20

7.6K 570 11
                                    






"Sudah ku bilang lebih bagus yang pertama!"

"Tapi aku lebih suka yang ini daripada yang pertama, sayang"

Kedua calon orang tua itu kini masih terlibat perdebatan di dalam kamar meski hari di luar sana mulai tampak semakin gelap dan dingin. Sejak masuk ke dalam kamar dengan Renjun yang memegang sebuah buku dan menggenggam pena di tangannya, keduanya tak henti-hentinya menyelesaikan perdebatan mereka.

Jaehyun merebut buku serta pena yang dipegang oleh sang istri. Tangannya mulai mencoret-coret kata yang tersusun menjadi sebuah nama. Jaehyun menulis dua opsi di atas kertas yang sebelumnya telah tertulis berbagai nama yang mereka perdebatkan.

Malam ini Jaehyun dan Renjun memilih untuk berdiskusi perihal nama yang akan diberikan untuk calon buah hati mereka. Keduanya tau bahwa nama bukanlah hal yang dapat dicari dengan mudah karena nama itu akan melekat pada diri sang anak hingga akhir hayatnya. Maka Jaehyun dan Renjun mau memberikan nama yang baik serta bagus untuk anak mereka.

Namun hingga kini keduanya masih berdebat karena merasa tidak ada kecocokan di antara ide nama yang telah mereka tuangkan. Renjun tetap pada pendiriannya dan Jaehyun dengan tidak mau mengalahnya.

"Ini saja lebih bagus. Keren jika untuk anak kita nanti" ucap Jaehyun dengan menunjuk sebuah nama yang telah ia tuliskan.

"Memang sudah sangat yakin anakmu akan terlahir laki-laki? Bahkan tadi saja dia masih tidak mau menunjukkan jenis kelaminnya" tanya Renjun dengan kerutan di dahi. Ia merebut kembali buku dan pena dari tangan Jaehyun. "Ini saja, sangat cantik"

"Tapi ini nama perempuan"

"Memang" jawab Renjun langsung. "Aku ingin mempunyai anak perempuan. Pasti menggemaskan jika didandani"

Berbeda dengan Renjun yang terlihat antusias dengan khayalannya, maka berbeda dengan ekspresi Jaehyun yang kini telah berubah. Maniknya bergerak tidak aturan menandakan kebingungan dirinya.

"Kau ingin mempunyai anak perempuan?" tanya Jaehyun meyakinkan dengan nada suara yang berbeda dari sebelumnya.

"Iya, memangnya kenapa? Kau tidak mau?"

Jaehyun membenarkan posisinya dari yang tengkurap di atas ranjang kini menjadi terduduk dengan menyandarkan punggungnya pada kepala ranjang.

"Aku hanya takut" ucapnya menatap wajah istrinya. "Menjaga anak perempuan itu lebih sulit dari menjaga anak laki-laki. Aku harus ekstra menjaganya karena dia sangat berharga bagiku. Aku juga takut sesuatu buruk menimpanya nanti karena perilaku buruk masa lalu ku. Aku tidak mau itu terjadi"

Renjun paham ketakutan seperti itu pasti dirasakan oleh semua orang tua, bukan Jaehyun saja. Apalagi ini adalah anak pertama mereka, Renjun juga memiliki berbagai ketakutan kala menjadi orang tua nanti. Namun dalam hatinya ia tanamkan bahwa Jaehyun pasti akan selalu ada di sampingnya. Suaminya itu pasti membantunya dalam semua hal. Maka tidak ada lagi yang perlu Renjun takutkan.

Renjun tersenyum, tubuhnya ia bawa untuk mendekat ke arah Jaehyun, tangannya mengambil sebelah tangan sang suami untuk ia genggam. "Ada aku. Kita belajar sama-sama untuk menjadi orang tua. Kesalahan itu pasti ada, tapi kita juga masih dapat untuk memperbaikinya"

Melupakan perihal mereka yang memperdebatkan nama untuk anak mereka, kini Jaehyun memeluk tubuh istrinya. Menangis di perpotongan leher Renjun, menumpahkan segala ketakutannya pada sang istri.

Menjadi kepala keluarga itu berat. Menjadi orang tua jauh lebih berat. Tugasnya bukan hanya menafkahi seluruh anggota keluarganya dan memastikan bahwa perut mereka terisi, namun ia juga bertanggung jawab atas kasih sayang, tumbuh kembang buah hatinya dan juga kebahagiaan serta kenyamanan anak dan istrinya.

MARRIAGE | JAERENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang