b. uncomfortable

135 16 1
                                    

Malam makin larut, Arley sempet tidur di sofa ruang tamu karena capek nunggu temen - temennya Calder pulang. Dia kebangun karena denger suara orang lagi ngomong gitu, ada suara cowok tadi dan entah berapa orang lagi di sana.

"Ck, lo kenapa main bawa aja sih?"

"Ya, kebetulan aja gue lagi lewat situ"

"Trus nanti tidurnya dimana?"

"Sama lo, Ven. Kasur lo kan bunk bed"

"Ngga ah"

"Terus dimana lagi? di sofa?"

Kayanya mereka lagi bahas dia deh, Arley pun menghela nafas. Apa yang dia harapkan emang? jelas mereka gak mau nerima dia di sini. Tapi dia gak mau tidur di sofa, Ayolah seorang Arley Hartwell gak mungkin tidur di sofa kecil kaya gini.

Beberapa menit kemudian, suara langkah kaki kedengeran mendekat. Enam orang itu jalan ke arahnya, dia cuma kenal Calder di antara mereka. Wajah mereka semua datar, gak berekspresi. Gak ada raut senang atau sekedar senyuman? duh, lo kan bukan tamu, Arley.

Salah satu dari mereka duduk di sofa depan dia, sisanya diri ngelilingi di belakang.

"Siapa nama lo?"

"A-arley" Jawabnya gugup, gimana nggak? orang di depannya ini natap tajem banget, juga orang - orang di belakangnya yang merhatiin dia intens.

"Lo tinggal di mana?"

Tinggal dimana? Arley bahkan lupa apa nama desa ini. Dia juga gak tau alamat kakeknya tinggal, terus gimana? apa dia bakal hidup terlantar di jalanan?

Arley gelengin kepalanya pelan, "Gatau" Jawabnya lirih.

Salah satu dari mereka terkekeh, "Gimana bisa nggak tau?"

Arley rasanya pengen nangis aja, dia capek abis jalan jauh tadi dan sekarang harus mikirin apa nama tempat tinggal kakeknya, orang - orang di depannya ini juga bikin dia takut.

"G-ga tau, bukan orang sini"

Walau Arley ngomong jujur kayanya mereka gak percaya juga, kecuali Calder, mungkin. Tapi cowok itu malah diem aja dari tadi.

Cowok di depannya hela nafas,
"Malem ini lo boleh tidur di sini, terus besok lo mau tinggal dimana?"

Lagi - lagi Arley cuma bisa menggeleng sebagai jawaban, dia emang gak tau bakal gimana nasibnya besok.

"Yaudah, pikirin itu besok."

"Gue Flint" Cowok itu ngenalin diri.

Arley ngangguk, sedikit seneng dibolehin tinggal di sini walau cuma semalam. Lalu Flint ngarahin telunjuknya ke kanan, mata Arley pun mengikuti.

"Ini Haven"

"Avery"

"Dariel"

"Jourell"

"Yang ini lo udah kenal" Ujarnya sambil nunjuk Calder yang ada di paling kiri.

"Coba gue liat tas lo" Pinta Flint.

Arley dengan ragu nyerahin tas hitamnya ke Flint. Cowok itu membuka retsleting tasnya dan melihat isinya.

Boneka beruang coklat berukuran kecil adalah yang pertama Flint keluarkan dari dalem tas itu. Dia mandang Arley penuh tanya.

"Itu boneka beruang, kenapa?" Arley gak paham kenapa yang lain malah ketawa, apanya yang lucu? asal kalian tau itu boneka kesayangan dia ya!

"Hp? Charger?"

"Oh iya gue bawa hp, sini gue mau telpon Mami" Arley merebut hpnya dari tangan Flint, seketika rasa takutnya hilang.

"Hah? kok jaringannya gaada sih?" Dia angkat tangannya ke atas, kanan kiri, tapi tanda silang itu tidak berubah.

"Di sini emang gak ada jaringan" Balas Flint.

Arley natap mereka heran, "Lah, terus kalo mau komunikasi gimana?"

"Ya, ketemu?"

"Ck, gimana sih? gak ada gunanya dong gue bawa hp" Arley senderan di sofa sambil ngutak - ngatik hpnya, kali aja dapet jaringan.

"Di hp lo itu ada alamat tempat tinggal kakek lo gak?" Tanya Jourell.

"Ngga ada, tapi gue ada foto keluarga. Kali aja lo pernah liat" Arley langsung buka album fotonya dan cari foto itu.

Sambil menunggu dia cari, Flint lanjut geledah tasnya. Kali aja bocah itu bawa hal - hal yang mencurigakan.

"Ketemu, nih" Dia nunjukin hpnya ke Flint.

Mereka semua langsung ngerubungi buat liat foto keluarga Arley.

"Yang pake baju item itu kakek gue" Katanya.

Tiba - tiba aja mereka diem beberapa detik, lalu Flint saling pandang sama Jourell. Ngapain?

"Siapa nama kakek lo?" Tanya Flint, dia kembaliin hpnya ke Arley.

"Randall. Randall Hartwell"

Arley fokus ke hpnya berharap ada jaringan, sementara mereka diam dan natap Arley lekat.

"Gimana? kenal gak?" Pertanyaan Arley bikin mereka sadar dari lamunan.

Flint berdehem sebelum jawab, "Nggak"

Arley udah nebak sih, lagi juga ini desa luas banget dan kayanya rumah kakeknya itu jauh dari sini. Apa dia balik aja ya besok ke hutan terus lewatin tempat tinggal preman itu? kalo malem kan gak boleh berarti kalo siang gapapa dong? ah, tapi dia juga gak inget jalan ke hutannya, nanti yang ada malah tambah nyasar.

"Lo nanti tidur di kamar Haven"

Arley ikut Haven ke kamarnya, pas pintu di buka dia bisa liat ada kasur tingkat dan lemari di sampingnya. Udah, di dalem kamar isinya itu doang. Ukurannya juga kalo dikira - kira cuma seukuran kamar mandinya di rumah.

"Lo di bawah"

Dia melirik Haven yang udah naik ke ranjang atas. Sementara itu dia ngeluarin sabun muka sama skin care yang sempet dia bawa itu. Tapi sayangnya dia lupa bawa sabun mandi sama sampo, juga body lotionnya.

Karena kayanya si Haven ini gak friendly jadi dia langsung keluar kamar dan cari kamar mandi sendiri. Baru aja dia keluar kamar, dia ketemu sama Dariel? kalo gak salah inget namanya.

"Ngapain?" Tanya Dariel, natap Arley penuh curiga.

Arley yang ditatap gitu sedikit kesel, kaya dia bakal maling aja di rumah ini.

"Mau ke kamar mandi, dimana ya?" Arley berusaha buat sopan, karena orang yang lagi dia ajak ngobrol ini tuan rumah.

"Oh, ini" Cowok itu nunjuk pintu di depannya.

Arley ngangguk dan jalan ke sana, "Eits, tapi gue mau masuk. Lo ke kamar mandi yang di bawah aja sana" Setelah itu pintu kamar mandi langsung ditutup.

"Ishh, nyebelin banget" Gerutu Arley pelan. Dia pun balik badan dan belok ke tangga. Untung kamar mandinya pas banget di samping tangga jadi dia gak perlu pusing muterin rumah itu. Walau kecil tetep aja capek kalo bolak - balik.

Selesai sama perawatan mukanya, Arley balik ke kamar. Dia sempet intip Haven yang udah tidur, dia pun langsung tidur di kasur bawah.

Keras? ya, jelas.

Tapi apa dia bisa protes? nggak lah. Harusnya dikasih tempat tinggal buat semalem gini tuh bersyukur, tapi ini Arley dia cuma bisa ngegerutu kesel karena harus berada di posisi kaya gini.

Jauh dari rumahnya, tidur di kasur keras, kecil, sempit. Gak ada AC, gak ada baju tidurnya yang nyaman. Tapi untungnya ada boneka kesayangannya buat dipeluk.

~~~

to be continued

~~~

Moving Out To The CountrysideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang