Keputusan

764 80 4
                                    

Apartemen tenang ketika Peat masuk, jadi dia berpikir mungkin Noeul dan Boss masih tidur. Ada sebuah papan permainan di atas meja, beberapa kertas lipat tersebar di semua tempat, entah apa yang mereka mainkan semalaman, dan juga terdapat tulisan besar 'I LOVE YOU' di tengah, dan Peat menjatuhkan dirinya ke sofa. Tubuhnya berteriak untuk menyiram seluruh tubuhnya dengan air dingin, tapi dia tidak memiliki energi untuk bangun lagi.

Begitulah cara Boss menemukannya, meringkuk di sofa, sekitar satu jam kemudian. Dengan tanpa kata Noeul menyerahkan segelas air, tampak seperti orang mati, dan Peat menerimanya dengan senang hati.

" Kukira kamu menginap di rumah Fort ", ucap Boss, menggerak-gerakkan alisnya. Peat mengernyit ketika air sudah masuk ke perutnya, rasanya seperti asam menggerogoti besi tua. Peat mengangguk.

Noeul duduk lebih dekat. " Dan... Kamu tidur dengannya? "

Peat tersipu, dan Noeul memekik keras, mengeluarkan suara yang tidak manusiawi dan membuat telinga Peat berdengung. Dia mengguncang bahu Peat seperti orang gila, mengatakan hal-hal seperti, " Bagaimana? Aku selalu tahu kamu menyukainya. Apa semuanya berjalan lancar? Aku bangga padamu ". Setiap kata yang keluar dari mulut Noeul bagaikan sebuah jarum yang menusuk, sementara yang hanya Peat pikirkan adalah wajah Fort yang tenang ketika dia pergi.

" Ada apa? ", Boss bertanya saat melihat raut muka Peat yang murung, dan Noeul akhirnya terdiam.

" Nggak, aku... " Peat menelan ludahnya dan menunduk. Ia masih bisa mengingat rasanya, tidak ada tempat di tubuhnya yang mana Fort belum melihat atau menyentuhnya dan hal tersebut akan memakan waktu selamanya. " Aku nggak seharusnya melakukan itu "

" Hah? Aku pikir kamu menyukainya ", ucap Noeul tak percaya.

" Itulah masalahnya " jawab Peat. Suaranya begitu kecil, dia bahkan hampir tidak bisa mendengar dirinya sendiri. " Kita hanya berteman, kita tidak harusnya memiliki perasaan. Hanya saja... Dia tidak tahu aku menyukainya seperti itu "

Noeul dan Boss menatapnya.

" Tunggu. Apa yang kamu katakan waktu kamu bangun? ", Boss bertanya dengan hati-hati. " Kamu bicara dengannya pagi ini, kan? "

Peat menggelengkan kepalanya.

Noeul mengerang. " Ya Tuhan "

" Aku dan Fort sangat mabuk kemarin " jelas Peat, rasanya ia hampir menangis. " Hal itu tidak akan terjadi jika kita nggak mabuk "

" Oh, ayolah, Peat. Alkohol hanya bisa menurunkan rasa malumu, dia tidak akan melakukannya jika dia tidak menginginkannya "

" Tapi tetap saja itu masih tidak berarti dia menyukaiku "

" Lalu kenapa kamu pergi? "

" Aku takut dan pasti kita akan canggung "

Mata Noeul berputar dan menghela nafasnya kasar. " Lalu bukankah apa yang kamu lakukan sekarang membuat semuanya makin canggung? Peat, pria itu menyukaimu. Aku yakin dia juga sudah lama menyukaimu "

" Jika dia memang begitu, kenapa dia nggak memberitahuku? "

" Alasan yang sama juga berlaku seperti mu, Peat ". Boss menarik napas. " Mengutarakan perasaan memang sulit. Tapi kadang-kadang kamu hanya perlu jujur "

" Yah, kurasa aku melewatkan kesempatan itu. " Peat bangkit, tubuhnya seperti mati rasa. " Sekarang maafkan aku, aku mau main video game sepanjang hari, atau mungkin selamanya "



✎﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏✎




Noeul menyembulkan kepalanya ke kamar Peat sore harinya dan bergabung dengan Peat yang sedang berbaring di tempat tidurnya selama sepuluh jam terakhir, menatap langit-langit dan tenggelam dalam penyesalannya.

LET ME LOVE YOU ( FORTPEAT )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang