BAB 6−Kenalan◡̈

159 12 1
                                    

H͜͡a͜͡p͜͡p͜͡y͜͡ R͜͡e͜͡a͜͡d͜͡i͜͡n͜͡g͜͡!͜͡

°°°


"Udah dua hari Dirga nggak keliatan."

Bruk!

Ghaziya menjatuhkan kepalanya di atas meja kantin. Terlihat sangat putus asa seolah baru saja di timpa masalah yang amat besar padahal tidak. Lyona yang selalu sabar menghadapi Ghaziya menepuk-nepuk punggungnya.

"Nggak papa, Zi, mungkin urusannya belum selesai. Nanti kalau udah beres juga masuk," ujarnya sambil menatap teman-teman satu mejanya.

"Dua hari nggak liat yang manis dunia gue kayak jadi nggak ada warnanya." Gadis lesu itu mendrama.

Ekspresi Lyona mendadak jelek. Hanya karena Dirga si tukang sok cool ini jadi tidak bersemangat.

Alen yang sedang menikmati makan siangnya bertanya ketika Ghaziya menyebutkan nama Dirga. "Dirga anak IPA 1, Zi?"

"Hmm," gumam Ghaziya.

"Ziya suka dia?" Sean ikut bertanya.

"Hmm."

"Nilainya tinggi banget tuh orang." Alen tersenyum tipis mengingat daftar peringkat pertama pararel di tempati oleh nama itu.

Nilai rata-rata miliknya hampir sama rendahnya dengan Hiro. Di kelas IPA 1 ada dua cowok pintar yang setiap ujian mendapat nilai tinggi, Dirga dan Antara. Menyaingi nilai mereka berdua adalah hal yang hampir mustahil bagi ketua tim voli dan kapten tim basket.

Di meja panjang yang luas ini ada Ghaziya dan Lyona. Lalu tiga anak voli yang juga banyak di idamkan gadis-gadis karena ketampanannya. Alen si ketua tim voli yang sebenarnya hemat suara tapi banyak tawa saat bersama teman dekatnya. Sean, lelaki pendek yang tingginya hampir sama dengan Dirga, cuek dan suka bermain game. Terakhir Aleza, wakil ketua tim voli. Dia selalu bersemangat, dan gampang akrab dengan siapapun.

"Permisi, maaf gue boleh gabung nggak? Meja yang lain udah penuh soalnya."

Gadis cantik dengan rambut hitam lurus terurai indah serta senyuman mempesona datang membawa nampan makan siang. Di samping kanan kirinya ada dua gadis lain yang kalau di lihat-lihat juga lumayan bening.

Lyona yang pertama menanggapi perempuan itu. Dia mempersilahkan dengan senang hati, "Oh, nggak papa, duduk aja."

Si cantik duduk di sebelah Lyona sementara dua antek-anteknya duduk di meja sebelah yang masih muat dua orang. Gadis manis dengan senyum indah menyelipkan segumpal rambut ke belakang telinga, tersenyum ramah lalu bertanya, "Kalian anak IPS 1 sama IPS 2. Ya? Kenalan dong gue Reyna dari IPA 2."

"Salam kenal gue Lyona." Dia menunjuk gadis yang menidurkan kepala diam tak bergerak. "Dia Ghaziya."

Tiga lelaki yang awalnya hanya diam ikut memperkenalkan diri.

"Gue Aleza."

"Sean."

"Gue Alen."

Reyna menebarkan senyum manisnya. "Salam kenal semuanya. Salam kenal juga Ghaziya."

"Hmm."

"Kenapa dia?" tanya Reyna melihat Ghaziya tak bertenaga.

"Biarin aja, si edan ini dunianya lagi nggak berwarna," sahut Lyona masih menepuk-nepuk punggung Ghaziya.

"Ngomong-ngomong kalau gue nggak salah inget lo itu yang kemarin tabrakan sama Ghaziya di cafe, kan?" ujar Lyona. Ingat dengan wajah gadis bertopi pink waktu itu.

GHAZIYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang