duo

393 52 0
                                    

"Dejun, aku ada kelas sebentar lagi. Aku akan pergi."

Mark, teman Xiaojun berkata seraya membereskan barang-barangnya. Ia dengan tergesa-gesa merapikan penampilan nya, seolah tak memiliki banyak waktu. Xiaojun yang mendengar itu hanya mengangguk mengiyakan, ia kembali disibukkan dengan kertas putih dihadapannya.

"Aku pergi"

Terdengar suara pintu tertutup tepat setelah kata terakhir Mark mengudara, setelahnya hanya kesunyian yang tersisa. Xiaojun tak masalah memang, karena dengan begitu ia bisa lebih berkonsentrasi.

Kesunyian itu hanya bertahan beberapa menit, setelahnya Xiaojun mendengar suara orang yang tengah berbincang. Ah, tiba-tiba saja Xiaojun menghela nafas.

"Kau yakin kau baik-baik saja?"

"Iyaa, aku baik-baik saja!"

Suara itu semakin mendekat, Xiaojun sudah sangat familiar dengan dua suara ini. Bahkan bisa dikatakan ia sudah bosan dengan dua suara itu.

"Kakak! Kami datang, di suruh Mama"

Ya, mereka dua adik kembarnya. Renjun dan Jaemin, duo berisik dari rumahnya. Tanpa repot menoleh kearah keduanya, Xiaojun hanya berdehem malas dan kembali melanjutkan tugasnya. Sikembar yang sudah terbiasa diacuhkan pun tak ambil pusing, mereka berjalan kearah sofa yang ada di ruangan itu. Duduk disana untuk melepaskan penat.

"Njun beneran gapapa kan? Sini Nana liat dulu, nanti kalau ada yang luka gimana?"

Jaemin berjongkok didepan Renjun yang hanya pasrah dengan tindakan kembarannya itu, Jaemin secara perlahan membuka sepatu milik Renjun. Memastikan bahwa ia tidak kecolongan sesuatu, telapak kaki itu bersih dari luka. Jaemin kemudian menaikkan celana training milik kakak beda lima menitnya itu, ia melakukannya secara perlahan hingga ke lutut.

"Tuhkan ada yang terluka!"

Pekikan Jaemin berhasil menarik perhatian Xiaojun yang berusaha keras untuk mengabaikan keduanya, si sulung itu kontan menoleh kearah dua adiknya. Penampakan Jaemin yang masih diposisi nya lalu Renjun duduk dengan lutut terekspos, oh ada  luka di lutut itu.  Xiaojun dengan cepat berlari kearah sang adik, ia kemudian mendorong Jaemin menjauh. Menggantikan Jaemin sebelumnya yang berjongkok didepan Renjun.

"Apa yang terjadi padamu?! Bagaimana bisa sampai terluka begini?!"

Renjun diam tak berkutik, ia sendiri baru menyadari kalau lututnya terluka. Karena sekarang ia sudah sadar, tiba-tiba saja luka itu terasa begitu perih. Wajah yang sebelumnya biasa saja kini mulai memerah menahan perih.

"Kakak.. Sakiiit.."

Pemuda manis itu merintih kesakitan, orang yang dipanggil seketika panik. Ia dengan segera berjalan ke sebuah lemari kecil tak jauh dari sofa itu, Xiaojun mengambil kotak obat yang memang sudah tersedia di studio tempat ia dan teman-temannya berkumpul.

Xiaojun membawa kotak itu mendekat kearah sang adik, kali ini ia berdiri dengan lututnya. Mengurungkan niat untuk memarahi adik-adiknya. Xiaojun membuka kotak itu, ia meraih botol alkohol. Berniat untuk membersihkan luka adiknya agar tidak terinfeksi, namun botol itu kosong. Cairan didalamnya sudah habis, hanya menyisakan beberapa tetes yang sudah tak dapat menetes keluar. Xiaojun kembali panik, ia kembali lagi ke lemari, mencari cairan alkohol lainnya. Namun nihil, hanya ada satu kotak obat.

Tak kehabisan akal Xiaojun meraih ponselnya diatas meja dimana ia tadi sedang menggambar sesuatu, ia mendial nomor seseorang sembari memperhatikan adiknya yang sudah terisak. Luka yang berada di lutut Renjun terlihat sedikit membengkak, mungkin hal itu menambah rasa sakit sang adik.

"Apa kau ada kelas sekarang?" Tanpa banyak basa-basi Xiaojun langsung saja melempar pertanyaan untuk seseorang diujung telpon sana.

"..."

ScenarioTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang