Xavier arkhie Holland

1 1 0
                                    

Melihat seringai di bibir seorang gadis, apa masih bisa menyebutnya seperti itu? Melihat seringai yang menawan dari wanita yang punya tempat tersendiri di hati, pikiran serta hidup seorang Xavier. Ia merasa ada perasaan memuncah bahagia bersamaan dengan rasa terkejut mendapati ia bisa bertemu dengan seorang yang membuatnya gila di malam itu.

Setelah melenggangnya queen dari situ seluruh murid yang berkumpul membubarkan diri karena kelas akan dimulai. Berbarengan dengan beranjaknya Xavier dan kawan-kawannya. Seorang gadis manis berlari lalu memanggil Xavier.

"Xav" ucap gadis bernama Nathalie itu. "Wohoo disamperin ayang tuh xav"gelak lufi. Xavior kemudian menghampiri sang gadis bernama Nathalie itu. "kenapa Beby"tanya nya sambil mengusap pelan pucuk kepala sang gadis. Sang gadis pun tersenyum malu sambil mengamit lengan xavior lalu berjalan menuju kelas. "Hehe gapapa kok cuma mau jalan bareng ke kelas". Xavior berjalan pelan bersama Nathalie diikuti ketiga temannya.

Nathalie Fodrick, gadis manis pemalu, berasal dari keluarga yang kaya, putri dari pengusaha sukses. Pacar seorang Xavier Arkhie Holland yang sudah berjalan 2 Tahun. Bisa dibilang mereka adalah pasangan gols di Holland Internasional School ini. Banyak yang iri dengan Nathalie karena bisa menjadi kekasih seorang Xavier.

Saat berjalan menuju kelas, terlihat dari arah berlawanan seorang Queen dengan tatapan dingin dan bodo amatnya. Xavier yang melihat itu agak menegang melihat wajah Queen yang jauh lebih cantik dibanding terakhir kali bertemu walau dari dulu queen selalu cantik, saat bersisihan tak sengaja Nathalie tersandung oleh lantai yang agak menonjol hingga terjatuh miring menabrak Queen. Brukk
Queen masih berdiri sedangkan Nathalie yang menabraknya sudah jatuh. "Minggir" ucap dingin Queen melihat Nathalie menghalangi jalannya. Xavier tertegun mendengar suara queen yang dingin dan datar. Lufi, Gerald bahkan Jo bisa merasakan aura misterius yang dikeluarkan olehnya.

Nathalie segera bangkit lalu menyingkir sambil berkata maaf. Tanpa menoleh lagi Queen berjalan santai seperti tidak ada yang terjadi. Xavier masih termangu, dadanya terasa berdetak lebih kencang, seakan merasakan kerinduan yang mendalam. "Ayo kita ke kelas"kata Nathalie yang tidak diberi tanggapan oleh Xavier yang masih termangu dalam pikirannya. "Xav" panggil Gerald. "Ohh ya ayo" jawabnya terlihat bingung.

Mereka mendapat kelas pertama yang sama, Nathalie duduk disamping Xavier. Ia memang tidak bisa berbaur dengan yang lain karena sifat pemalu hingga hanya berteman dengan Xavior, Jo, Lufi dan Gerald. Saat kelas sudah dimulai Queen masuk dengan santai lalu duduk di barisan depan tanpa mempedulikan semua pasang mata yang mengarah kepadanya. Ia duduk tepat di depan barisan Xavier dan teman-temannya. Mereka sedang berada di kelas Filosofi. Guru terkesan tegas itu terlihat menerangkan di depan tanpa mempedulikan Queen yang baru saja masuk seolah itu hal yang tidak perlu ia tegur, padahal yang biasanya terlambat itu tidak boleh masuk kelas.

Ada yang ingin menegur tapi sang guru hanya acuh sehingga kelas tetap berjalan dengan sebagimana mestinya, di hari pertama ini guru sudah membuat tugas yang akan mereka kerjakan lalu yang sudah boleh keluar untuk istirahat. Lembar soal dibagi dan mulai dikerjakan seluruh siswa. Queen yang menerima itupun terkekeh "apa dia tidak memiliki soal yang lebih sulit"ujarnya pelan sambil mengerjakan dengan santai, 5 menit kemudian ia selesai lalu menumpuknya di depan. "Cih caper sekali dari tadi, sepertinya dia murid yang bodoh"gumam gadis berambut pirang dengan lipstik merah menyala kepada temannya, disusul Xavier yang memang terkenal pintar itu mengumpulkan tugas lalu keluar menyusul Queen.

Saat keadaan sepi ini membuat ia mengejar Queen mumpung teman-temannya dan Nathalie sedang pusing akan tugas itu, sebenarnya Xavier sudah memberikan jawabannya kepada Nathalie namun gadis itu menolak dan ingin berusaha sendiri. Ia bangga pada kekasihnya itu.
"Queen" panggilnya ragu. Queen yang dipanggil pun menoleh dan mengangkat satu alisnya sebagai arti bahwa "knapa" namun tidak dijawab oleh Xavier yang masih termangu. Karena malas menunggu Queen pun berbalik dan berjalan menuju kantin sampai sebuah tangan memegang erat seakan tidak mempersilakan ia pergi. Ia menoleh kembali. "Ada apa Xavier?" Tanya nya dengan nada datar dan tatapan datarnya pula. Xavier yang kebingungan akhirnya menjawab "ekhem kau ingin kekantin?" Katanya secara spontan. "Sial kenapa aku jadi gugup begini" batinnya dalam hati. "Ya"balas Queen singkat. "Oh oke"jawabnya. "Lepaskan tanganmu itu, kau tak ingin kekasihmu itu cemburu melihat mu memegang erat tanganku kan Xavier?"jawab Queen disertai senyum miring andalannya. Refleks Xavier melepas tangannya lalu dia melihat Queen yang langsung berbalik dan meninggalkannya menuju kantin.

Jonathan melihat itu dari tadi, ia pun menghampiri Xavier. "Kau tertarik dengan gadis itu?" Tanya Jo mengagetkan Xavier. Ia kaget melihat Jonathan sudah disana, apakah Jo melihat nya dari awal. "Tidak Jo aku hanya pernah bertemu dengannya satu tahun yang lalu" jawab Xavier ragu. "Tapi tatapanmu padanya seperti memendam rindu, kau pernah naksir dia?" Tanya Jo. "Tentu tidak, aku menyayangi Nathalie dari dulu"jawabnya cepat. "Aku jadi meragukan itu setelah melihatmu menatap gadis itu"jawab Jonathan menggoda, saat akan menjawab ternyata banyak murid yang sudah keluar bersamaan teriakan Nathalie.

"Xavier"teriaknya sedikit kencang hingga membuat murid disana menoleh lalu melempar tatapan sinis mereka pada Nathalie walaupun hanya beberapa yang menanggapi acuh. Nathalie yang malu langsung menghampiri Xavier dan mengamit lengan Xavier menuntun menuju kelas. "Aku tidak bisa menjawab soal itu sayang, kepalaku terasa pusing memikirkannya, aku ingin asupan makanan, ayo kekantin" keluh Nathalie sambil berjalan diikuti Lufi, Gerald dan Jo.

"Tadi ku kasih jawaban tidak mau"jawab Xavier sambil menoel hidung mancung Nathalie. "Ya karena aku ingin berusaha sendiri Sayang" jawab Nathalie kesal. "Ya kalau begitu jangan mengeluh Nat, tenang kau tidak pusing sendiri kok, aku dan Gerald juga sudah seperti orang bodoh"jawab Lufi. "Kau dan Gerald kan memang bodoh" Jawab Jo dengan pedas. "Mulutmu Jo, belum pernah dapat tinju ya?" Tanya Gerald. "aku menantikannya dari mu" jawab Jo santai. Tentu saja Gerald tidak berani. Jonathan adalah temannya yang jago dalam hal beladiri dan kemampuannya itu tidak perlu Gerald ragukan karena itu Gerald hanya menjawabnya dengan salah tangan tanda tak berani. Mereka berlima akhirnya berjalan menuju kantin.

Who I'am? QueenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang