Setelah selesai sarapan, Rain dan Fadlah berangkat ke sekolah, tak lupa mereka berpamitan kepada orang tua Rain terlebih dahulu.
Saat di perjalanan, Rain masih jengkel kepada Fadlah. Karena rasa jengkel dan kesal yang tak kunjung reda, Rain pun muncubit perut Fadlah. Aksi itu berjalan lancar, namun membuat motor yang di kendarai Fadlah oleng, untungnya Fadlah dapat menjaga keseimbangan.
"Whehe sorry." Rain meringis pelan.
"Gapapa kan ai?" Fadlah mengkhawatirkan Rain, takut jika Rain kenapa-napa.
"Ai?" Bukannya menjawab pertanyaan Fadlah, ia malah salah fokus dengan panggilan yang dilontarkan untuknya.
"Iya, ai, nama kamu kan Rain. Jadi aku panggil ai." Jawab Fadlah seadanya. Kerena rasanya nama Rain itu agak sulit diucapkan. Sebenarnya dari lama ia ingin memanggil Rain dengan panggilan "ai" bukan tanpa sebab, tapi karena "ai" itu penyebutannya sama dengan "ay" yang artinya ayang.
"Iih ga suka." Rain yang menginginkan jawaban lebih, dipatahkan begitu saja.
"Kok ga suka? Kan lucu itu. Ai ai ai ai." Ujar Fadlah dengan wajah tengilnya yang membuat Rain semakin kesal.
"Aku maunya dipanggil sayang, SAYANG!" Rain yang kesal pun menaikan notasi suaranya, agar Fadlah mendengar dengan jelas.
"Iya Sayang." Jawab Fadlah terdengar pelan namun mampu membuat wajah Rain bersemu merah.
"Ga usah merah gitu mukanya." Ujar Fadlah yang memperhatikan Rain dari kaca spion motornya.
"Mana ada." Pungkas Rain menutup wajahnya.
Tak hanya Rain saja yang salah tingkah, masih ada Fadlah yang mati-matian meredakan detak jantungnya yang begitu kencang. Emang boleh ya sesalting ini?
Motor yang dikendarai Fadlah memasuki area sekolah. Bukan hal pertama lagi bagi para penduduk sekolah melihat Rain dengan Fadlah. Mereka tau bahwa Rain dan Fadlah hanya sebatas sahabat, tapi mereka tidak tau kalau dua sejoli itu telah berganti status.
Dan ini yang kesekian kalinya bagi mereka, melihat Fadlah yang membukakan helm yang dikenakann Rain. Beberapa dari mereka melihat itu biasa aja, tapi ada juga yang melihatnya gemas bahkan tak suka.
Fadlah menyamaratakan tingginya dengan Rain. "Ga nyangka udah jadi pacar aku aja." Ujarnya sambil mengacak rambut Rain gemas.
"Iih jangan diacak, berantakan deh jadinya" Ujar Rain memanyunkan bibirnya kesal. Ia membenarkan posisi rambutnya seperti semula dengan wajah kesal tapi malah memberi kesan imut.
"Kenapa? Bukannya hati kamu yang berantakan?" Fadlah bertanya dengan alis yang dinaikan sebelah, dan itu terkesan mengejek di mata Rain.
"Sembarangan." Ketus Rain.
Percakapan mereka tidak luput dari perhatian orang di sekitarnya. Beberapa mulai bergosip tentang mereka.
"Iih emang boleh selucu itu."
"Dekat mulu, jadiannya kapan?"
"Ada ya sahabatan cewek cowok tanpa melibatkan perasaan?"
"Tadi gue denger si Fadlah manggil sayang."
"Parah sih, Fadlah cuma dijadiin pelampiasan"
"Redflag banget jadi cewek."
Begitulah kira-kira gosip yang beredar pagi ini. Namun Rain seakan tuli, karena ini hidupnya, ia yang akan menjalaninya. Rain dan Fadlah pun berjalan beriringan menuju kelas dengan segala bentuk jokes dan gombal yang dilontarkan Fadlah.
__________
Terkadang kita harus merasakan patah hati dulu sebelum menemukan cinta yang tulus. Rain rasa, ini saat nya ia untuk melupakan cinta lama demi cinta baru. Sebenarnya, perasaannya belum berubah, masih sama.
Lihat saja sekarang, Rain sedang memperhatikan Petir yang sedang bermain basket dari ujung lapangan. Helaian rambut yang basah karena keringat, menambah kesan tampan di wajah Petir.
"Oi!! ngapain lo?" Sekar datang mengejutkan Rain yang sedari tadi tidak usai memandang Petir.
"Hah itu hah apa sih hah." Rain tergagap-gagap karena terkejut. Ia menarik nafas pelan dan mengeluarkannya, menetralkan detak jantungnya.
"Apa coba?"
"Itu...mau ke perpus, ya...mau ke perpus." Jawab Rain bohong.
"Bohong." Sekar menatap Rain dengan tatapan tajam. Kalau begini, mana mungkin Rain bisa mengelak.
"Maaf ya...ga bermaksud kok, sumpah." Rain membentuk jarinya ✌️
"Ingat Rain, lo sekarang punya pacar. Bukan lagi Rain yang bebas mengejar petir." Ujar Sekar menasehati. Ia tau persis kalau sahabatnya itu masih sangat menyukai Petir. Dan ia begitu kaget saat Rain bercerita kalau Rain menjalin hubungan dengan Fadlah.
"Bukannya melarang, tapi sangat melarang. Dah hayu katanya mau ke perpus!" Sekar pun menarik tangan Rain menuju perpustakaan.
Petir yang sedari tadi menyadari kehadiran hingga sekarang kepergian Rain, menghela nafas panjang. Kenapa gadis satu itu sangat keras kepala, tidak menerima realita?
"Udah dikasih Fadlah malah cintanya masih sama gue, hadeh."
__________
Udah berapa lama ya aku ga up? Jujur aku kehabisan ide dan males ngetik. Tapi selain itu, karena aku juga sedang patah hati. Jadii ayoo dong dikasih bintangnya dan semangatin aku dengan komen "lanjut dongs" timaaciii
KAMU SEDANG MEMBACA
Petir & Rain
Teen FictionSesempurna itukah Petir? Hingga Rain rela ditolak berkali-kali bahkan ratusan kali olehnya. "Gue akan berhenti kalau di tolak untuk ke-160 kalinya." -RAIN