Hope you like it, happy reading!
_____________________
Bunyi hujan malam itu membangunkan Denji yang masih bergelung di dalam selimut hangatnya. Ketika kedua mata itu terbuka, Denji bisa melihat langit-langit kamarnya yang putih polos.
Samping tempat tidurnya dingin. Pertanda tidak ada seorang pun di sana kecuali ia sendiri. Tubuhnya berusaha bergerak, mencari kehangatan di mana saja. Sampai ujung jari kakinya menyentuh bulu-bulu hangat yang tidak asing.
"Pochita." Tanpa membangunkan devil itu, Denji bergerak sepelan mungkin. Kepalanya kini berada di kaki ranjang menghadap Pochita dan membawa devil itu ke dalam pelukannya.
"Hangat. Rasanya seperti kembali ke rumah."
Sekitar setengah jam berlalu, sebuah pikiran menghantam Denji, kala mendengar suara pintu yang terbuka cukup keras.
Aki.
Denji melepaskan pelukannya pada Pochita dengan lembut dan menyelimuti devil itu kembali. Kaki telanjangnya segera menyentuh permukaan lantai yang dingin dan bergegas keluar kamarnya menuju pintu depan.
Di sana berdiri Aki, air menetes membasahi lantai di bawahnya. Saat Denji melirik jam di dinding bercat putih di ruang tamu— pukul 1 pagi. Pemburu itu pulang lebih larut dari biasanya.
"Denji? Kenapa kau belum tidur?"
"Aku tidur dan terbangun." Denji mendekat dan memeluk Aki tidak peduli jika pakaiannya ikut basah. Denji menarik napasnya dalam-dalam dan ia bisa mencium aroma hujan, rokok, dan alkohol yang begitu melekat pada tubuh Aki.
Ia hanya tidak bertemu dengan Aki selama 12 jam lebih tapi Denji sudah merindukan pemburu itu selamanya.
"Mimpi buruk lagi?" Denji menggeleng. "Kau harus melepaskanku Denji, aku basah dan kau bisa sakit."
Denji terkekeh, "kalau kau tidak lupa, aku tidak bisa sakit."
Aki balas menatapnya datar, pemburu itu sama sekali tidak lupa. Ia hanya ingin memperlakukan Denji selayaknya manusia normal. "Ayo, masuk. Aku perlu berganti pakaian dan mandi."
Dengan mudah Aki mengangkat remaja itu dan membawa keduanya masuk. Denji mengeratkan pegangannya pada leher Aki. Posisinya saat ini mengingatkan Denji sekitar 10 tahun yang lalu, di mana ia melihat seorang anak perempuan yang berada dalam pelukan ayahnya dengan nyaman.
Kepala anak itu terkulai di bahu lebar ayahnya. Ekspresi wajahnya terlihat sangat damai seolah-olah itulah kenyamanan yang sebenarnya.
Denji kembali menghembuskan napasnya dengan lambat. Mencoba menikmati setiap sentuhan dan kehangatan yang diberikan oleh Aki padanya.
"Denji." Panggil Aki, ketika melihat wajah Denji yang damai nyaris tertidur dalam pelukannya.
"Kau harus mengganti bajumu lalu tidur." Denji dalam keadaan setengah sadar menggelengkan kepalanya dan semakin mengeratkan pelukannya.
Aki menghembuskan napasnya lelah. Pesta minum-minum dengan seluruh anggota divisi 4 ditambah dengan kemunculan devil yang lebih banyak dari bisanya membuat energinya terkuras habis. Aki nyaris akan tertidur di sana jika tidak ingat kalau ia meninggalkan Denji sepanjang hari itu.
Ia hanya mengantarkan remaja itu ke sekolah dan tidak menjemputnya pulang. Denji mengatakan kalau ia baik-baik saja. Dengan keyakinan yang setengah-setengah itulah yang membuat Aki kembali di tengah pesta mereka dan mendapatkan senyuman penuh makna dari Himeno.
"Sampaikan salamku pada Denji, Aki nii-sama." Aki tidak mengubris ejekan itu dan bergegas pulang hanya untuk disambut hujan deras di tengah perjalanannya menuju rumahnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
For My Heart
FanfictionPochita adalah satu-satunya yang Denji miliki sampai dia bertemu dengan pria berjas yang membawanya pada Makima dan kata-kata asing seperti Control Devil adalah yang membuat Denji berada di bawah perawatan devil hunter bernama Hayakawa Aki. My first...