Part 49

2.4K 155 2
                                    

"udah malam, lebih baik kita balik ke vila. Dek, mandi terus ganti baju. Nanti masuk angin"pinta Zarka.

Mereka memutuskan beranjak dari sana, Moana mengangguk lalu melangkah pergi di ikuti kelima pria itu.

Di vila terdapat 10 kamar. Jadi, mereka memilih tidur terpisah. Moana kini berganti baju bersiap siap untuk acara yang akan mereka gelar sebentar.

Malam ini mereka mengadakan acara barbeque, kelima pria itu tengah sibuk menyiapkan tempat duduk dan alat pemanggang.

"Rel, tolong ambilin bahannya di dalam kulkas. Gue udah siapin, tinggal Lo ambil aja"pinta Zarka. Darel mengangguk.

Zarka yang paling tua di antara mereka, jadi ia menurut saja, toh nanti Zarka akan menjadi Kakak iparnya. Hahah doain yah...

Darel masuk ke dalam vila sesuai pinta Zarka.
Semburan merah tercetak di pipi chubby gadis yang menatap pantulan dirinya di cermin. Jepitan putih yang tersingkap di rambut hitam itu sangat terlihat kontras dengan wajah cantik dan imut. Bibir kecilnya tak berhenti terangkat membentuk senyuman manis yang mampu menghipnotis siapa pun.

"Bisa gila kina kalau begini. Aaaa ibu kina baper huaaaaa...mau nikah.."

"Eh, nikah sama siapa? "Gumamnya, menggeleng geli dengan pikiran konyolnya.

Matanya tak sengaja melihat jam, oh tidak pasti semuanya sudah berkumpul. Dengan cepat ia berlari keluar, sampai di bawa langkah nya terhenti tiba-tiba. Kedua netra nya bertemu dengan netra hijau yang sangat indah.

Di sana, darel berdiri dengan tangan membawa keranjang berisi bahan barbeque. Kedua pasang manusia itu saling bertukar pandang.

Waktu terasa lambat bagi kedua insan tersebut. Darel tersentak akan kecantikan Moana. Tanpa sadar ia tersenyum lebar, hal itu membuat jantung Moana berdetak kencang. Seakan tersihir dengan senyum manis milik darel.

Moana sadar lalu membuang muka, tak tahu harus berbuat apa, dirinya salting.

Darel berdehem mengurangi rasa grogi yang tiba-tiba muncul di hatinya.

Kecanggungan terjadi Antara mereka. Moana melangkah kan kaki ke arah luar di ikuti darel di sampingnya.

"Ade mana bang? Kok belum turun"tanya Zarkya. Zarka yang di panggil menoleh.

"Siap siap Kali. Bentar juga pasti turun. "Jawab nya kembali menyusun piring di atas meja.

Zarkya mengangguk.

"Cuit cuitt...yang jalan bareng ekehm ekhemm.."sahutan Marco mengalihkan intensi semuanya.

Moana dan darel berjalan berdampingan. Keduanya terlihat serasi, oh jangan lupa baju yang mereka kenakan hampir sama.

Keduanya berjalan terpisah Darel menyimpan keranjang di atas meja Sedangkan Moana ikut bergabung membantu yang lain.

Di temani kelap kelip bintang di langit, angin pantai terhembus menerpa kulit membuat badan sedikit bergetar dingin. Tapi tidak membuat keenam manusia itu mengurangi niat mereka berhenti.

Malam ini di penuhi candaan yang di lontarkan oleh Marco dan Adnan. Mereka membentuk lingkaran dengan makanan di tengah.

Moana duduk nyaman di samping ke dua abangnya yang berhadapan langsung dengan darel. Moana bangkit mengambil sebuah gitar dan kembali duduk.

"Kamu bisa main gitar dek? Sejak kapan? Setahu abang kamu gak suka musik? "Tanya Zarka.

"Abang ku tersayang dengar yah, gak ada manusia yang bisa hidup tanpa musik. Musik di hidup aku udah berdarah daging, gak ada namanya Moana gak suka musik, justru musik salah satu kesukaan aku. "Ucapnya mantap menatap Zarka.

"Gue setuju. Gue aja gak bisa tidur kalau gak denger musik. Rasanya gue tuh gak bisa hidup tanpa musik "Timpal Adnan.

"Yoi, musik itu bagaikan candu. Gue kalau sedih pasti dengerin musik. Semua orang butuh musik. Orang gila aja butuh. "sambung Marco sambil mencicipi sosis bakar.

"Maafin Abang, Abang gak tahu. "Ujar Zarka.

"Abang gak salah. Udah ah jangan murung, Ade mau nyanyi kalau Abang sedih nanti lagu nya ikut sedih juga"Moana memegang pipi Zarka lalu menarik ujung bibirnya naik bersamaaan.

"Nah, gini kan bagus. Jadi Abang kelihatan hidup lagi"sambungannya.

"Makasih dek. Abang sayang sama kamu"

"Gue juga sayang sama Lo Moana"sahut Marco dan Adnan memeluk satu sama lain.

"Berhenti gak Lo berdua. "Tegur Darel dengan tingkat kedua sahabatnya yang abstrak itu. Mereka yang di tegur hanya memasang wajah tanpa dosa.

"Aku mau nyanyi kalian diam" pinta Moana di angguki semuanya.

Zrengg....

Petikan suara gitar mengalun.

Aku kesal dengan jarak
Yang sering memisahkan kita
Hingga aku hanya bisa
Berbincang denganmu di whatsapp
Aku kesal dengan waktu
Yang tak pernah berhenti bergerak
Barang sejenak agar ku bisa
Menikmati tawamu
Ingin ku berdiri di sebelahmu
Menggenggam erat jari-jarimu
Mendengarkan lagu sheila on 7
Seperti waktu itu saat kau di sisiku
Dan tunggulah ku di sana
Memecahkan celengan rinduku
Berboncengan denganmu mengelilingi kota
Menikmati surya perlahan menghilang
Hingga kejamnya waktu
Menarik paksa kau dari pelukku
Lalu kita kembali menabung rasa rindu
Saling mengirim doa sampai nanti sayangku
Jangan matikan hapemu
Kau tahu aku benci khawatir
Saat kau tak mengabari
Aku tak suka bertanya tanya
Ingin ku bakar dia yang sering
Mention mentionan denganmu di twitter
Namun kau selalu menyakinkanku
Ku tumbukan rasa percaya
Bukan rasa curiga

"Dan tunggulah ku di sana
Memecahkan celengan rinduku
Berboncengan denganmu mengelilingi kota Menikmati surya perlahan menghilang" sambung mereka sambil berdiri mengangkat tangan, moana pun ikut berdiri sambil terus bergitar.

"Hingga kejamnya waktu
Menarik paksa kau dari pelukku
Lalu kita kembali menabung rasa rindu
Saling mengirim doa sampai nanti sayangku" seru mereka bernyanyi. Zarkya memegang kamera dan menyoroti semuanya yang ikut bernyanyi.

"Paparapa paparapa paparapaparapapa
Paparapa pararararararara hingga kita bertemu" kelima pria tersebut mengelilingi Moana sambil bergoyang-goyang.

Dan malam ini, adalah malam kebebasan bagi semuanya.












Gimana ada yang ikutan nyanyi juga gak...🤭

MOANA (And) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang