dengan pikirannya, Matt datang dan dengan sengaja menunjukkan semangkuk nori miso soup tepat di depan wajah Hana. Mangkuk sup itu berpindah tangan. Hana mendekatkan sup itu ke hidungnya untuk menghirup dalam-dalam aroma gurih yang membuat perutnya keroncongan, minta diisi saat itu juga.
"Thanks. Gue makan ya."
Meskipun rasanya ingin segera melahap sup itu, tapi Hana masih bersikap sopan untuk menarik simpati cowok ganteng di sebelahnya. Semoga saja dia merasa kasihan melihat Hana yang kelaparan lalu meminjamkan uangnya. Hana tidak keberatan kalau harus memberikan jaminan gelang kesayangannya yang saat ini tersimpan dengan aman di saku jaket bersama dengan passport-nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Will You Remember Me?
Fiksi UmumYokoso Japan! Hana sangat senang, mimpinya untuk melihat salju dan makan Pocky semua rasa di negara asalnya terwujud. Segala rencana Hana berjalan lancar hingga satu kejadian tak terduga membuat liburannya berantakan. Ia nyaris menjadi gelandangan. ...