Aku ada meeting. Nanti aku kabarin kalau udah beres ya!
Aleta mendengus kesal, ia menatap ponselnya dengan tajam, "Meetingnya sampe dua puluh empat jam ya dia?" gerutunya.
Ini bukan kali pertama, dalam satu tahun pacaran, Sakha sudah seperti jedai atau pulpen yang berakhir dengan—harus dicari-cari keberadaannya.
"Bodo amat, gue nggak akan nyariin," gerutu Aleta. Gadis itu melemparkan ponselnya begitu saja. Namun baru beberapa Langkah menjauh, ponselnya berbunyi dan Aleta segera melompat ke atas ranjang untuk menyambarnya.
Pesan masuk dari Sakha.
"WAH. BARU KELUAR DARI GOA KAYAKNYA," gerutu Aleta.
Meskipun menggerutu, senyuman muncul di wajahnya. Ia membuka pesannya, namun terkejut saat melihat sebuah barcode yang dikirim kekasihnya kepadanya.
"Buset dah. Lo minta dana apa gimana, pake kirim-kirim barcode segala?" gerutunya lagi.
Memang masih kesal, tapi pada akhirnya Aleta tetap membuka barcode yang dikirimkan oleh Sakha. Begitu selesai di scan, senyuman merekah di wajah Aleta.
Isi barcode yang dikirim Sakha ternyata sebuah pesan—yah, permintaan maaf. Hanya kata 'Maaf' biasa, namun malah membuat senyuman mengembang di wajah Aleta dengan begitu lebarnya.
"YA ALLAH MURAH BANGET GUE JADI CEWEK!" keluhnya.
Beberapa detik kemudian, ponselnya berdering. Aleta hampir terperanjat karenanya, namun ia berhasil mengatasi dirinya dan melihat siapa yang menelponnya. OH TUHAN! Lihatlah! Pria menyebalkan itu menelponnya!
"Sayang?" kata Sakha di sebrang sana begitu Aleta mengangkat telponnya tanpa suara apa-apa.
"Apa?!" tanya Aleta, lebih terdengar seperti tantangan, alih-alih pertanyaan.
"Aku telpon kamu karena aku yakin kamu udah lihat barcode-nya."
"Hm."
"Maafin aku, kemarin meeting-nya sampe sore. Aku kira bisa langsung pulang, tahunya aku diajak bos buat minum-minum dulu."
"Oh, jadi lo mabok-mabokan ya, sementara gue nunggu kabar dari lo?"
"Dengerin dulu," pinta Sakha di sebrang sana. Aleta mendengus, ia tidak berkata apa-apa lagi, memberi tanda bahwa dirinya siap mendengarkan penjelasan Sakha kepadanya.
"Bos aku ajak aku minum-minum, tapi aku nggak mau. Aku pamit duluan, tapi di parkiran malah ketemu mantan Bos aku, akhirnya aku minum kopi sama beliau, kita ngobrol-ngobrol cukup lama karena beliau pun minta portfolio kantor aku, katanya ada proyek untuk kita kerja sama. Makanya aku sekalian follow up."
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Story
RandomKisah cinta setiap orang, pasti berbeda bukan? Namun dalam setiap perbedaan itu, intinya tetap sama. Sebuah rasa yang mengiringi setiap perjalanan manusia di dunia. Entah menyakitkan, atau membahagiakan. Yang jelas ... Cinta, selalu di sana. B...