Aluna: 04

3 2 0
                                    

Wanita bodoh ialah dia yang menangis karena seorang laki-laki yang tidak bersikap dewasa dalam memperlakukannya.

Happy reading
______________________________________

Dua puluh menit sebelum pelajaran pertama dimulai, Luna menyempatkan diri untuk ke kantin—sarapan. Pagi tadi ia terlambat bangun karena marathon drakor yang direkomendasikan oleh ibunda tercinta.

Ingatkan Luna untuk memperingati bundanya itu agar jangan keseringan ngirimin link drakor-drakor terbaru. Mana link haram lagi, kan gak elit.

"Sendirian aja cantik." Luna yang tengah menyantap nasi goreng mendongak.

"Kak Andra, makan kak."

"Udah. Boleh duduk?" Tanya Andra membuat Luna melihat kiri-kanan. Takutnya ada Andre, dan kejadian dua hari yang lalu terulang kembali. Membayangkannya saja sudah membuat bulu kuduk Luna merinding.

Dan selama dua hari ini pula Andre menghindarinya. Tidak mengangkat telepon, tidak membalas chat, ah pusing Luna tuh.

"Duduk aja kak."

"Masih berantem sama Andre?"

"Ya gitu."

"Gak ada niatan mau putus?"

"Ngomong apa sih Kak? Kakak tau kan, sebucin apa aku sama kak Andre." Jawabnya dengan tawaan kecil.

***

Dilain tempat, lebih tepatnya kelas Andre. Lelaki itu tengah menatap ponselnya, menatap pesan Luna yang berada dibarisan paling atas. "Bisa gila gue lama-lama kayak gini."

"Kenapa sih An?" Tanya Cayla.

Btw dimana ada Andre disitu ada Cayla. Parasit yang sesungguhnya, bukan.

"Nggak pa-pa kok. Hari ini jadwal kamu cek ke rumah sakit, kan? Mau aku temani?" Tanya Andre.

"Pasti lah, ingat kata Mama. Kamu harus temani aku kemana pun."

"Iya!" Ucap Andre terkekeh gemas sembari mengacak poni Cayla hingga gadis itu mengerang kesal.

Tenggorokan Andre rasanya kering, padahal ini masih pagi bahkan tidak ada cahaya matahari. "Cay, aku ke kantin bentar mau beli minum. Mau nitip?" Gadis itu menggeleng. "Aku pergi, kalau ada apa-apa telpon aja."
.
.
.

Lelaki itu berjalan menyusuri koridor sembari memainkan ponsel. Tiba-tiba pendengarannya menangkap suara orang yang tengah bercanda. Ia pun mendongak, pantas saja tak asing, ternyata Luna dan Andra tengah berbincang sesekali tertawa.

Andre pun berhenti menghadang keduanya. "Oh, jadi lo cari kesempatan dalam kesempitan. Disaat gue berantem sama Luna, lo coba nyari perhatian Luna." Tuduhnya.

"Bisa nggak sehari aja lo nggak overthinking sama gue. Cuman ketemu dikantin terus barengan mau ke kelas."

"Udah ih jangan berantem. Kak Andra duluan aja ya, Kak Andre ikut Luna sebentar." Sang gadis menarik lengan Andre dan membawanya ke rooftop. Tempat paling nyaman untuk pac—berantem.
.
.
.
Andre berdiri membelakangi Luna dan memegang pembatas rooftop. Sedangkan Luna berdiri dibelakang Andre. "Kak, liat Luna." Tidak ada jawaban.

"Kak!" Panggilnya sekali lagi.

"Sayang." Memang ampuh, satu kata itu membuat Andre berbalik dan menatap mata Luna. "Kenapa?" Tanyanya.

"Masih marah?"

"Menurut lo?"

"Ih gak suka pake lo-gue gitu, aku-kamu." Ucap Luna sambil memanyunkan bibirnya.

ALUNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang