Kesekian Kali

37 7 13
                                    

Dia cantik yang tidak nampak

Kalau kamu cantik diwajah, dia cantik dihati

Dan aku mencintai kecantikan sederhana yang dia miliki

-Kalingga-

**

Ata sudah menenteng dua kantong plastik dikedua tangannya yang berisi kuaci rebo rasa milk dan greentea. Iya masuk apartemen dengan perasaan yang riang gembira namun hampa. Riang gembira karena karena stok rebo nya akhirnya bertambah lagi. Ata menyukai rebo cemilan kuaci yang merupakan pelariannya ketika dunia mengecewakannya. Hampa karena semua yang iya miliki adalah ilusi yang sesak, Kalingga yang ada namun tidak terlihat, Ayah yang selalu hadir namun menekan, dan teman-teman yang nyatanya palsu.

Ata sudah meletakkan dua kantong plastik di sofa lalu turut merebahkan dirinya kedalam sofa tersebut sembari menghela nafas lelah. Pukul 12.00 siang dia sudah berada di apartemen, matahari sedang terik-teriknya diluar sana. Iya menutup matanya sejenak berharap dengan melakukan itu rasa getir didalam dadanya perlahan surut.

Ponsel berdering, iya merogoh totebag nya lalu mengambil benda pipih tersebut dengan lelah. Di layar ponselnya tidak ada panggilan tertera, bukan ponsel miliknya yang berdering. Ata melihat kiri kanan dan menemukan ponsel tergeletak bebas dia atas meja. Dengan berani iya mengambil ponsel tersebut. Ata belum mengangkat panggilan itu namun sudah berhenti berrdering.

Tangan Ata bergetar melihat wallpaper dari ponsel tersebut, ada Kalingga disana dengan seorang perempuan dengan kacamata tebalnya. Mereka melakukan selfie dengan senyum magis yang mereka miliki. Dada Ata bergemuruh, kalau saja Kalingga tidak tepat waktu ponsel miliknya akan berakhir dilantai.

"Dia pacar lo?" Tanya Ata dengan nada serak menahan tangis.

Kalingga hanya mengangguk tanpa memerhatikan air muka Ata, justru Kalingga sibuk dengan ponselnya

"Kenapa wallpaper hape lo masih dia ?"

"Gue gak nyuruh lo sentuh-sentuh hape gue" jedus Kalingga

"Lo emang istri gue, tapi soal hape itu privacy gue" Lanjut Kalingga dengan sinis

"Gue Cuma mau angkat telfon" Ujar Ata membela dirinya

"Lo gak berhak angkat telefon gue sekalipun itu bunyi ratusan kali"

"Gue emang gak pernah berhak yah atas diri lo dan semua yang berhubungan sama lo" Tanya Ata yang iya sendiri sudah tahu jawabannya

"Iya harusnya lo sadar" Datar Kalingga namun membuat jantung Ata mencelos, ada bagian dari dirinya yang retak mendengar Kalingga berucap

Ata mengangguk paham sambil tersenyum hambar, sedikit lagi, air yang sudah tertampung di kantung mata Ata ingin jebol. Namun sebisa mungkin Ata menahan itu

"Lebih cantikan gue" Lirih Ata dengan nada mengejek yang masih bisa ditangkap oleh indera pendengaran Kalingga. Ata sebenarnya hanya bermaksud untuk mengalihkan kesedihannya dengan mengejek Jenny. namun Kalingga menanggapinya dengan lain. Kalingga menyimpan ponselnya disaku, menghela nafas dan menatap Ata singkat

"Otak lo terlalu dangkal untuk menafsirkan kata cantik. Menurut lo cantik hanya soal wajah ?" Tanya Kalingga melotot keheranan dengan pemikiran bodoh Ata

"Cantik yang lo miliki gak sebanding sama versi cantik yang Jenny miliki. Jenny cantik disini" Tunjuk Kalingga menyentuh hati Ata. Ata tak bergeming. Namun ada perasaan sakit mengalir dalam labirin hatinya ketika Kalingga mengucapkan itu

Ata tersenyum hambar menepis dengan lembut tangan Kalingga yang menyentuh dirinya

"Apa yang dimiliki Jenny yang gak gue miliki ?gue cantik, gue kaya. Gue sempurna" Tanya nya dengan mata merah tapi masih menyombongkan dirinya. pelan tapi pasti pipinya akhirnya basah, pertahanannya hancur. Karena memang Ata sangat tidak pandai menyembunyikan kesedihannya.

Kalingga tersenyum sinis

"dia cantik dengan kesederhanaan yang iya miliki"

"Apa yang dimiliki Jenny yang gak gue miliki ?" Ulang Ata dengan nada yang serak seolah apa yang diucapkan oleh Kalingga adalah hal yang klise

"Dia rumah bagi gue" Tandas Kalingga dengan yakin

"Terus gue apa ? pelarian nafsu lo ?" Tanya Ata tanpa gentar

Kalingga mengangguk tersenyum kecut, tidak bisa dipungkiri bahwa tubuh Ata adalah hal terindah yang iya rasakan dari Ata. Iya tak kuasa jika satu hari saja tanpa menyentuhnya. Tubuh Ata magnet bagi Kalingga yang selalu menariknya untuk harus di cecap.

"Gue Cuma pelacur buat lo yah ?" Ata berharap jawaban Kalingga adalah tidak.

Kalingga diam sejenak, mencoba memerhatikan manik mata legam kepemilikan Ata mencari sebuah kebohongan atas tangisnya yang tak kunjung reda, namun semakin menatap mata Ata semakin Kalingga menyadari bahwa tangis yang Ata bawa adalah kesedihan paling dalam dari dirinya. Kalingga berharap tangis yang selalu saja jadi senjatanya adalah bagian dari drama Ata agar Kalingga merasa bersalah dan kasihan terhadap dirinya. Tapi ternyata tidak. Air mata Ata mengalir tulus tanpa rekayasa.

Kalingga menatap iba perempuan yang ada di hadapan nya sekarang. Yang kalingga bisa lakukan adalah menarik tubuh rapuh Ata lalu membawanya dalam pelukannya.

"Gue cinta sama Jenny dan gue juga gak bisa tinggalin lo demi Jenny karena lo udah jadi istri dah gue" tulus Kalingga mengelus rambut panjang hitam Ata dengan lembut

"Gue sama Jenny adalah pilihan, lo harus pilih salah satu bukan kesempatan yang harus lo miliki sekaligus" Lirih Ata masih menangis dipelukan Kalingga. Ata tidak membalas pelukan yang diberikan Kalingga namun tidak juga menolak atas pelukan itu. Iya merasa tenang ketika tubuhnya dipeluk oleh suaminya

"Gimana mungkin , Ta. Gue bisa milih salah satu diantara kalian sedangkan sejak awal gue gak pernah dikasi pilihan"

"Maaf, Kal" Karena yang dikatakan Kalingga adalah kebenaran, iya hanya dipaksa menikah dengan dirinya tanpa dasar cinta karena Ata sadar penyebab luka semua orang adalah dirinya sendiri.

Kalingga melepas pelukannya, memegang pundak Ata dengan sangat lembut. Menatap mata hitam legam milik Ata, sorot mata kesedihan masih terpatri di balik retina Ata. Tangan Kalingga mulai menyentuh pipih basah Ata menghapus jejak-jejak air mata yang masih terus mengalir dikedua pipi Ata tanpa henti. Mengecup keningnya dengan singkat

"Gue ada konsul sama Jenny jam 2 siang, gue harap lo gak akan nangis setelahh gue ninggalin lo disini" Ujar Kalingga menatap jam tangan yang iya kenakan secara terbalik. Bagian depan yang menunjukkan angka dan jarum jam iya sembunyi kan ke pergelangan tangan bagian dalamnya.  Lalu tali jam nya iya arahkan kebagian depan.Kalingga sudah terbiasa menggunakan jam tangan dengan posisi yang seperti itu.

Ata mengangguk paham walau sebenarnya hatinya meringis karena suaminya akan bertemu lagi dengan Jenny.

Seharusnya Ata sudah sadar sejak awal bahwa hati Kalingga bukan miliknya meski raganya tiap malam iya peluk. Seharusnya harapan-harapan yang iya gantungkan dilangit bersama Tuhan bahwa Kalingga hadir sebagai wujud malaikat untuk membahagiakannya adalah ilusi yang paripurna yang semakin iya harapkan semakin menyobek hatinya.

Gue gak pernah bisa miliki hati lo. Batin Ata piluh

**

17 Januari 2023

guyyss jangan lupa vote dan komen yahhh biar saya semangat nulisnyaaa

kiss hug buat kalian semua. semoga kalian tetap sehat yahhhh

MATAHARITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang