Hope you like it, happy reading!
____________________
"Denji, apa kau masih tidur?" Aki bersandar pada pintu kamar Denji yang terbuka lebar, memandangi sosok yang terkubur jauh di dalam selimutnya dan hanya menyisakan helaian pirangnya yang terlihat.
Tidak mendapatkan jawaban, Aki melangkah memasuki kamar Denji. Pochita yang melihat kehadirannya segera turun dari tempat tidur remaja itu dan menghampirinya.
Untuk beberapa alasan, Aki tidak bisa melihat Pochita sebagai devil lagi. Bahkan ia mulai terbiasa dengan kehadiran Pochita yang ia samakan dengan anjing rumahan.
Imut, penurut, pintar, dan menggemaskan, seperti tuannya. Tambah Aki dalam hatinya.
"Denji, apa ada sesuatu yang kau inginkan?" Tanya Aki, jemarinya terulur membelai helaian pirang milik Denji dan menyingkirkan selimut dari atas kepalanya hingga wajah anak itu terlihat olehnya.
Dalam tidurnya Denji tampak damai seperti malaikat dan seolah merasakan kehadiran orang lain di tempat tidurnya, Denji membuka kedua matanya memperlihatkan warna hazelnya yang cantik.
"Selamat pagi atau harukah aku katakan selamat malam?" Denji yang masih setengah sadar menarik tangan Aki dan menempelkannya pada pipinya.
Tangan Aki hangat.
Sesekali Denji membawa tangan itu bergeser tepat ke arah bibirnya dan menciumnya lembut di sana. Ia bisa mencium aroma apel segar di sana yang segera Denji ketahui itu berasal dari buah yang baru saja di potong dan di bawa oleh Aki untuknya.
"Aki apa yang tidak bisa kau lakukan?" Tanya Denji penasaran setelah melirik hasil potongan buah apel berbentuk kelinci di atas mejanya.
"Kau berbicara tentang apa?"
"Kau bisa melakukan semua yang tidak bisa aku lakukan." Jawab Denji masih dengan tangan Aki di pipinya yang dingin.
"Contohnya?" Aki merasa kalau Denji mulai terbuka padanya. Tidak hanya menyuarakan hal-hal yang tidak ia suka, tapi juga tentang mimpi buruknya, dan satu hal yang membuat jantung pemburu itu berdebar kencang adalah betapa melekatnya remaja itu kepadanya.
Denji mulai meminta untuk tidur di tempat tidur yang sama dengannya dengan alasan mimpi buruknya. "Aki kau seperti penangkal mimpi burukku. Aku tidak lagi memikirkan hal-hal buruk saat aku bersama denganmu."
Aki bisa memahami itu dan dalam tidurnya pemburu itu tidak pernah melepaskan Denji dari pelukannya sepanjang malam.
Sudah satu minggu berlalu sejak Denji bertemu dengan Makima dan remaja itu mulai bersemangat dan tersenyum lebar seperti anak berusia 5 tahun. Aki sering kali membohongi dirinya sendiri dengan mengatakan kalau Denji baik-baik saja, tidak perlu ada yang dikhawatirkan dari remaja itu.
Akan tetapi, hanya dengan melihat Denji yang tidak tersenyum. Bagi Aki, Denji terlihat seperti orang lain.
"Banyak. Aku tidak mau memberi tahumu satu per satu." Aki mencodongkan tubuhnya mendekati Denji dan berbisik di telinganya, "apa itu pujian?"
Tidak ada jawaban segera dari Denji. Ia memalingkan wajahnya dan menguburnya di atas bantal. Telinganya memerah dan apa yang dikatakan remaja itu tidak dapat ditangkap jelas oleh telinga Aki. Kata-kata seperti, dasar menyebalkan, adalah kata-kata yang bisa ditangkap olehnya dari sekian banyak yang diucapkan oleh Denji.
"Denji kau sudah melewati makan siangmu. Kau tidak boleh melewati makan malammu juga." Mata birunya tertuju pada Denji yang mengulurkan tangannya pada piring berisi apel yang tadi ia bawa.
Belum sempat jemari Denji menyentuh buah apel di atas mejanya. Aki sudah lebih dulu menarik piring itu menjauh darinya. Denji mendongak, keningnya berkerut, "kembalikan! Aku ingin apel itu sebelum makan malamku nanti."

KAMU SEDANG MEMBACA
For My Heart
FanficPochita adalah satu-satunya yang Denji miliki sampai dia bertemu dengan pria berjas yang membawanya pada Makima dan kata-kata asing seperti Control Devil adalah yang membuat Denji berada di bawah perawatan devil hunter bernama Hayakawa Aki. My first...