PENGORBANAN

1K 80 9
                                    

“Saya hanya ingin menjadi orang yang berguna di mata keluarga saya. Mungkin, dengan cara ini saya bisa membalas kebaikan Ibu,” kata Anwar, lalu membatin, ‘Sekaligus meminta maaf telah mencuri perhiasan Ibu untuk membayar hutang.’

Keputusan Anwar sudah bulat, dia akan mengorbankan nyawa demi mengakhiri perjanjian. Bukan karena agar terlihat seperti seorang pahlawan, Anwar hanya ingin membalas apa yang telah dilakukan keluarganya.

Dia sudah tahu mengenai siapa jati dirinya. Meskipun bukan anak kandung, baik Rukmini, Hadi, maupun saudara-saudaranya, mereka sangat baik dan tidak pernah membeda-bedakan. Entah berapa kali pernah menyakiti mereka, tetapi dia tetap mendapatkan kasih sayang. Itulah mengapa Anwar merasa banyak berutang budi kepada anak-anak Rukmini. Kebaikan mereka perlu dibalas.

Berbekal informasi dari Sri, seseorang yang mewanti-wanti untuk menemui dukun, Anwar menemukan siapa orang yang melakukan ritual. Namanya Sastro, pria tua berumur tujuh puluh tahunan yang kerap membantu dalam urusan yang berhubungan dengan dunia gaib.

Sastro sendiri mengaku bahwa dirinyalah orang yang ditunjuk Rukmini untuk melakukan ritual. Dia masih ingat alasan Rukmini bersedia bersekutu dengan iblis, alasannya ingin membuat anak-anaknya mendapatkan kemudahan dalam segala hal, selalu mendapatkan keselamatan, dan mendapatkan perlindungan dari orang tidak baik.

Anwar yang mendengar penjelasan Sastro, memang menyadari ada keanehan pada anak-anak Rukmini, termasuk dirinya. Jika diberi kemudahan, benar. Dhamar dengan mudah bisa masuk kampus favorit meskipun dengan nilai ujian rendah.

Herman bisa dengan mudah bekerja di mana-mana, bahkan di tempat yang mengharuskan para calon karyawan memiliki ijazah minimal S-1. Kata Sastro, anak-anak Rukmini dengan mudah mendapatkan apa yang dimau karena ada campur tangan makhluk gaib.

Namun, karena Rukmini sudah tiada dan tidak ada lagi yang memberi makan sosok yang telah membantu anak-anaknya, makhluk itu mengganggu dan meminta diberi makan. Anwar ingin menghentikan dengan cara menjadi tumbal.

“Mbah akan meninggalkanmu sendirian di sini. Jangan lupa mantra yang sudah mbah ajarkan,” kata Sastro sebelum menjauhi Anwar.

Sebelumnya, Sastro sudah bertanya apakah Anwar benar-benar yakin dengan keputusannya atau belum. Anwar menjawab, dia sangat yakin karena ingin membalas kebaikan Rukmini dan saudara-saudaranya.

Terkesan aneh dan konyol karena dengan mudahnya menyerahkan nyawa demi orang lain. Namun, Rukmini juga sama, bersedia terikat perjanjian demi anak-anaknya.

“Saya berasal dari orang miskin dan saya tidak mau suatu saat nanti anak-anak saya ikut miskin. Setelah kematian suami saya, kehidupan saya berubah drastis, mereka pun memilih bekerja dan menolak melanjutkan sekolah. Saya lihat dengan mata kepala sendiri, bagaimana susahnya mereka mencari pekerjaan. Semoga dengan cara ini, kehidupan anak-anak saya akan berubah,” kata Rukmini saat berada di kediaman Sastro.

“Melakukan perjanjian bukanlah sesuatu yang mudah, banyak pantangan dan syarat yang harus dipenuhi. Ibu juga harus siap jika rumahnya akan ramai. Makhluk-makhluk halus menyukai sesajen, mereka akan kerap datang dan menetap, bahkan bisa mengubah wujudnya seperti anak-anak Ibu. Jangan takut, mereka tidak akan mengganggu orang lain dan hanya Ibu saja yang bisa melihat,” ujar Sastro, memberikan peringatan.

“Saya siap dengan segala resikonya.”

“Satu hal lagi yang Ibu harus tahu. Jika sampai lupa memberikan sesajen atau terlambat, Ibu akan diganggu, bahkan bisa dicelakai. Rumah Ibu bisa tiba-tiba menjadi rumah angker. Mereka bisa saja meminta tumbal dan Ibu sendiri harus menyiapkannya dan harus dari darah daging Ibu sendiri. Apakah Ibu sudah siap jika harus kehilangan satu anak lagi?”

35 Hari Teror Ibu (TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang