Jisung terpaku, sosok itu tersenyum dan menangkup wajah Jisung. Mengelus pipi tirus Jisung dengan lembut, memberikan kehangatan yang terasa dingin kepada Jisung.
"Siapa kau?" Tanya Jisung dingin.
Sosok itu tersenyum sinis, "Belum saatnya kau tahu siapa aku, sayang. Belum saatnya!"
Jisung ingin protes tetapi terhenti saat ponselnya berbunyi, Jisung langsung menunduk mengambil ponselnya yang berada di dalam saku celananya.
Kekasihnya menelepon. Jisung mengangkat telepon, dirinya menatap ke sekeliling tidak ada seorangpun disini. Kemana sosok itu pergi? Kenapa Jisung tidak bisa mendengar langkah kaki sosok itu.
Jisung termenung, dirinya mulai berpikir bahwa lelaki tadi adalah sosok penunggu rumah ini. Tetapi dari yang dia baca bukankah hantu memiliki wajah yang buruk? Mungkinkah itu halusinasi? Sibuk termenung membuat Jisung melupakan telepon yang terus berbunyi.
"Sayang? Kenapa diam saja? Kau dimana?" Terdengar suara seorang wanita yang sepertinya merajuk.
"Maaf, jadi ada apa sayang?" Tanya Jisung, kembali tersadar bahwa dirinya kini sedang ditelepon oleh kekasihnya.
"Kau sudah mengunjungi rumahnya? Aku penasaran dengan rumah itu, bolehkah aku ikut melihatnya?" Tanya gadis itu.
"Tentu, kau boleh mengunjungi rumah ini." Seru Jisung dengan senyuman manisnya, dia membayangkan betapa bahagianya kekasih hatinya itu saat melihat rumah indah seperti ini.
"Terima kasih, bisa kau kirim lokasinya kepada ku? Secepatnya aku akan kesana!" Seru sang gadis dengan tidak sabaran.
"Tidak perlu, aku akan menyuruh supirku untuk menjemputmu," balas Jisung, dia tidak ingin kekasihnya repot.
"Baiklah, aku akan menunggu! Sampai bertemu sayang! Muach!"
Gadis itu mematikan telepon, sedangkan Jisung terkekeh geli dengan tingkah kekasihnya itu. Jisung pergi meninggalkan kamar utama, dia berjalan menuju ruang tamu. Jisung ingin menunggu kekasihnya yang cerewet itu.
Setelah kepergian Jisung, sosok tadi keluar dari sudut tergelap kamar utama. Sosok itu memejamkan matanya, bibirnya mendecih kesal.
"Tidak akan ada yang bisa bahagia dirumah ini. Baik aku maupun kalian!" Gumam sosok itu yang kini masuk ke dalam lukisan seorang pemuda tampan. Lukisan itu terletak di sudut kamar dekat lemari, dibawah lukisan itu terdapat sebuah nama yaitu, Na Jaemin.
Setelahnya terdengar suara pintu dibanting dengan keras, Jaemin membanting pintu kamar utama karena kesal ada orang lain yang ikut menghuni rumah ini.
Beralih pada Jisung, kini pemuda itu duduk di sofa masih sibuk memikirkan apa yang sebenarnya terjadi.
"Sayang! Aku datang!" Teriak seorang gadis bersurai panjang dengan warna cokelat.
Mendengar teriakan dari orang terkasih Jisung langsung saja berdiri, dia tahu bahwa kekasih cerewetnya ini akan berlari dan segera memeluk dirinya.
Gadis itu berlari dengan senyuman manisnya, dirinya langsung memeluk Jisung yang sudah berdiri.
"Sudah aku katakan jangan berlari, Bella." Seru Jisung mengusap Surai Bella dengan lembut.
Bella terkekeh geli, wajahnya mendongak menatap Jisung. "Maaf, tapi aku berlari karena aku sudah sangat rindu dengan pelukan hangatmu!"
Jisung sedikit mendengus geli, Bella memang sangat pandai mencari alasan, "Jadi ada gerangan apa tuan putri datang kemari?"
Bella kembali tertawa mendengar ucapan Jisung, dirinya lalu mengibaskan rambut panjangnya, membusungkan dada bangga, "Putri ini ingin seluruh isi istana barunya!"
"Baiklah tuan putri, jika itu mau. Ayo kita mulai turnya!" Seru Jisung menggandeng tangan Bella.
Kedua pasangan itu nampak begitu romantis, tapi berbeda dengan Jaemin yang merasa bahwa wanita itu harus disingkirkan dari Jisung.
"Sudah aku katakan tidak ada yang boleh bahagia di rumah ini! Jika pun ada maka yang harus bahagia adalah aku dan pemuda itu!" Jaemin kembali menghilang mengikuti pergerakan Jisung dan kekasihnya, Bella.
°°°°
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm in the Mirror
Kinh dịJisung tidak tahu apa yang menimpanya, semuanya terasa begitu aneh.