50. EXTRA PART two

2.5K 178 7
                                    

BRAAAK

Suara gebrakan meja itu membuat penghuni kelas 12 IPA 1 harus terfokus pada satu titik di meja guru. Satu orang gadis dengan rambut yang dikuncir ekor kuda tinggi tengah menatap satu persatu penghuni kelas itu. Baju olahraga yang sudah basah oleh keringat tak pernah luput dari pandangan para penghuni kelas tersebut.

Khususnya para laki-laki. Jika biasanya para lelaki akan dengan mudah jijik dan risih oleh keringat, apalagi perempuan. Maka kali ini berbeda. Justru para anak laki-laki di ruang kelas ber-AC ini tengah terang-terangan mengagumi betapa sempurnanya makhluk Tuhan yang satu ini.

"Maaaassss ...."

Rengekan itu berhasil membuat beberapa anak laki-laki yang tengah berkumpul di pojok ruangan itu mengalihkan perhatiannya. Beberapa dari mereka yang sejak tadi asyik bermain Kartu UnO itu menatap gadis ceriwis yang sudah biasa keluar masuk ke kelas mereka. Mereka menatapnya, menunggu apa yang akan dilakukan gadis mungil itu sebentar lagi.

"Maaaassss ... Cakra ngilang mas hiks .. hiks .. dia nggak mau tanggung jawab sama kanvasku maaasss hiks .. hiks .."

Apa yang kalian pikirkan? Yah, Venus Gadis mungil itu berjalan cepat menghampiri sang kakak yang kini dilihatnya tengah menelungkupkan separuh tubuhnya diatas meja. Laki-laki itu sepertinya tertidur pulas karena suara Venus yang nyaring tidak berhasil membuat dirinya terbangun.

"Maaas ... Jangan tidur. Ayok cari Cakra ..."

"....."

"Mas Langit hiks .. hiks .. ayo mas jangan tidur teruss!!!!" Goncangan pada tubuh telungkup yang Venus berikan itu tetap tidak menghasilkan apapun. Tubuh itu tetap pada posisi tidak berubah. Sedangkan Venus semakin gencar menggoncang-nya.

"MAS!! HIKS .. HIKS .. AKU ADUIN MAMI YA!! AYO DONG MAS, PAK HAMID UDAH NUNGGU AKU DI RUANG KESENIAN!!!"

Teriakan Venus kali ini benar-benar mengundang tatapan mata anak kelas 12 IPA 1. Mata mereka kini sungguh fokus pada dirinya. Sadar, akan tatapan yang tidak biasanya Venus pun perlahan mengalihkan perhatiannya dari sang kakak yang masih tidur telungkup. Ia menatap satu persatu penghuni kelas atau teman-teman langit yang kini terlihat menatapnya dengan tatapan cengo.

Kenapa? Ada masalah memangnya? Bukankah sudah biasa jika Venus datang kemari dengan sikap randomnya? Menangis, teriak, bahkan tertawa seperti orang gila. Penghuni kelas ini biasanya tidak akan memperdulikannya. Paling-paling beberapa dari mereka yang mengenalnya akan menggodanya.

"Apa?!! Kenapa mas-mas lihatin aku kayak gitu?!!" Sembur Venus. Gadis itu menghentikan tangisnya dan kini kerucut di bibirnya menjadi penghias raut mukanya.

"Titi Lo ngapain?"

Suara itu ... Venus seperti mengenalnya. Tapi .. dengan cepat Venus membalikan tubuhnya. Dan detik itu juga bibirnya yang mengerucut berganti dengan matanya yang melotot sempurna. Venus terkejut bukan main ketika sosok Kakaknya malah berdiri tepat didepannya. Lengkap dengan laki-laki menyebalkan yang sejak tadi ia cari-cari. Cakra Ardamas.

Kakaknya itu menatap dirinya dengan satu alis yang terangkat satu dan sesekali melirik tangan Venus yang tanpa sadar masih berada di lengan laki-laki yang telungkup tadi.

"Ma-mas Langit?" Venus tergagap dan bersamaan dengan itu, tubuh laki-laki yang Venus guncangkan beberapa saat lalu itu seketika bergerak pelan. Dari yang Venus perhatikan, kepala laki-laki itu mulai mendongak perlahan.

Detik berikutnya, Venus harus menahan nafasnya ketika iris mata coklat bening itu bertubrukan dengan netranya. Ada rasa yang tidak bisa Venus definisikan. Ada rasa yang entah apa membuat jantung Venus berdebar.

I LOVE YOU BUURMAN (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang