04.

651 72 20
                                    

Kwak jabanal nop jibi jone~
nomami nol nop jibi jone~
sei wat yu wan~

"YEY PULAAAAANG!!!”

.

.

.

.

.

.

“Huh, lama.” keluh Rafa yang kini tengah duduk di bangku halte dengan mengayunkan kakinya.

Kini kelima cucu Elzhatar itu tengah menunggu Rendra—sang Daddy—untuk menjemput, seperti yang Aksa katakan pada Kevin lewat chat.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Farel coba chat Daddy dek, udah sampe mana? Kalo masih nantian kita ke Mcd dulu aja buat makan siang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


“Farel coba chat Daddy dek, udah sampe mana? Kalo masih nantian kita ke Mcd dulu aja buat makan siang.” Suruh Kevin pada adik sepupunya itu. Farel pun menurut, mengeluarkan ponsel samhung Z flipnya dan mulai menchatting Daddynya itu.

(tolong abaikan jamnya😭😭)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(tolong abaikan jamnya😭😭)

“Beluman kak. Daddy masih meeting, kita disuruh makan dulu.” Ucap Farel. Ia kembali memasukan ponselnya kedalam saku celana.

“Yaudah ayok dah. Laper gue.” Ajak Jendral. Ia mengelus rambut Rafa yang bersandar pada bahunya.

“Abang, pusing...” Ucap Rafa. Ia memejamkan matanya.

“Nah 'kan. Buru pesen backcar aja dah, Pin. Kalo jalan ntar adek makin pusing ini kena panas.” Suruh Jendral pada kembarannya itu. Kevin yang malas berdebat mengiyakan saja.

“Adek Keenan udah laper belom?” Tanya Jendral pada adik sepupunya itu.

“Udah, tapi bisa ditahan kok. Kan lagi pesen backcar.” Jawab Keenan. Ia mengangguk lucu. Jendral pun mengelus rambut Keenan dengan tangan satunya.

“Nah, Drivernya ntar lagi sampe. Adek masih kuat kan?” Kevin berjongkok di depan Rafa yang sudah mengeluarkan keringat dingin dan berwajah pucat.

“Huum! Kuat kok, kan bentar lagi mau mam, hehe.” Rafa menunjukkan senyum kotaknya, menandakan bahwa ia masih kuat.

“Yaudah, kakak gendong yuk? Atau mau sama Jendral?” Tawarnya. Rafa pun tampak berpikir. “Gausah kakak. Adek masih kuat jalan.”

“Udah ntar gue gendong. Sini pangku-pangku.” Jendral memindahkan Rafa ke pangkuannya. Membuat Kevin terkekeh melihat adiknya yang tenggelam dalam pelukan Jendral.

Tak lama kemudian, driver backcar yang Kevin pesan pun sampai. Mereka pun menaiki mobil tersebut dan menuju Mcd.

.

.

.

Jam sudah menunjukkan pukul 5 sore. Farel dan Keenan langsung ikut pulang dengan Rendra, sedangkan Rafa tetap tinggal bersama kedua kakak sepupunya.

Kini ia tengah menyandar pada sofa sembari menonton film kartun yang sudah disetel oleh Kevin. Mulutnya tak berhenti menyesap susu dari botol khusus yang dibelikan oleh Aksa. Sedangkan si kembar tengah bermain game mobile bersama dengan Farel. Oh, dan jangan lupakan jika mereka sangat berisik karena melakukan on mic.

“Ih kakak! Abang! Berisik tauu, suara dora nya gak kedengeraaaan.” Rengek Rafa pada kedua kakaknya itu.

“Duh iya, maaf adek—EH WOI ANJENG BANTUIN GUE GOBLOK!”

“Gausah ngomong kasar bego!”

“Lo pa bedanya kepin tulil!”

Berakhir dengan Rafa yang cemberut dan membesarkan volume tv. ‘Apakah kau melihat babi? Dimana? Aku tidak bisa menemukannya. Dimana? Katakan lebih keras! Dimana?”

“Itu di belakang rumaaah, ih! 'Kan tadi udah dibilang. Dasar budeg!”










Tbc

boring gak sih? hampir gue unpub ini cerita 🙂 karena aseli gwehj kehabisan idea huh hah

btw cara ngubah tanggal di komen itu gimana sih, masa tiap liat komen isinya Jan 1, 1970 mulu, belom lahir woe 😭😭

stres akuu, dahlah, bye!

Elzhatar FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang