7

191 32 12
                                    

Di pagi buta, saat semua orang masih tertidur lelap, Jongin telah menyibukkan dirinya di dapur. Kabut awan pun masih terlihat dari balik dinding kaca yang memisahkan dapur dengan halaman belakang. Markas Black Typhon yang berada di Makau terasa lebih asri dan tradisional dari markas utamanya di Prancis.

Tangannya terus bergerak memotong bahan makanan secara telaten. Ia berniat memasak sarapan spesial untuk tuannya, mencoba mencuri hati pria dingin itu dengan makanan. Ada pepatah yang mengatakan, pria lebih mudah terpikat oleh masakan. Campurkan sedikit bumbu cinta di dalamnya dan biarkan ramuan itu bekerja dengan sendirinya di dalam sana.

Terlalu hanyut dengan kegiatan memasaknya, Jongin tak menyadari jika kini ada sepasang mata tajam yang memperhatikannya cukup lama. Mata tajam milik pria jangkung yang selama ini selalu menatapnya tak suka. Kaki jenjang itu melangkah mendekati si tan yang masih tak menyadari keberadaannya. Tangannya terjulur ke udara, berniat menyentuh bahu pria tan tersebut sebelum akhirnya dikejutkan oleh adegan selanjutnya.

Hanya dalam hitungan kurang dari lima detik, gerakan yang begitu cepat dan lugas. Jongin membalikkan tubuhnya dengan tangan kanan yang tepat berada di depan dadanya. Bagaimana pisau yang tadi dipegangnya itu kini digenggam kuat dalam posisi terbalik, menodongkan ujung mata pisau tersebut tepat pada pria jangkung di depannya.

Prangg...

Suara benda jatuh terdengar setelahnya. Pisau yang tadi dipegang oleh pria tan tersebut kini jatuh ke lantai. Chanyeol menyipitkan matanya setelah melihat perubahaan ekspresi secepat kilat yang baru saja dilihatnya. Bagaimana wajah di depannya itu tadi terlihat sangat tegas dengan pandangan mata tajam kini berubah menjadi wajah polos dengan pandangan penuh ketakutan.

"Tuan, maafkan saya. Sa-saya..." Jongin begitu terbata. Wajahnya tertunduk tak berani menatap wajah Chanyeol. Pria itu kini bahkan memilin ujung kemeja kebesarannya.

"Kau cukup menguasai benda tajam ini untuk ukuran seorang budak," ucap Chanyeol setelah ia memungut pisau yang tergeletak di lantai. Tangannya bergerak pelan menyusuri bagian tajam benda tersebut, lalu menatap Jongin penuh selidik.

"Tu-tuan, maafkan saya. Saya kira tadi ada penyusup datang kemari."

Chanyeol mendengus remeh, bibirnya tersenyum miring menatap Jongin dengan tatapan mengejek. "Apakah aku terlihat seperti penyusup?"

"Tu-tuan," lirih Jongin saat jari-jari kasar itu mengapit dagunya, mengangkat wajahnya untuk kembali berhadapan.

"Siapa kau sebenarnya?"

Mata bulatnya menatap polos tatapan tajam yang didapatkannya. "Maksud, Tuan? Sa-saya tidak mengerti ucapan anda."

Kedua pasang mata itu saling beradu, menatap lawan dengan tatapan berbeda. Mata tajam milik Chanyeol terus menelisik, menyusup ke dalam mata bulat polos di depannya, mencoba mencari celah di sana. Seringai serta dengusan kasar terdengar tak lama setelahnya, Chanyeol masih tak mengalihkan pandangannya sedikitpun pada pria manis itu.

"Tuan..."

Chanyeol melangkahkan kakinya lebih dekat, membuat Jongin memundurkan tubuhnya hingga terpojok olehnya. Pria tan itu kini berada di dalam kukungan tubuh besar tersebut. Wajah keduanya tampak begitu dekat, hembusan napas saling terdengar satu sama lain. "Aku bukan Sebastien yang bisa kau bodohi dengan tatapan polos dan tubuh telanjangmu itu."

Chanyeol semakin mendekatkan wajahnya, membuat Jongin menutup matanya dengan tubuh bergetar. Dengan mata terpejam, Jongin dapat merasakan deru napas Chanyeol yang menerpa wajahnya dengan kasar. Jarak bibir keduanya benar-benar terasa begitu dekat.

 "Bau bangkaimu akan tercium, cepat atau lambat. Kita lihat, seberapa pandai kau menyembunyikannya, Kim!" Chanyeol menghempaskan wajah manis itu begitu saja, lalu berlalu pergi meninggalkan Jongin yang bergetar ketakutan.

Dark HorseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang