Alunan musik terdengar dari radio mobil, memecahkan hening yang terjadi. Yuta sesekali melirik kearah kaca, menatap putra-putranya yang tak tampak hidup sama sekali.
Sekarang mereka menuju rumah Johnny, urusan Yuta di kantor dan tugas Xiaojun telah di selesaikan dengan baik. Namun tidak seperti sebelum berangkat putra-putranya sudah tidak bersemangat seperti sedia kala.
"Kok diam semua, anak-anak papa kenapa?"
Akhirnya pria itu melayangkan sebuah pertanyaan tatkala sudah tidak tahan dengan keheningan itu. Putra-putranya yang selama ini sangat aktif, tiba-tiba jadi pasif. Tentu ia sebagai ayah khawatir jika terjadi sesuatu.
Xiaojun menggeleng, sementara tiga lainnya memilih abai. Sibuk dengan pemikiran mereka masing-masing
Dengan itu Yuta tak lagi melanjutkan perkataannya, sepertinya anak-anaknya sedang dalam suasana hati yang buruk.
Entah apa yang terjadi pada mereka, padahal sebelum berangkat keempatnya masih bercanda bersama.Perjalanan 8 menit itu berlalu begitu saja, kini mereka telah sampai dirumah keluarga Seo. Tampak sudah sangat ramai didalam kekediaman itu, terdengar dari suara remaja-remaja yang saling sahut-sahutan.
Winwin dan anak-anaknya turun ketika mobil telah berhenti, mereka dengan segera masuk kedalam lingkungan rumah seo. Winwin berniat untuk menyapa Ten terlebih dahulu, sementara anak-anaknya berlari menuju teman-temannya berada.
"Ten" sapa Winwin dengan memeluk pria cantik dengan baju kaos putih longgar dan celana pendek selutut, yang dipanggil membalas dengan tertawa kecil.
"Kalian langsung berangkat?" tanya Ten disaat dilihatnya Winwin sudah sangat rapi, Winwin mengangguk sebagai jawaban, "Ya lebih cepat lebih baik" ujarnya.
"Mohon bantuannya untuk tiga hari kedepan ya, Ten" Winwin menggenggam tangan Ten pelan, ia masih tidak bisa jauh dari para anaknya.
"Ya, tenang saja oke? Aku akan menjaga mereka semua, kau fokuslah dengan kerjaan mu dan segeralah kembali." Ten mengelus lembut punggung tangan Winwin yang menggenggam tangannya, Ten tahu dengan pasti kekhawatiran yang sedang dirasakan oleh sahabatnya ini. Sama seperti ketika ia khawatir dengan putra bungsunya yang manis.
"Baiklah, aku akan langsung pergi saja. Taeyong dan Doyoung sudah di bandara"
"Ya, pergilah. Hati-hati selama perjalanan mu, semoga sampai dengan selamat"
Ten melambaikan tangan saat Winwin berjalan keluar dari lingkungan rumahnya, ibu empat anak itu masih lincah dengan bergerak cepat. Ten masih saja menatap lama jalan kosong yang tadi dilewati oleh sahabatnya Winwin
"Kenapa bub?"
"Astaga kaget! Kaaaak~"
Johnny tertawa ketika dilihatnya tingkah manis sang istri tercinta, ia memeluk erat Ten dari belakang. Ten ikut tertawa bersamanya.
"Kamu gapapa?" pria tinggi itu kembali melayangkan pertanyaan, tersirat dari nada bicaranya bahwa ia sedikit khawatir dengan orang yang telah memberikan dirinya dua putra itu.
"Memangnya aku kenapa?" Ten balik bertanya sembari mengerutkan kening bingung, sedari tadi ia tidak melakukan apa-apa jadi tidak ada yang harus di khawatirkan.
Suara bising dari taman belakang terdengar, suara dari anak-anak remaja yang kini terdengar bersemangat. Entah apa yang mereka lakukan
"Lihat, mereka belum sehari disini namun sudah sangat berisik" protes Johnny seraya menelusup kan wajahnya ke perpotongan leher Ten, ia mengusak-usakan wajah disana.
Ten tertawa lagi, tidak habis pikir dengan sifat kekanak-kanakan dari suaminya ini. Dua putranya saja sangat senang dengan kehadiran teman-teman mereka,hanya Johnny lah yang sedikit keberatan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Scenario
Fanfiction__ "Kau egois" "Aku tahu" ... "Tidak, tidak ada yang seperti itu. Aku menyukaimu sejak kita pertama kali bertemu, hanya kamu" "Maafkan aku, aku tidak tertarik dengan pria yang sudah berkeluarga" ... "Jadilah kekasihku" "Aku tidak ingin berada di hu...