Bagi bintangnya dong bestie-bestie😍
Gueh kan butuh support banget gituh😉💅__________
"Pagi ganteng!" Sapa Rain dengan gaya genit yang dibuat-buat. Itu merupakan rutinitas paginya. Menunggu Petir di gerbang, lalu mengikutinya hingga ke kelas.
Petir tidak mengindahkan sapaan Rain, ia berjalan melewati begitu saja seolah sapaan itu hanya angin lalu. Hal itu juga sudah menjadi kebiasaan Petir setiap paginya, yaitu menghiraukan Rain.
Rain yang dihiraukan tidak menyerah begitu saja. Melangkah lebih lebar agar beriringan disamping sang pujaan.
"Gue bawa bekal buat lo nih." Ujar Rain seraya memberikan kotak bekal berwarna abu-abu.
Ia bangun pagi-pagi buta hanya untuk membuat bekal khusus buat Petir. Menu bekal kali ini ialah nasi goreng tempe. Yah, ini bukan pertama kalinya tapi ratusan kalinya.
Prang
Bekal itu jatuh berserakan. Petir pergi begitu saja setelah melempar bekal pemberian Rain.
Untuk kesekian kalinya pula Petir menolak pemberian Rain dengan kasar. Rain berusaha agar air matanya tidak jatuh membasahi pipi. Ia yakin suatu saat Petir akan menerima pemberiannya bahkan cintanya.
"Ditolak lagi ya? Haha lucu banget." Ejekan itu berasal dari gadis yang kabarnya sedang dekat dengan Petir, dia Fhita.
"Sudah pasti dong, mana mau Petir sama cewek kayak dia." Jawab temannya yang diketahui bernama Maya.
"Emang gue kenapa sampai Petir ga mau sama gue?" Tanya Rain lantang, ada apa dengan dirinya. Dia cantik, sudah pasti baik hati dan suka menolong.
Fhita dan Maya saling pandang, lalu muncul smrik mencurigakan. Keduanya mendekatkan wajah ke telinga Rain dan berbisik. "Murah!"
Rain yang geram langsung menjambak rambut keduanya. "Beraninya lo berdua ngatain gue murah!" Ujarnya dengan amarah.
"Haha yang ditolak ratusan kali dan masih ngejar itu namanya apa kalau bukan murah?" Ejekan Fhita semakin menjadi walaupun rambutnya sedang dijambak.
"Sorry gue kebawa emosi, padahal bukan gue yang lo maksud." Ujar Rain melepaskan tangannya dari rambut kedua parasit itu.
"Ternyata lo sedang mendeskripsikan diri lo yang murah itu. Gue ga merasa murah karena gue ga jual diri kayak lo." Lanjut Rain.
Plak
"Jaga mulut lo bajingan!" Ujar Fhita usai menampar pipi kanan Rain.
"Upss ucapan gue benar ya?" Rain berlagak kaget. Dia sendiri tidak tau juga itu benar atau tidak, tapi waktu itu ia pernah melihat Fhita memasuki sebuah club malam bersama pria tua.
"JAGA MULUT LO!" Itu suara Petir dan sejak kapan ia ada di sini.
"Petir hiks dia jahat hiks." Fhita menangis dan berhambur ke pelukan Petir. Berlagak menjadi orang yang paling tersakiti.
"Sikap lo kayak gini yang buat gue ga suka sama lo." Ujar Petir dengan tatapan jijik memandang Rain.
"Terserah lo!" Pungkas Rain dan pergi dari sana. Entanlah, rasanya lebih menyakitkan tatapan Petir tadi daripada ucapan si parasit.
Berita kedekatan Petir dengan si parasit awalnya ia tidak percaya. Tapi pembelaan Petir tadi sudah cukup meyakinkan. Aarghh sepertinya ia memang harus berhenti mengejar Petir.
__________
Mau up tapi ga tau nulis apa, ya jadinya gini.
Sedih banget, karena gueh baru nt.
Semangatin dong, pake bintang aja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Petir & Rain
Teen FictionSesempurna itukah Petir? Hingga Rain rela ditolak berkali-kali bahkan ratusan kali olehnya. "Gue akan berhenti kalau di tolak untuk ke-160 kalinya." -RAIN