Sewaktu kecil, ibuku pernah bilang kalau imajinasiku terlalu aktif. Ia bertanya dari mana datangnya gambar-gambar di bukuku dan aku tak bisa menjawab, karena dia muncul begitu saja di dalam kepalaku. Sebaliknya, ketika Amelia meminta cerai, ia menuduhku tidak pernah memperhatikan hal-hal kecil, tidak peduli dengan lingkungan, tidak pernah memahami dirinya. "Kau hidup dalam duniamu sendiri," katanya sambil menangis. Sekarang dengan mengandalkan indera kesadaranku, aku berusaha menajamkan imajinasi dengan memperhatikan lingkungan.
Aku merasa ada seseorang di rumah itu yang entah mengapa membuatku selalu ingin menatap ke dalamnya. Kubayangkan telah terjadi pembunuhan di sana. Mungkin suami membunuh istri atau istri membunuh suaminya, atau mungkin telah terjadi perampokan yang menewaskan seluruh keluarga, atau bisa jadi ada peristiwa bunuh diri yang akhirnya membuat rumah itu berhantu.
Aku tetarik dengan cerita semacam itu. Cerita kejahatan lebih mengesankan daripada cerita kebaikan. Kejahatan lebih mudah dipamerkan dan lebih gampang memberi kesan dari pada kebaikan. Seperti kasus polisi koboy yang membunuh ajudannya. Kasus itu bisa membuat semua orang menoleh, membicarakannya, menelaahnya dengan postulat masing-masing. Dan sialnya kasus itu seperti tak ada habisnya diulas. Kejahatan memang memiliki tempat-semakin banyak yang mengutuk semakin lama ia bertahan.
Aku bertanya tentang rumah itu pada Eka ketika ia mengunjungiku Sabtu siang. Kami duduk di teras sambil menatap rumah itu meski terhalang pohon rambutan. Sayangnya Eka ternyata tidak tahu banyak.
"Gue lupa nama pemiliknya. Yang gue tau, ada anak yang meninggal di rumah itu. Entah dibunuh atau bunuh diri. Simpang siur ceritanya. Kata orang sini, sih, kejadiannya udah lama banget, kasusnya mungkin udah ditutup."
"Kenapa ditutup?"
Eka mengembuskan asap rokoknya. "Kalau dipastikan kasus bunuh diri, mungkin langsung ditutup. Yang banyak gue denger sih emang bunuh diri." Eka menghela napas yang terdengar berat. "Anak tunggal, katanya. Anak albino menurut cerita orang-orang."
"Depresi?"
"Ada juga yang bilang anak itu dibunuh ayahnya karena malu atau karena gangguan mental. Gue juga nggak paham, Na. Semua cerita gue dapet dari istri. Nggak pernah lengkap."
Albino. Anak albino biasanya minder, apalagi tinggal di lingkungan yang tidak baik. Bisa jadi ini awal depresi. Lahir berbeda memang menyebalkan. Sewaktu aku dianggap aneh di sekolah karena gambar-gambar monster yang kuciptakan, guru-guru sering memandangku dengan ekspresi takut, teman-teman menghindariku, dan aku merasa menjadi alien di muka bumi. Ketika besar, dan tidak mau dianggap aneh, aku menyibukkan diri dengan masuk club karate. Aku tidak mau keanehanku menjadi sasaran empuk para pembully.
"Lu ngapain mikirin rumah itu? Rumah kosong kan biasa kaya gitu. Selalu saja ada cerita dasyat dengan banyak Ajinomoto. Udahlah, mending lu mulai nulis punya Pak Ahmad."
"Kenapa lu beli rumah yang pas di sini?" tanyaku tak menghiraukan tatapan sebalnya. Sebaliknya aku malah menatap rumah itu.
"Lu takut sama rumah itu?" Eka mengerling.
"Iya," jawabku sambil menyruput kopi, tapi tak mengalihkan pandanganku. Tetap ke depan. "Takut kalo tulisan si Ahmad jadi cerita pembunuhan." Aku nyengir.
"Coba aja kalo berani. Udah sampai mana?" Eka tampaknya mulai khawatir.
"Gue butuh buku-buku politik, Ka. Minimal buat ngambil diksi politis buat ngelancarin kalimat. Kadang si Ahmad ini make kata-kata ajaib. Di mana gue bisa dapet buku kaya gitu?" Mengandalkan rekaman saja tidak cukup untuk membeberkan kisah hidup si Ahmad Buyani ini. Aku butuh lebih banyak bahan riset tentang struktur pemerintahan dan seluk beluk di dalamnya.
"Gue ada buku-buku kaya gitu. Milik dosen sospol. Nanti gue bawain. Butuh apa lagi?"
"Butuh hiburan!" Aku mengedikkan bahu. Aku juga berharap ada tempat hiburan semacam kafe atau bar dan tentu saja perempuan. Aku mencoba mengingat-ingat kapan terakhir kali aku bercinta, tampaknya sudah lama sekali. Terakhir aku melakukannya dengan pelacur yang kutemui di salah satu bar di Jakarta. Dan itu menjadi pengalaman yang sangat mengecewakan.
