Bab 3

163 18 2
                                    

Setelah seharian berjibaku dengan presentasi dan meeting bersama klien baru, Riza bersiap untuk pulang ke rumah orang tuanya. Ia sudah berjanji tadi pagi untuk datang ke rumah orang tuanya. Ia sudah tahu hal yang akan dibahas oleh ayah dan bundanya. Sebenarnya Riza sudah malas, tetapi bagaimanapun ia harus memenuhi keinginan ayahnya itu.

Pukul 7 malam ia sudah sampai di rumah orang tuanya. Ia lalu masuk dan duduk di ruang makan. Keluarganya memang menerapkan pukul 7 malam waktu untuk mereka berkumpul makan malam bersama. Bunda Rani sudah menyiapkan makanan kesukaan anak laki-laki kesayangannya  yang sekaligus anak semata wayangnya itu.

Setelah selesai makan malam, mereka bertiga berkumpul di ruang keluarga dan mulai membahas hal yang sebenarnya sudah sering mereka bahas bersama.

"Kamu sudah tau kan apa yang ingin ayah bahas bersama kamu?" tanya Pak Wira kepada Riza.

"Riza sudah tau, yah."jawab Riza dengan menatap kedua mata ayahnya.

"Kalau sudah tau mengapa sampai sekarang belum ada tanda-tandanya? Umur kamu sudah kepala 3. Seharusnya sudah siap berkeluarga. Ayah dan bunda tidak menuntut kamu harus sukses dan harus kaya raya. Ayah dan bunda ingin melihat kamu seperti teman-temanmu yang sudah memiliki keluarga kecil." ujar Pak Wira kepada anaknya itu. Nampak Bunda Rani hanya mengangguk-anggukan kepalanya. Tanda setuju dengan apa yang dikatakan suaminya.

"Kamu sedang menunggu seseorang?" tanya Pak Wira.

Riza hanya menatap ayahnya datar. Ia tidak ingin menjawab pertanyaan ayahnya itu.

"Kalau memang tidak sedang menunggu seseorang. Mungkin kamu kesusahan mencari pasangan karena sibuk dengan pekerjaanmu. Ayah dan bunda akan menjodohkanmu dengan seorang wanita dari teman kami." ujar Pak Wira kepada Riza yang disambut dengan tatapan tajam Riza dan sedikit panik.

"Tidak perlu menjodohkan saya dengan siapapun ayah. Saya berhak memilih pasangan saya sendiri. Memang untuk sekarang ini saya belum menemukannya. Tapi percaya dengan Riza. Jika Riza sudah menemukan pasangan, Riza akan bawa ke rumah ini untuk mengenalkannya dengan ayah dan bunda. Dan Riza siap untuk menikah." Jawab Riza tegas.

"Baiklah kalau begitu. Semoga tidak akan lama lagi kamu sudah menemukan tambatan hatimu dan memiliki keluarga kecil. Ayah dan bunda akan berusaha menunggu."kata Pak Wira. Riza sedikit lega mendengar kata-kata ayahnya tersebut. Ayah dan bundanya memang merupakan orang tua yang bijaksana dan sangat baik hati.

"Ayah dan bunda Riza pamit pulang. Besok Riza ada perjalanan bisnis ke Korea Selatan selama satu bulan di sana untuk pengembangan cabang perusahaan yang ada di sana. Doakan Riza sehat dan semuanya lancar." pamit Riza kepada ayah dan bundanya.

"Doa ayah dan bunda selalu bersamamu nak. Ingat. Jangan terlalu lelah. Jangan lupa makan dan jaga kesehatan. Semoga semuanya lancar di sana. Siapa tau bertemu jodoh di sana ya pak?" ucap bunda Rani yang sedikit menggoda anaknya yang sudah lama melajang.

*****************
Setelah berpamitan, Riza tidak langsung pulang ke rumah. Ia menyempatkan untuk datang ke tempat favoritnya yaitu Emerald Pub.

Ia tiba di sana pukul 9 malam. Tidak lupa Ben selalu menemani bosnya itu kemana pun bosnya pergi.

Ketika masuk ke dalam Pub. Pandangannya berusaha melihat sekeliling pub itu. Ia melihat di satu tempat tetapi dia tidak menemukannya.

Ben yang juga terhenti langkahnya setelah Riza menghentikan langkahnya sejenak. Ia berusaha mengikuti kemana arah pandang bosnya tersebut. Setelah sadar yang berusaha dicari bosnya tersebut. Ben menyunggingkan senyumnya.

Tak berselang lama. Riza melangkahkan kakinya ke ruang VVIP yang khusus digunakannya jika berkunjung ke sana. Diikuti oleh Ben yang berjalan di belakangnya.

My BossTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang