Bab 4

199 16 3
                                    

"Bos, sebentar. Saya ingin mengangkat telpon dulu. Ibu saya menelpon karena besok saya akan menemani bos ke Korea Selatan. Saya ijin mengangkat telepon dulu." kata Ben kepada Riza yang diikuti anggukan Riza tanda ia mengijinkan Ben untuk menerima telpon.

"Halo." suara Lili untuk menyapa seseorang di seberang sana.

"Lili, kamu ada di mana? Ini sudah malam. Mengapa ada suara musik yang begitu keras sekali, nak?" tanya Bu Mira. Bu Mira adalah nama ibu kandung Lili.

"Ehmm. Ibu. Maaf aku sedang diundang teman. Ada temanku yang sedang berulang tahun. Ini aku akan pulang. Ibu ada apa menelpon?" jawab Lili yang sedikit gugup karena ia takut ibunya tahu ia bekerja di pub. Ibunya tidak akan setuju kalau anaknya bekerja di pub.

"Mengapa ibu tidak boleh menelpon menanyakan kabar anak ibu yang tersayang. Kabarmu baik kan nak?" tanya Bu Mira kepada Lili.

"Lili baik-baik saja Bu di sini. Lili sehat dan Lili bahagia. Ibu baik-baik saja kan di sana?" tanya Lili kepada ibunya.

"Syukurlah kalau kamu baik-baik saja nak. Ibu menjadi lega." ujar Bu Mira yang benar-benar lega mengetahui anaknya baik-baik saja di kota besar dan tinggal sendiri.

"Apakah ibu butuh sesuatu? Uang yang Lili kirim cukup atau tidak Bu?" tanya Lili yang mengkawatirkan ibunya.

"Cukup. Kamu jangan kawatir. Segeralah pulang. Ini sudah hampir tengah malam. Tidak baik anak gadis pulang sampai malam. Dan hati-hati di jalan. Ibu mencintaimu dan menyayangimu Lili." kata Bu Mira yang membuat mata Lili hampir berlinang air mata.

"Lili akan pulang Bu. Lili juga menyayangi dan mencintai ibu. Lili merindukan ibu. Ibu jaga kesehatan ya. Jika ada waktu luang. Lili akan menjenguk ibu." Kata Lili kepada ibunya.

Begitu fokusnya Lili berbicara dengan ibunya. Ia tidak mengetahui jika ada seseorang yang mendengarkan pembicaraannya.

"Hmmmm. Ternyata pandai membohongi ibunya sendiri. Ckckck." ujar Riza sambil berjalan pelan. Lili berusaha mencari suara orang yang sudah berusaha mencampuri urusan pribadinya.

"Ini bukan urusan bapak ya. Urus saja urusan bapak sendiri." balas Lili ketus. Ia sebal dengan Riza yang selalu saja membuat masalah dengannya. Riza berlalu tanpa menoleh ke arah Lili. Ia berjalan menuju mobil karena Ben sudah siap untuk mengemudikan.

"Itu orang kesurupan apa sih? Suka menguping dan nyinyir juga. Sudah mirip ibu-ibu komplek. Kenal dan dekat juga tidak. Mengapa mengurusi urusanku. Dasar pencari masalah. Kurang piknik hidupnya. Ingin kucakar saja. Membuat orang sebal." gerutu Lili mengungkapkan kekesalannya.

"Ayo jalan, Ben!" perintah Riza kepada Ben.

"Hehehe.." suara kikikan dari Ben yang membuat mata Riza sedikit melotot.

"Ada apa kamu tertawa? Disuruh jalan malah tertawa." kata Riza sedikit sebal dengan Ben.

"Bos yakin mau cepat pulang. Tidak menunggu si gadis lusuh itu pergi menghilang dari pandangan bos. Tadi bos berkata apa dengan dia?" ledek Ben kepada bosnya itu.

"Kamu jangan kurang ajar dan main-main sama saya ya Ben. Cepat pulang." kata Riza tegas.

"Siap bos! Bye gadis lusuh. Sampai ketemu bulan depan ya." kata Ben yang tidak bisa didengar oleh Lili. Tampak dari dalam mobil kedua mata yang indah dan tajam melirik ke arah Lili yang sedang berjalan pulang. Ada garis lengkung yang muncul dari bibir Riza. Entah mengapa ia puas menjahili Lili.

**************
Satu bulan telah berlalu. Lili sangat menikmati bekerja di Emerald Pub. Pelanggan di situ semuanya baik dan sopan kepada Lili. Jarang ada perkelahian di tempat itu. Yang perlu disyukuri adalah si pengganggu itu tidak ada di pub ini selama satu bulan. Ia sedikit lega. Ia berharap Riza tidak menampakkan batang hidupnya di pub ini.

My BossTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang