Bagian 3 : Dunia yang blur

348 25 12
                                    

' Aku suka melihat dunia yang sedikit blur...
Jika kamu bisa melihat dunia dengan jelas, kamu akan merasa cemas '


~ WATANABE HARUTO ~

' HAPPY READING '

Pagi-pagi sekali di ruang tamu keluarga cemara itu sangat gaduh dengan suara teriakan putri satu-satunya keluarga mereka yang tengah di jahili putra kedua keluarga Adipati.

Aya menatap sebal pada adik kedua nya itu "jangan ganggu Aya Nevan, kamu bandel banget sih" Aya memukul pundak Nevan cukup keras membuat tangan putih bersih nya itu mulai memerah.

"Nona itu sensi banget sih, ayo bantu Nevan ikat tali sepatu dari tadi nggak bisa Mulu nih" dumel Nevan menatap sebal tali sepatunya yang belum juga terikat.

Sedari kecil sampai sebesar ini seorang Nevan Alfaiq Naveed memang tidak pernah bisa mengikat tali sepatu padahal sudah di ajarkan berkali-kali tapi memang dasar otak Nevan saja yang di penuhi gadis-gadis cantik.

"Kapan bisanya kamu ikat tali sepatu kalau tidak mau belajar sungguh-sungguh, hm??" Tangan kekar Rasya terulur mengikat tali sepatu Nevan. Pemuda dengan balutan kaos putih dengan celana pendek hitam itu menatap adik keduanya sembari geleng-geleng kepala.

"Ho'ho, aku sudah berusaha hyung tapi dasar tali sepatu  itu saja yang memusuhi ku" begitulah seorang Nevan yang tidak mau di salahkan membuat Rasya mendelik.

Setelah mengikat tali sepatu Nevan pemuda itu beralih pada adik perempuan nya yang tengah bersedekap dada dengan wajah cemberut menatap Nevan.

"Kenapa tuan putri wajahnya cemberut sepagi ini, hm??" Rasya mengusap pipi gembul Aya lalu menatap Nevan yang tengah sibuk dengan benda pipihnya itu, Rasya mengambil bantal sofa melemparkan nya pada Nevan yang senyum-senyum gak jelas itu.

"Astaghfirullah ya Allah, hyung apaan sih untung nggak jatuh nih hp" gerutu Nevan menatap sebal Rasya yang menatap nya tajam setajam silet. Oh, Nevan kau harus cari cara agar uang jajan mu tidak di potong lagi begitulah kata hati Nevan.

Nevan tersenyum menyebalkan lalu menatap Aya yang senantiasa masih menatapnya dengan wajah cemberut "iya nanti aku balikin pulpen kakak, janji nih" Nevan menyodorkan kelingking nya pada Aya yang tidak di sambut gadis itu.

"Ada apa sih pagi-pagi selalu saja ramai kayak pasar nih rumah" suara lembut itu mengalihkan perhatian mereka menatap sang bendahara rumah yang terlihat cantik meski hanya memakai daster bunga-bunga.

Rasya melangkah mendekat Rea memeluk wanita itu dari samping sembari memberi kecupan ringan di pipi sang bunda " aku sangat merindukan bubu."

Rea tersenyum mengelus punggung tangan sang putra "bubu jauh lebih rindu. Abang jangan pergi-pergi lagi ya, bubu sedih."

Rasya mengecup pipi Rea penuh kasih sayang "Abang usahakan, bubu kan tahu Abang punya tanggung jawab besar disana."

"REA"

Dengan serentak ke tiga saudara itu memutar bola mata mereka malas mendengar teriakkan sang kepala keluarga, Rea terkekeh kecil menatap respon anak-anaknya.

"Sang raja sudah memanggil ratunya. Jadi ratu pergilah temui raja mu atau dia akan membuat gaduh pagi-pagi" itu suara Nathan yang tengah menuruni tangga dengan menenteng tas ransel warna hitamnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 09, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

WITH YOU Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang