6

396 48 2
                                    

Setelah memakan waktu kurang lebih tujuh belas jam perjalanan, pesawat akhirnya mendarat di Makau. Sehun keluar dari kamar dengan memakai turtle neck berwarna hitam yang dimasukkan ke dalam celana bahan yang juga berwarna hitam. Pria tampan itu menggunakan pakaian serba hitam mulai dari kaca mata, baju, celana, hingga sepatunya.  Bentuk tubuhnya tercetak dengan sempurna, terutama di bagian otot lengan dan dada bidangnya.

Sehun dengan gagah turun dari pesawat pribadinya, diikuti oleh Chanyeol dan beberapa anak buahnya. Kaki jenjangnya melangkah menuju mobil mewah yang sudah terparkir tak jauh dari pesawatnya. Pintu mobil sudah terbuka, Sehun hampir memasuki mobilnya sebelum pekikan nyaring menghentikannya.

"Akh!" Jongin memekik, tangannya meremat pegangan tangga pesawat dengan kuat.

Pria tan itu merasakan rasa sakit di bagian pinggang hingga lututnya. Setengah perjalanan mereka dari Prancis menuju Makau, Sehun tak pernah berhenti menggagahinya, pria itu baru berhenti lima menit sebelum pesawat mendarat, itupun ia harus langsung bergegas membersihkan tubuhnya, tak diberi waktu untuk beristirahat sedikitpun.

"Kau tidak apa-apa, Jongin?" Jongin sedikit menoleh pada wanita di belakangnya. Pria itu menggeleng lemah.

"Aku tidak apa-apa, Lauren," balas Jongin dengan suara mencicit.

"Ayo, aku akan membantumu berjalan."

"Terima kasih."

Lauren tak mengeluarkan kembali suaranya. Wanita matang itu merangkul lengan kurus Jongin, memapah pria tan itu menurunk tangga dengan pelan. Jongin sesekali akan meringis atau menggigit bibir dalamnya saat merasakan lubangnya terasa dicubit. Wajah pria manis itu pun terlihat pucat, tubuhnya benar-benar lemas tak berdaya.

Sehun memperhatikan semua yang terjadi dari balik kacamata hitamnya. Saat pria tan itu sudah menginjakkan kedua kakinya di daratan, barulah Sehun memasuki mobilnya, menunggu pria tan itu masuk ke dalam mobil yang sama dengannya.

"Kau lelet." Itu adalah kata sambutan yang Sehun keluarkan saat Jongin baru saja duduk di sebelahnya. Pria tan itu menunduk lemah mendengar ucapan tuannya. Tangannya bergerak kecil memilin sweater berwarna biru muda yang dipakainya.

"Maaf," cicit Jongin yang masih terdengar di telinga pria tampan di sampingnya.

"Langsung pergi ke Phoenix!"

Sehun tak berniat membalas ucapan budaknya lagi. Perjalanan mereka cukup melelahkan, tenaganya sudah cukup terkuras tadi, ia harus menyimpan sisa tenaganya saat berhadapan dengan pemimpin tengil di daerah yang saat ini dikunjunginya. Perjalanan dari bandara menuju tempat tujuan pun lumayan memakan waktu, membuat Jongin sedikit bernapas lega karena ia diperbolehkan untuk beristirahat selama perjalanan.

Makau terlihat tak berbeda jauh dengan negara-negara di Eropa. Terdapat banyak gedung-gedung pencakar langit di sini, jalanan pun lebih padat dari kalangan warga maupun turis. Siapa yang tak mengenal Makau? Negara yang dijuluki sebagai Las Vegas-nya Asia, The Sins of The City. Memiliki kasino terbesar se-Asia bahkan dunia, begitu banyak tempat wisata, baik wisata kuliner, sejarah hingga wisata malam. Kota ini pun sudah terbiasa dengan transaksi ilegal dan pasar gelapnya. Kota yang dikuasai oleh salah satu keluarga besar mafia di Asia, hampir semua bisnis di kota ini mendapatkan campur tangan mereka di dalamnya.

Setelah satu jam lebih perjalanan, akhirnya mobil mewah yang ditumpangi Sehun dan Jongin memasuki kawasan mansion mewah. Mobil melaju dengan lambat dan berhenti tepat di depan pintu masuk. Seorang pria berpakaian jas membukakan pintu penumpang. Sehun melirik ke samping, melihat Jongin yang menggeliat kecil sambil mengerjapkan matanya beberapa kali. Memastikan pria itu telah terbangun, barulah Sehun menginjakkan kaki yang terbalut sepatu pantofel ke atas aspal. Pria tampan itu berdiri di samping mobil, melepaskan kacamata hitam yang sedari tadi bertengger di hidung mancungnya. Mata elangnya melirik tajam ke setiap penjuru halaman depan, begitu banyak penjaga dan pelayan yang berjejer menyambutnya.

Dark HorseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang