Part 20

5.9K 352 5
                                    

"bodoh, menangkap satu anak saja tidak becus. "

Bukk..

Buk..

"Am ampun Tuan..."

"Aargghh. CEPAT TANGKAP ANAK ITU DAN BAWA KE HADAPAN Ku "teriak  pada bawahan nya.

"Tu tuan to tolong am ampun sa saya. Be beri saya sa satu ke kesempatan la lagi. "ucap pria berbaju hitam itu, wajahnya sudah tak berbentuk serta tulang tangan nya yang bergeser.

"Sekali, jika kau sampai gagal lagi keluarga dan seluruh keturunan mu akan aku lenyap kan"bulu kuduk pria itu meremang.

Aura dari pria di hadapannya ini sangat kuat, badannya besar nya saja menggigil jika tidak ia tahan.

"Pergi, sebelum ku tebas lehermu "pria itu segera pergi tanpa pamit.

Pintu di ketuk menampilkan sosok gadis cantik dengan baju yang kurang bahan berwarna merah menunjukkan belahan dada yang terekspos.

"Berapa banyak uang yang kau habiskan semalam? "Wanita itu mengeluarkan note dengan senyum manisnya.

"CK."desirnya

"To the point' saja pak tua, mengapa kau memanggilku ke mari? "

"Aku punya tugas untukmu gadis nakal. Dan jangan sampai kau ketahuan"gadis itu mengangguk.

"Apa hadiah untukku? Kau tahu bukan aku tidak suka barang yang tidak berguna "gadis itu membuka kaca mata hitam nya.

"Tenang saja, ku pastikan kau akan senang dengan hadiah kali ini"balas pria berjas itu dengan senyum smir. Ia menyangga wajahnya pada kedua tangan yang ia letakan di meja kerja.

Wanita itu duduk dengan kaki yang berada di atas meja.

"Kau bisa mengandalkan ku, pak tua. Tapi aku mau uang muka dulu, bagaimana"

"Ok setuju"

Senyum manis bak malaikat maut tersenyum di bibir ranum gadis itu.

......

Malam ini hujan turun, gadis yang duduk di balkon kamar dengan rambut yang tergerai indah tertiup angin. Suara rintisan hujan bagai melodi tersendiri untuknya. Gelapnya langit tanpa hiasan bintang satu pun, suara jangkrik bersahutan memanggil kawanan.

"Kina rindu kalian"

Gadis itu kina yang masih berada di raga Moana. Ia terduduk merenung memikirkan nasib kedepannya.

Apakah ia bisa kembali ke tubuh nya yang dulu atau tidak? Begitu banyak pertanyaan di benaknya tapi, tak ada siapa pun yang bisa menjawab semuanya.

Tubuh ini tidak meninggalkan ingatan sama sekali untuk nya. Bahkan lebih parahnya nya lagi plot cerita sudah melenceng sangat jauh.

"Apa kina akan tinggal selamanya di dunia ini? Kina rindu Abah sama ibu. Maafin kina. Hiks..." Suara tangis bersatu dengan suara hujan.

Tangisan yang amat pilu membuat siapa saja mendengar akan ikut bersedih.

"Kina janji, setelah semuanya selesai kina akan cari Abah sama ibu. Kina mau bagiin harta ini sama ibu biar nanti kalau kina di usir dari rumah ini kina bisa tinggal lagi sama ibu dan jadi orang kaya"gumamnya.

Ia menyekap air matanya. Ia tidak ingin berlarut  dalam kesedihannya. Masih banyak yang harus ia lakukan dan setelah semuanya selesai ia akan membuat cerita hidupnya sendiri.

Matanya kembali memandang langit yang gelap, hanya sedikit harapan yang ia simpan di hatinya, semoga ia bisa melalui semuanya.

Di sisi lain, Zarka dan Zarkya berada di sebuah ruangan berbau anyir, bercak-bercak darah memenuhi ruangan serta dindingnya. Lampu kecil sebagai penerang, berbagai macam senjata tajam sudah tersedia di atas meja.

"SIAPA YANG MENYURUH KALIAN BIADAB? JAWAB"suara Zarkya melengking di ruangan eksekusi itu.

orang orang yang tadi menyerang Moana kini berada di ruangan penyiksaan itu, tangan mereka terikat dengan tali besi yang tajam, kaki di pasung, tubuh yang di gantung berdiri, sebuah pemandangan yang mengerikan.

Mereka diam tak ada satu pun yang menjawab, ini membuat sisi iblis dari kedua bersaudara itu semakin menjadi.

Sreettt....

Buk .

Buk...

Prangggg...

Sreettt....

Aaakkhhhh....

SAKITtttt....

Buk....

Byuurr...

"Kalian akan rasain mati tersiksa hidup pun tersiksa"ucap Zarka, aura yang ia keluarkan tak main-main jika itu menyangkut nyawa sang adik.

Zarkya memukul dan menusuk telapak tangan mereka dengan paku berkarat, tak sampai di situ. Dia memotong seluruh jari kaki mereka tanpa ampun dan menyiram kan air keras di kepala mereka sampai rambut dan kulit itu akan terkelupas seperti kulit lemon.

"Obati mereka dan beri makan, aku tidak ingin mainan ku mati terlalu cepat. "Ujar Zarkya menatap jijik hasil karyanya.

"Bang, gimana keadaan Ade? "Zarka menepuk pundak adiknya. Ia tahu jelas bagaimana perasaan adiknya saat mendengar bahwa Moana hampir di culik.

"Dia baik. Lebih baik kita urus tua Bangka itu. Gue yakin dia gak akan tinggal diam melihat suruhan nya mati di tangan kita"kata Zarka menatap ke arah depan.

"Biadab. Gue udah curiga kalau dia biak keroknya. Anjing.."nafas Zarkya naik turun menahan emosi.

"Jangan gegabah, kita tunggu rencana dari papi. Gue yakin papi gak akan biarin pak tua itu menyakiti Ade"

"Ok. Tapi gue gak akan tinggal diam aja kalau papi belum bergerak sedikitpun"Zarkya pergi meninggalkan Zarka.

Adiknya lebih ganas dari pada dirinya Zarkya monster di keluarga Garcia, seorang psikopat yang harus akan darah manusia.

MOANA (And) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang