V : Pembuktian

81 10 2
                                    

"Dazai! Kenapa kamu bicara seperti itu! Kau dan aku bukan hal yang seperti itu!" Aku mulai membuka gugatanku sejak ditarik sedari tadi.

Konyol rasanya, memangnya kita sedang memainkan melodrama? Adegan tarik menarik seperti kisah-kisah romantis ini membuatku mual.

"Dazai! Hey! Dengar aku! Lepaskan tanganku!" aku mencoba menarik dengan kasar tanganku, lalu akhirnya ia melepas tanganku dengan begitu saja membuatku sedikit terjungkal ke belakang.

"Dazai! Aku tidak akan masuk ke dalam permainanmu yang konyol ini! Tidak akan!" desisku sambil memegang tanganku sendiri.

"Lalu apa yang membuatmu percaya akan hubungan ini?" Dazai berdiri di sana menatapku dengan tatapan yang tak kalah membuatku merinding. Itu bukan kalimat konyol yang biasa ia katakan. Itu jelas-jelas kalimat mendominasi sang mantan eksekutif Port Mafia.

"Tidak akan bisa... Tidak akan pernah." ucapku sambil menundukkan kepalaku.

Pada dasarnya aku diciptakan memang bukan untuk berhubungan kan?

"Aku mengerti, aku harus memperlakukanmu lebih banyak seperti seorang lelaki yang baik, kan?"

Perubahan nada terdengar. Aku hanya mengerjapkan mata melihat perubahan suasana yang begitu signifikan.

"Biar aku tunjukkan bagaimana seorang pacar memperlakukanmu" ujar Dazai sambil menangkap pinggangku dan mengangkatnya begitu saja.

"Heh! Oy! Aa! Dazai!"

Aku mengerang sambil menggoyangkan kedua kakiku. Apa maksudnya!? Aduh! Kenapa Dazai bisa mengangkat tubuhku segini mudahnya? Kalau dipikir-pikir berarti begini caranya dia mengangkat tubuhku selagi aku mabuk. Memalukannya!

"Dazai! Astaga! Kau mau membawaku ke mana!?"

"Sepertinya kita harus sedikit melakukan reka ulang agar kau mengerti." Dazai tetap berjalan lurus tidak seperti terganggu dengan gerakan tubuhku yang terus menerus menendangnya. Tapi tetap saja semakin aku menolak semakin aku merasakan tubuhku mulai melemas. Akhirnya aku melemaskan tubuhku di gendongannya.

Dazai mulai berjalan masuki apartemen, ini baru pertama kalinya aku melihat bagaimana Dazai memasuki apartemenku begitu mudah. Aku melihat Dazai memasukan kata sandi seolah itu bukan apa-apa. Benar-benar membuat aku terbayang akan hari itu. Tunggu... Jika memang Dazai berniat melakukan reka ulang, Dazai akan melakukan reka ulang pada hari "itu"!

"Dazai! Kau gila!" Aku kembali memberontak tapi sudah terlambat, tubuhku dilempar ke atas ranjang oleh Dazai. Dazai bergerak segera untuk memerangkap tubuhku.

"Soracchi, Kau tahu, rasanya lebih manis melihatmu yang sadar ini terpojok."

Dazai menarik tanganku lalu menahannya di pinggir telingaku. Aku bisa merasakan napasnya begitu dekat. Aku memang sudah terbiasa dengan hal semacam ini. Pria mesum, hal kotor dan lainnya. Berdekatan seperti ini bukan apa-apa bagiku. Tapi benar-benar aneh ketika itu Dazai. Aku merasa begitu lemah karena aku tidak memiliki kemampuan lagi jika itu bersama Dazai.

Jantungku berdegup begitu kencang. Aku merasa begitu terancam hingga aku akhirnya menutup erat mataku sambil membuang wajahku. Aku menggenggam tangan Dazai begitu erat. Kedua kakiku segera bergerak menendang walau itu sia-sia.

Setelah sekian lama memberontak akhirnya aku lelah juga. Tapi Dazai tetap mengunciku. Ia tidak bergerak sama sekali. Aku akhirnya membuka mataku. Aku pikir Dazai akan melahapku. Tapi saat aku menatapnya, aku benar-benar terkejut saat Dazai hanya menatap lurus wajahku.

"Begitu..." Dazai berbicara pendek sambil terus menatapku dengan lurus.

Tubuhku sedikit merinding saat menatap tatapan itu. Aku tahu. Itu adalah tatapan seorang peneliti yang sedang mengkaji objeknya. Dazai benar-benar menantikan gerakan apapun yang aku buat.

Ikatan Kusut (Dazai x OC x Fyodor)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang