Aku baru saja sampai di rumah yang ditujukan oleh Felly. Rumah itu begitu besar bagiku, mewah, sangat minimalis dengan nuansa putih susu dan juga dinding pagarnya yang berbentuk batu bata. Aku sangat menyukai rumah ini. Tapi, benarkah ini rumah paman dari Felly? Mengapa ia tidak tinggal saja disini? Jelas-jelas rumahnya sangat mewah.
Tiba-tiba seorang wanita yang keliatannya masih berusia 30 tahun menghampiriku yang masih mematung memandang rumah baru favorite-ku ini. Ia mengenakan baju seperti- asisten rumah tangga?
"Selamat datang nona Cais." sambutnya ramah dengan senyumannya.
"Terima kasih, tapi- bukankah rumah ini tidak ada penghuninya?" tanyaku heran. Karena Felly bilang tidak ada yang tinggal dirumah ini.
"Kalau tidak ada penghuninya, apakah kau bisa masuk ke dalam?"
Benar juga sih, bagaimana caranya aku bisa masuk jika aku sendiri tidak mempunyai kunci rumahnya. "Tapi, benarkah ini rumah dari Mr.Jonathan?" tanyaku.
Ia hanya tersenyum padaku. Dan itu sangat membuatku bingung.
"Silahkan masuk, barangmu biar aku yang membawanya. Silahkan." ucapnya mempersilahkanku masuk layaknya mempersilahkan seorang putri kerajaan masuk ke dalam istana.
Aku pun melangkahkan kakiku sambil terus memperhatikan setiap titik rumah ini. Perempuan tadi mengikutiku di belakang sambil menggeret koperku.
"Lewat sini nona." ucapnya sambil memberikanku arahan bahwa aku harus melangkah ke kanan. Ia mendahuluiku ketika belok ke kanan.
Saat ia membukaan pintu rumahnya, sangat mewah. Aku berjalan perlahan dan hanya menganga sambil melirikan mataku ke kanan, ke kiri, dan ke atas tanpa memutar leherku. Siapa orang yang mempunyai rumah mewah seperti ini? Dan mengapa orang itu begitu bodoh sehingga meninggalkan rumah mewah seperti ini.
Aku terus mengikuti wanita tadi, sepanjang perjalananku mengikuti arah wanita ini, ternyata banyak juga nuansa seperti di vila, kayu-kayunya sangat kental dengan banyaknya pepohonan yang aku lihat dari jendela kaca rumah ini. Dan sampai akhrinya wanita ini berhenti di ruang makan, dan juga ada sofa untuk bersantai dengan panorama pepohanan hijau yang tinggi, juga kolam renang yang di lapisi dengan kaca tembus pandang.
"Duduklah nona." ucapnya mempersilahkanku duduk di kursi meja makannya.
"Te-rima kasih." jawabku. Dan duduk di kursi itu. Sangat empuk dan nyaman.
Aku rasa wanita itu ingin meninggalkanku di ruangan ini, aku menoleh kebelakang, ternyata benar saja. Aku langsung memanggilnya.
"Tunggu!"
"Maaf sebelumnya, kau siapa? Apa kau bekerja disini?" Tanyaku heran.
Tiba-tiba di belakang wanita berambut blonde ini ada seseorang datang, dia tinggi, badannya kekar, rambutnya ikal dan panjang sebahu. Ia menggunakan kemeja yang sebagian kancingnya dibuka dan membiarkan sebelah sayap kedua tattoo-nya terlihat. Dan dia adalah....
"Harry?!" gumamku. Melebarkan kedua mataku karena terkejut.
Mengapa dia ada disini? Apa yang dia lakukan disini? Apa dia yang mempunyai rumah ini? Ah-tidak mungkin dia, Felly bilang ini kan punya pamannya. Jadi, tidak mungkin ini rumahnya. Lalu, apa-yang dia lakukan disini? Jika ini rumahnya, aku akan kembali ke Breda malam ini juga.
Harry menghampiriku dengan senyumannya yang sangat khas, manis, tampan dan- argh dia menawan. Tidak! Aku membencinya.
Dia duduk di sampingku. Jantungku berdetak 10 kali lebih cepat. Aku hanya bisa menelan air liurku sendiri dan berusaha tenang karna saat itu seketika suasana menjadi tegang.