02. Jari tengah

186 11 0
                                    

Rapat triwulan akan diadakan hari ini. Hari yang sama dengan temu janji dokter kandungan yang akan membantu Levi dan Rhea.

Pagi-pagi sekali Rhea datang ke kantor untuk membantu persiapan rapat tersebut. Gadis itu sedari tadi tak berhenti mondar-mandir untuk menyukseskan rapat tiga bulanan itu.

"Antar kopi saat boss baru sampai di ruangan, pastikan kopinya hangat." Ucap Rhea pada salah satu staf.

"Baik, nona."

Padahal kemarin ia bilang tidak mau melakukan pekerjaan, tapi lihat sekarang. Ia jadi sibuk sendiri sampai lupa pernah mengatakan hal seperti itu.

Rhea memastikan semuanya sudah selesai di periksa dengan baik. Jangan sampai boss-nya membatalkan rapat hanya karena kurang satu hal kecil pun.

"Tuan Yeager!" Pria berkucir itu menghentikan langkahnya saat wanita cantik itu memanggilnya.

"Ada apa nona Othelyn?"

"Lihat aku tetap sibuk walau sudah mengatakan tidak mau bekerja."

Terdengar nada merajuk dari ucapan sang sekretaris cantik itu. Sekali lagi Eren hanya bisa tertawa dalam hati. Citranya sudah terkenal dingin dan konsisten, jadi jangan berharap akan mendengar tawa Eren di cerita ini seperti di cerita aslinya.

"Minta HRD mencari sekretaris lain." Sambung Rhea lagi.

"Baiklah nona, saya akan sampaikan kepada HRD." Jawab Eren lalu melenggang pergi untuk melakukan permintaan Rhea.

Sang sekretaris kembali memeriksa kebutuhan rapat dengan baik.

"Nona Othelyn," Rhea menoleh saat mendengar Eren memanggilnya dari belakang. "HRD akan mencarinya, selagi belum dapat sekretaris, nona harus tetap bekerja seperti biasanya."

Rhea mendengus, " Yasudah tidak masalah, terima kasih sudah membantu."

"Dengan senang hati. Tuan sudah tiba di kantor." Rhea mengangguk dan kembali menyiapkan semuanya.

Levi datang diikuti oleh Eren yang berdiri di belakangnya. Pria itu duduk di kursi kebesarannya, lalu kopi hangat tersaji sesuai arahan dari Rhea.

Rapat di mulai, Rhea sebagai juru bicara menerangkan power point yang sudah disiapkan dengan baik.

Selain fokus pada isi dari persentasi Levi juga semakin fokus menatap Rhea penuh minat. Herannya gadis itu terlihat jauh-jauh lebih cantik dari hari-hari biasanya.

Dulu Levi tidak pernah menatap Rhea seperti ini. Dan sekarang, saat melihat Rhea sedikit tersenyum untuk mencairkan suasana seakan ada pemain biola yang sedang melantunkan alunan musik romantis di dalam kepalanya.

Hal baru yang Levi rasakan. Pria itu kesal sendiri.

"Untuk revisi akan di bagikan minggu depan. Sekian terima kasih." Ucap Rhea sebagai akhir dari rapat tri wulan.

Semua orang mulai bangkit dari duduknya dan meninggalkan tempat rapat. Begitu juga dengan Levi, Rhea dan Eren yang pergi menuju ruangan Levi.

Sesampainya di ruangan Levi, sudah ada 3 porsi hidangan makanan. Tanda bahwa mereka bertiga akan makan siang bersama, di ruangan itu.

"Kita akan pergi ke dokter jam 2 siang. Untuk beberapa pemeriksaan, termasuk kejujuranmu." Ucap Levi setelah acara makan siang mereka telah selesai.

Rhea tahu hal ini akan terjadi, karena Levi tidak akan membuat dirinya juga rugi. Rhea hanya mengangguk dalam makan siangnya hari ini.

"Baik boss."

"Kau sudah memastikan temu janji kita bersama dokter Erwin di jam 2 siang, Eren?"

"Sudah pasti, boss."

"Dokter Erwin? Seorang pria?"

"Kau pernah menjumpai seorang bernama Erwin adalah berjenis kelamin perempuan?"

"Tidak bisakah boss mencari dokter perempuan saja? Aku tidak mau jika dokter itu laki-laki "

"Tenang saja, dia orang kepercayaanku."

"Dia laki-laki."

"Eren keluar." Pria berkucir itu langsung keluar dari ruangan Levi.

"Ini yang aku tidak mau, kau banyak membantahku."

"Kenapa tidak dokter perempuan saja?"

"Perempuan sumber gosip." Jawab Levi jujur. Ia memang malas jika mempercayai sebuah rahasia kepada seorang perempuan. Bisa-bisa hubungan gelapnya dengan Rhea bisa terancam. "Apa mau aku saja yang memeriksanya?" Sambung Levi memberi opsi.

"Memangnya bisa?"

"Mudah, hanya dengan jari tengahku saja."

Rhea otomatis melihat jari tengah milik Levi. Ia seketika bergidik ngeri. Si panjang itu masuk ke dalam intinya? Mimpi buruk.

"Bagaimana? Mau dokter Erwin atau aku saja yang memeriksanya?"

"Dokter wanita saja."

"Tidak ada pada opsi."

"His! Boss saja kalau begitu!"

Levi tersenyum miring mendengarnya. Kena dia!

"Mendekatlah." Rhea dengan raut wajah cemberut mendekati boss nya yang duduk di kursi kebesarannya.

"Lebih dekat lagi."

"Ini memalukan."

"Hey kita ini suami istri, lho. Kamu lupa?"

"Ck, jangan lama-lama."

"Iya, buka kakimu."

"Tidak bisa."

"Dokter Erwin saja?"

"Dasar tukang ancam." Rhea membuka kakinya sedikit.

Levi menarik pinggang Rhea untuk lebih dekat. Tangannya menyusup kedalam rok span milik Rhea.

Rhea merasa intinya di usap lembut oleh Levi. Kedua tangannya otomatis meremas bahu Levi dengan erat. Ia sangat gugup.

"Relax Rhea."

"Akh!" Rhea mendesah saat jari itu masuk ke dalam intinya. Rhea merasa perih sekaligus nikmat.

"Sudah belum?"

Levi malah mabuk dengan jepitan di jari tengahnya. Tanpa ia sadari, jarinya bergerak sendiri mencicipi lebih jauh sampai mana jarinya di jepit kuat seperti ini.

"Boss, sudah."

Rhea mendorong Levi pelan dan melepaskan diri. "Pembohong, itu tadi lama." Protes Rhea lalu membenahi roknya yang sedikit terangkat.

"Tuan Yeager, buka pintunya!" Seru Rhea hendak keluar. Lalu pintu terbuka, Eren menatap Rhea yang terlihat kesal.

"Apa lihat-lihat?!" Singa betina mode on. Eren tidak tahu apa-apa malah ikut kena getahnya.

Eren melihat ke dalam ruangan dimana bossnya masih duduk dengan senyum andalannya saat menemukan mangsa baru.

Eren hanya berharap jika tuannya itu akan memangsa si singa betina. Takutnya malah kena karma.







To be continue

LA the series : Baby for youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang