Kendaraan itu menukik, membuat putaran setengah lingkaran yang cukup tajam. Wiper di kaca depan melambai-lambai lebih cepat dari sebelumnya. Butir-butir salju tampaknya semakin deras, jalanan yang sudah licin pun mulai tertimbun lagi. Joan menatap keluar dengan tatapan bingung. Amarah menyembul di dadanya. Ia mencondongkan tubuh ke depan hendak memprotes.
Namun, Peter, ayahnya, segera paham begitu melihat reaksi anak Joan. Sebelum anak lelaki itu bicara, ia memberi penjelasan. "Ada badai, Jo. Kau tidak mendengar berita di radio baru saja?"
"Kenapa tidak ditembus saja, Ayah?" tanya Joan sambil berdecak kesal.
"Tidak bisa, Jo. Di sini saja salju sudah mulai deras, dan satu kilo ke arah selatan, ada badai. Terlalu berbahaya, Jo. Untuk sementara kita pulang dulu!" kata Peter sambil terus menyetir. Peter mencodongkan tubuhnya ke depan, tatapannya tidak leluasa akibat kabut yang terus bersarang di kaca depan mobil itu.
Joan kembali berdecak. "Tapi aku tidak ingin menginap lagi. Aku mau pulang. Aku mau sama Mama." Suaranya kali ini lebih keras dari sebelumnya.
Peter mendesah lirih. "Aku pasti mengantar kalian. Semoga sore nanti badai sudah reda. Lihatlah keluar, Joan, bahkan kendaraan lain pun memutar balik seperti kita." Peter menyalakan lampu hazard sambil mengatur setir menghindari kendaraan lain yang terburu-buru mendahuluinya. Ia tak ingin terjebak dengan anak-anaknya di jalanan ini.
"Maksudmu, kalau tidak reda, kami harus menginap lagi? Aku tidak mau!" Joan menekankan kalimat terakhirnya. Lalu, menoleh ke kanan, menatap Nora, kakaknya yang sedari tadi diam saja. Sejak berangkat, mata Nora seakan tertancap pada buku-buku di depannya, sambil sesekali meramban artikel di ponselnya. Joan kesal dengan sikap Nora kali ini.
"Nora! Kenapa kau diam saja? Biasanya kau membelaku! Memangnya kau mau menginap lagi? Nora, kau kenapa diam saja?!"
"Jangan berisik, Jo. Apa kau tidak mendengar kata-kata Ayah? Ada badai!" sahut Nora tenang. Ia tidak mengalihkan tatapannya dari buku itu sesenti pun.
"Kau ada tugas untuk besok, Nora?" tanya Peter sambil menatap Nora dari rear mirror. "Kalau memang cuaca tidak memungkinkan, kita berangkat pagi-pagi sekali, agar kalian tidak terlambat ke sekolah."
"Ya, Ayah. Aku ada ujian biologi jam pertama."
"Biologi? Bab apa yang kau pelajari sekarang?" Peter berusaha mengalihkan kemarahan Joan dengan mengakrabi putri sulungnya.
"Tentang pernapasan, Ayah, tentang pentingnya asupan oksigen ke otak. Aku baru paham, ternyata jika otak kita tidak mendapatkan oksigen selama beberapa menit saja, akibatnya bisa fatal. Itu berbahaya sekali."
"Ya, itu memang berakibat fatal," sahut Peter.
"Mengapa otak bisa tidak mendapat oksigen, Nora?" tanya Joan penasaran.
