Bab 2

62 11 2
                                    

Selama dipesawat Alveeza melamun, bukan karena ia memikirkan kehidupan sebelumnya tetapi karena ia tengah mencari informasi tentang dunia ini dibantu oleh El. Awalnya ia tidak percaya bahwa di dunia ini tidak ada yang namanya sihir, tetapi setelah dicari lebih lanjut memang tidak ada, yang ada hanya sulap dan teknologi-teknologi canggih.

"Well.. berarti hanya saya yang memiliki sihir di dunia ini," Alveeza mengerutkan keningnya, ia bangun dari posisi tidurannya. "Dengan kekuatan saya saat ini, apa yang akan saya lakukan?"

"Kenapa ga lo gunain kekuatan lo buat bantu-bantu orang yang kesusahan? Atau lo bisa buat organisasi dunia bawah yang bekerjasama dengan militer atau apalah itu?" El terdengar semangat dengan ide yang tiba-tiba muncul di kepalanya.

Alveeza memikirkannya dan tidak lama ia tersenyum kecil. "Benar juga, kenapa saya tidak kepikiran ya?" Sedangkan El hanya mendengus.

Raut wajah Alveeza kembali serius, "Tetapi, jika memang seperti itu rencananya saya membutuhkan identitas lain, kan?" Sepertinya memang tidak mudah jika ingin melakukannya.

"Yap! Benar sekali. Tapi gue punya iideee...~" Suara El terdengar mendayu-dayu.

"Apa?"

Yang terdengar dikepala Alveeza hanya suara kekehan El dan itu membuat Alveeza memutar matanya malas, "Apa ide-nya?"

"Gunakan identitas lo!" Itu membuat Alveeza terkejut, tapi tidak lama kemudian ia mengerti. "Identitas lo sebagai Elvaroth Azkariel Belpviathan, tidak ada yang tau siapa 'dia' bukan?"

"Kalo lo mau memberi bantuan dengan cara memberi pekerjaan, gue saranin lo bangun perusahaan atas nama itu. Alveeza adalah identitas lo sebagai seorang pelajar sekaligus anak dari pasangan D'Rafvindra! Gimana saran gue? Kece gak? Pastilah kece orang gue-nya kece kok! Awokawokawok!"

Sedangkan Alveeza hanya tersenyum sambil ngelus dada sabar. 'Gini amat saya punya kepribadian lain...' Batinnya saddly.

Saat Alveeza hendak membalas, pintu ruangannya diketuk dan terdengar suara bundanya.

"Al! Bersiap-siaplah, sebentar lagi kita akan mendarat nak!" Teriakan Jessica membuat Alveeza meringis. Sedangkan El tertawa terbahak-bahak didalam pikirannya.

Menghela nafas, Alveeza bangkit dari posisi duduknya dikasur kearah pintu. Disana bundanya tengah tersenyum lebar.

"Segeralah bersiap-siap, tujuh menit lagi kita akan mendarat. Mengerti?" Jessica menatap putra bungsunya dengan sorot mata bahagia. "Akhirnya kita akan berkumpul kembali! Bunda senang sekali!"

Alveeza tersenyum kecil, "Ya saya mengerti, bunda. Tidak perlu berteriak, nanti tenggorokan bunda sakit."

"Aww! Manisnya putraku!" Jessica gemas, ia mencubit pelan pipi putranya. "Ya sudah, sana segera bersiap."

Alveeza mengangguk, setelah Jessica pergi ia langsung menuju kopernya. Membongkar bagian dalam koper dan mencari pakaian yang menurutnya akan membuat ketampanannya bertambah berkali-kali lipat. Sepertinya tanpa sadar sikap narsis El melekat padanya.

"Al... Pas lo udah sampai dirumah nanti, lo jangan deket-deket ya sama abang-abang gue." Tiba-tiba suara El terdengar membuat ia menghentikan kegiatannya dan mengerutkan keningnya bingung, "Kenapa?"

Suara helaan nafas El terdengar, "Dari kecil sampai sekarang gue emang gak deket sama kedua abang gue. Ngga tau kenapa, tapi gue kek ngerasa ada dinding yang membatasi interaksi gue sama kedua abang gue... Makanya sebelum terlambat, lo gue kasih tau dulu."

"Baiklah, saya juga tidak masalah." Alveeza kembali fokus kekopernya, "Btw El, menurut anda saya pakai outfit yang mana?"

"Coba lo cari baju itam, hoodie ato jaket gue yang warnanya birdong, terus bawahannya lo make celana jeans warna itam, tambah sepatu putih. Itu menurut gue cocok.. tapi ga tau juga ya, lo coba dulu deh."

ALVEEZA [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang