Happy Reading
Setelah kembali dari Yogjakarta, aktivitas yang sibuk kini kembali membelangu Langit. Mulai dari Meeting, dan beberapa rangkaian kegiatannya yang sudah Zain rangkai hari ini untuk laki-laki itu.Sejak kemarin, Langit tak banyak menghabiskan waktu untuk dirinya sendiri. Jelas kantor dan pekerjaan adalah hal yang terpenting bagi Langit. Tak ada yang mampu menandingi prioritas pria satu itu. Bahkan terkait hubungannya dengan Almyra tak cukup mampu membuat Langit oleng barang sejenak dari pekerjaan.
Dan pagi ini, tepat pukul 07.00 pagi, Zain sudah menjadi sopir pribadi pria itu untuk membawanya ke hotel yang di kelola oleh perusahaan mereka, untuk sedikit di pantau sebelum jam 09.00 pagi nanti meeting pertama dengan client menjadi pembuka aktivitas kesibukkannya di kantor
Zain memarkirkan mobil putih milik Langit dengan sempurna di basement hotel. Tempat ini sebelumnya tidaklah semewah ini, jika bukan karena kelihaian Langit dalam memikat Para Client dan kecerdasan Zain dalam mencari solusi, Hotel bintang 5 di Bali ini tidak akan bisa berdiri kokoh. Benar-benar jerih payah yang tidak patut untuk dipermainkan.
"Ada keluhan apa dari hotel?" dalam perjalanan menuju ruangan sang manager hotel, Langit mencoba mencari tahu dulu apakah hotel sedang bermasalah.
"No, semuanya aman, hanya pengecekan biasa," balas Zain membuat Langit sedikit bisa bernapas santai.
Mereka tiba di dalam ruangan sang manager. Duduk sebentar sembari mengecek pemasukkan ataupun pengeluaran hotel dan beberapa menu makanan yang di sediakan di hotel. Langit manggut-manggut ketika melihat semuanya terkontrol dengan baik.
"Makanan dari The King's café boleh di tambahkan di sini, sebagai menu baru, Ya Bim." Saran Langit pada Bima—manager hotelnya.
"Baik, Pak, Langit,"
"soalnya gue lihat, menu kita udah terlalu lama nggak di perbaharui. Oke, mulai dari tahun ini, gue mau setiap dua tahun sekali menu kita ada perubahan. Namun tetap tidak menghilangkan menu-menu yang sudah ada sejak awal."
Langit kembali menundukkan kepalanya, membolak-balik kertas yang ada di tangannya. "Semuanya aman, bulan depan gue bakal cek lagi. Thank's atas kerja keras lo untuk hotel ini, Bim,"
Langit menyodorkan tangannya untuk berjabatan tangan dengan Bima. Sang manager pun menerimanya dengan senang hati tangan yang terulur didepannya. Bagi Bima, tak ada bos yang se-enjoy Langit dalam bersikap. Langit adalah bos yang cukup baik, makanya Bima selalu betah dan selalu berusaha memberikan yang terbaik untuk hotel ini.
"Sama-sama, Pak,"
Setelah Langit menyudahi jabatan tangannya, gantian Zain yang berjabatan tangan dengan Bima. Tentu dengan senyum santai. Biar pun Langit terkenal baik, tapi tidak dipungkiri kesan tegas dan disegani masih terpampang jelas di wajah laki-laki itu.
Ketika Zain dan Bima tengah mengobrol, ponsel Langit bergetar. Dan itu sedikit menganggu konsentrasi di antara keduanya. Langit mendongakkan kepalanya kepada Zain dan Bima, ia meminta maaf karena harus menyingkir sejenak dari obrolan mereka untuk menjawab panggilan telepon yang sedari tadi terus berdering di ponsel miliknya. Langit segera pergi menjauh dari mereka, tidak ingin percakapannya melalui telepon itu mengganggu mereka berdua.
"Langiit!"
maka ketika Langit sudah menjauh, teriakkan melengking yang memanggil namanya melalui sambungan telepon hampir saja merusak gendang telinganya jika ia tidak langsung menjauhkan ponsel itu dari telinganya.
"Ada apa, Al?" langit tak ingin basa-basi hari ini. Ia benar-benar sibuk dan tidak ada waktu hanya untuk menanggapi kerandoman Almyra.
"Iya, aku tahu kamu sibuk. Tapi aku bener-bener gak bisa nahan untuk gak bilang sama kamu," di ujung sana, Almyra terlihat begitu bersemangat.

KAMU SEDANG MEMBACA
LANGIT SABIT
Romancesebuah Rasa yang tak seharusnya ter-asah. Cover by : pinterest