06. []

702 66 9
                                    

Saat ini Jendral, Kevin dan Rafael yang berumur 5 dan 3 tahun tengah berbelanja bersama Aksa.

Aksa sengaja membawa mereka agar mereka kenal dengan benda-benda disekitarnya. Contohnya saat ini, Mereka tengah berada di bagian buah-buahan. Aksa akan memberikan clue untuk buah-buahan yang ia inginkan, dan membiarkan para anak-anak yang mengambilnya.

"Hmm, Papi mau buah yang bahasa inggrisnya Orange. Kemarin udah belajarkan sama Daddy? Coba kasih tau Papi, buah yang bahasa inggrisnya Orange tuh apa." Maka dengan begitu, Jendral, Kevin, dan baby Rafa langsung menuju tempat buah-buahan yang menurut mereka adalah bahasa inggrisnya Orange.

Setelah 2 menit, mereka kembali. Menunjukkan pada Seokjin buah yang mereka bawa.

"Jendral, yang Jen pegang itu namanya Wortel. Kalo wortel makanan kesukaan siapa? Hayo siapa yang tau?" Aksa memberitahu bahwa yang dibawakan oleh Jendral adalah salah dan membenarkan nama buah yang Jendral bawa.

"Adek! / Jen! / Kevin!"

Seokjin terkekeh. Lantas mengecupi gemas pipi ketiganya.

"Yaudah, jawab barengan aja. 1 , 2 , 3!―"

"Kinci! / Rabbit! / Jendral!"

Tak sampai 10 detik, tawa Aksa terdengar. "Kevin, yang ayah tanya 'siapa' itu nama hewan. Bukan siapa diantara kalian siapa yang suka. Kayaknya cara ayah nanya yang salah ya? Tapi gapapa, Jendral bagus karena suka wortel." Seokjin mengusap rambut Kevin, Jendral dan Rafael.

"Nah, karena buah dan sayur yang kalian bawa udah dipegang, sekarang taro di keranjang sini. Kita mam es krim yuk? Tapi abis bayar ini dulu ya. Abang Vin pegang tangan adek-adeknya, Jendral sama Afa jangan lepas tangan abang Vin ya?" Ketiga balita itu mengangguk serempak. Lantas berjalan bersama sambil berpegangan tangan.

.

.

.

"Kita pulang!" Aksa masuk diikuti para balita dibelakangnya yang membawa kantung plastik berisi mainan masing-masing. Aksa bilang, itu sebagai hadiah atas jawaban benar mereka tadi saat tebak-tebakan benda.

Roger dan Nara sedari kecil sudah menerapkan pada diri mereka, bahwa usaha sekecil apapun patut diberi apresiasi entah dalam bentuk apapun. Karena itu Aksa membelikan mainan pada anak-anaknya. Atau terkadang tepukan tangan, atau apapun itu bentuk dari apresiasi.

Jadi mereka pun sudah dapat dihargai dan menghargai.

"Mana anak gue?" Tanya Samuel yang barusaja turun dari tangga. Tampak sekali bahwa ia baru pulang dari kantornya; tampak dari setelan jas yang belum diganti.

"Coba lo liat-liat, kira-kira dimana anak lo?"

Samuel hanya nyelonong melewati Aksa. Lantas ia langsung saja menggendong Rafael yang tampak sedikit kesusahan membawa boneka Teddy bear nya.

Samuel mengecup pipi sang anak. Dan menggantikan Rafael membawa bonekanya.

"Sudah bilang terimakasih?"

"Um!"

"Kenapa bisa dapat hadiah? Habis melakukan sesuatu?"

"Iya! Tadi adek, bangbang vin, telus Jenjen jawab-jawab tebaknya papi. Aya tau ndak, buah-buah yan basa ingglisnya Olange?"

"Ayah gak tau. Emang buah apa?" Samuel menyingkirkan poni yang memasuki mata anaknya. Membiarkan Aksa dan dua ponakannya pergi dari tempatnya dan ketempat masing-masing.

"Jeluuuuuk! Adek ssama bangbang betul, tapi-tapi Jenjen ndaaaak. Jenjen malah bawa callot! yan mam buat kinci-kinci itu Ayaa."

Samuel mengangguk. Membawa sang anak ke lantai dua dimana kamarnya berada. Ya, mereka kini tengah berada di mansion utama entah karena apa. Tapi sejak dua hari ini mereka menetap di mansion utama ketimbang rumah mereka masing-masing.

"Sekarang ganti baju, trus tidur."

"Ssusu? Halus yan tobeli Ayaaa."

"Iya, nanti Ayah minta Papi yang buatin. Sekarang adek ganti baju dulu, siap-siap buat tidur."

"Okeee!"

.

.

Jam sudah menunjukkan waktunya makan malam. Kini para orang dewasa dan anak-anak sudah berkumpul dimeja makan untuk menyantap masakan Aksa. Sebelum itu mereka pun berdoa.

Uhuk uhuk

Nah, semua sudah itu milik siapa. Si anak kesayangan Ayah itu. Rafael akan batuk-batuk jika sudah kelelahan atau suhu menjadi semakin dingin.

"Adek gapapa?" Tanya Hasby khawatir.

"Um! Ndapapa, tapi ngin-ngin unclee. Uhuk."

Samuel hanya diam. Tapi tangannya membawa sang anak kedalam pangkuan, berharap dinginnya dapat sedikit berkurang.

"Abis ini, langsung minum susu, trus pake sweater." Kata Samuel. Aksa langsung sigap membuatkan susu untuk ponakan kecilnya.

Setelah selesai makan, Samuel langsung memegangi gelas susu yang digunakan Rafael. Lalu pamit untuk kekamar dan memakaikan Rafael selimut.

Tak lama kemudian, beruang kecil itu sudah jatuh tidur digendongan Samuel.

Selamat malam beruang kecil.














tbc.

hehew :)

btw, BAPAK JEON INI UDAH GILAAAK

btw, BAPAK JEON INI UDAH GILAAAK

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

aku ga kuat 😟😟

Elzhatar FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang