Peat suka bermain skateboard saat sedang stres. Dia bukan skater paling mengagumkan di dunia tapi keahliannya masih cukup untuk tidak membuat kebodohan keluar dari dirinya saat berada di taman skate ketika biasanya ada sekelompok siswa SMA yang berkeliaran dan berpikir mereka adalah skater paling keren.
Peat tidak punya waktu untuk memikirkannya. Dia adalah seorang mahasiswa kimia, dan mungkin akan menghabiskan waktunya untuk penelitian. Dia hanya ingin kedamaian dan merasakan angin menerpa wajahnya dan sebaiknya tidak ada tulang patah nantinya.
Dipikir-pikir lagi rasanya aneh saat ia menceritakan tentang skate pada Fort. Olahraga ini satu-satunya yang akan Peat lakukan saat ia tidak ingin berada di sekitar orang banyak. Dia tidak berpikir Fort akan tahu betapa pentingnya hal ini baginya.
Mungkin lebih baik seperti itu.
Jumat sore dan cuaca sedang baik, berarti akan ada banyak anak-anak yang berkeliaran di sini. Beberapa bahkan tidak memiliki papan skate, dan hanya duduk di kursi panjang sekitar taman untuk mendengarkan rap menjengkelkan dan minum es kopi, berteriak menghina satu sama lain.
Fort sangat merasa asing. Sedari tadi ia hanya melihat sekitar, kepalanya menoleh tiada henti, sehingga Peat hampir menertawakannya.
Mereka sudah berada di taman sekitar setengah jam dan Peat telah menunjukkan padanya beberapa trik yang dia yakin bisa. Ternyata memang tidak sesuai rencana. Dia jatuh beberapa kali karena gugup dan Fort yang mengawasinya begitu penuh perhatian sehingga membuatnya malu.
Peat membiarkan papan itu berguling ke arah Fort yang duduk bersila di atas beton dan ia berhenti di kakinya. Dia berpakaian lebih santai kali ini, mengenakan jeans robek dan kemeja merah longgar. Peat menemukan fakta lagi bahwa sangat tidak adil memiliki ketampanan seperti itu sendirian.
" Mau coba? " Tanya Peat.
Fort melirik anak-anak lain. " Di sini? "
Peat mengerti, sungguh. Remaja memang menakutkan. Gerakan mereka tidak beraturan dan saling sok mengadu keahlian.
" Kita bisa pergi ke suatu tempat yang tenang, jika kamu mau "
" Oke "
Peat membawa mereka sisi jalan utama yang minim orang, yang menuju turunan jalan untuk ke pemukiman. Disana ada seorang wanita tua yang menyirami beberapa bunga di halaman depannya tapi selain itu kosong dan tenang.
" Perhatikan kakiku ", ucap Peat dan mulai naik di atas papan skate. " Aku berdiri seperti ini karena aku menggunakan kaki kananku untuk mendorong. Jika kamu mendorong dengan kaki kiri, kaki kananmu yang berada di depan. Ayo, cobalah "
Fort menurut, dan dengan hati-hati, Peat mengulurkan tangannya untuk menuntunnya.
" Aku akan menarikmu perlahan. Cobalah untuk tidak menggeser berat badanmu ke belakang atau papan itu akan terjungkal. Kamu harus mengantisipasi gerakan dan menyesuaikan diri dengannya "
" Kamu membuatnya terlihat mudah ", ucap Fort, berdiri tepat ditengah papan, jari-jari tangannya mencengkeram lengan baju Peat kuat ketika ia mulai bergerak. Sebagian dari diri Peat ingin menggodanya karena terlihat begitu gugup.
" Aku biasa saja, Peat ", Fort seakan mengerti pikiran Peat yang hendak mengejeknya dan Peat tertawa. " Aku hanya harus banyak berlatih. Tapi bisakah kita melakukan sesuatu yang lebih mudah? "
Peat menarik Fort kembali untuk berhenti. " Coba kamu duduk di atas papan. Lalu sekarang pegang bagian depannya dan aku akan mendorongmu "
" Apa ini lebih mudah? " Fort mendongak dan Peat tertawa lagi melihat mata Fort yang seperti anak anjing ketakutan.
![](https://img.wattpad.com/cover/330777477-288-k547794.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
LET ME LOVE YOU ( FORTPEAT )
أدب الهواةPeat, mahasiswa kimia, introvert dan tidak percaya diri Bertemu dengan Fort, mahasiswa bahasa, ekstrovert dan membuat Peat kalang kabut Sudah terlalu lama sendiri membuat Peat sama sekali tidak paham pendekatan yang dilakukan Fort Bagaimana dia bisa...