PLUVIA ( 18 )

42 8 5
                                    

Jiah, haha.
Vili mau minta tolong dong boleh nggak?
Bantu Vili cariin adegan yang paling menarik menurut kalian. Ok. Jadi bagian mana sih yang menurut kalian itu menarik gitu, hehe.
Vili mau buat sesuatu, hehe.


(⁠◠⁠‿⁠◕⁠) GAS BACA (⁠◠⁠‿⁠◕⁠)
.
.
.

"Beb." Sheila menahan perut Jufri supaya berhenti berjalan.

"Apa?" tanya Jufri heran.

"Itu beb." Wajah Sheila tampak antusias dengan apa yang sedang dilihatnya. Karena penasaran Jufri mengikuti tatapan kekasihnya.

"Wowo ... Wajib diabadikan ini." Jufri mengeluarkan ponselnya. Dengan senyum puas di wajahnya dia memotret dua orang di depan sana.

Di dekat pintu kantin terpantau dua jenis kelamin yang berbeda sedang berbincang hangat. Satu berwajah datar tetapi jelas terpancar guratan bahagia di sana dan si gadis yang tampak tersenyum sumringah. Apalagi saat laki-laki itu memberikan boneka Brontosaurus berwarna biru.

"Gila-gila udah sampai ngasih barang aja, itu hubungan," ujar Jufri.

"Kurang pantauan kita, Beb," sahut Sheila yang dibalas anggukan oleh Jufri.

Rea memutus percakapan dengan Ludra sebab ia harus segera masuk ke dalam kantin. Tidak sengaja tatapannya bertemu dengan dua sejoli yang sedang tersenyum aneh. Rea sampai mengangkat bahunya negeri karena melihat senyum lebar Jufri. "Creepy berasa di cegat om-om pedo gue."

Ekhm!

Rea berhenti di depan Sheila dan Jufri dengan satu alis yang terangkat.

Ekhm!

Jufri dan Sheila kembali berdehem pelan.

"Fiks, kurang asupan cecan lo Juf, Shei kasih promag." Rea menepuk dua kali pundak Jufri lalu melangkah menuju stand.

Sheilla menatap Jufri dengan senyum menawannya. Yang dibalas dengan senyum balik oleh Jufri, senyum yang terdapat gundah di dalamnya. "Nyesel gue nyimpen rahasia sama tu orang. Bumerang Weh bumerang."

"Aku percaya kok sama kamu," ujar Sheila lalu berjalan menuju Rea yang sedang memesan pada bapak kantin.

"Re," panggil Sheila.

"Apa?" jawab Rea malas.

"Lo beneran sama Ludra?"

"Ya beneran lah."

Sheila menahan tangan Rea sehingga langkahnya terhenti.

"Serius?" tuntut Jufri yang sedari tadi mengintil di belakang.

Ck!

Rea berdecak pelan. "Ya gue beneranlah sama si Ludra. Beneran ada bukan makhluk gaib," terangnya, lalu kembali melangkah.

Jufri menarik tatapan Sheila sehingga tatapan mereka bertemu. "Iya juga sih, Beb. Mereka beneran, beneran ada."

Sheila meluruhkan bahunya. "Tapi maksud aku tuh yang beneran itu hubungannya bukan wujudnya."

Jufri mengangkat bahunya dan menggeleng tidak tahu.

***

Selayaknya maling manusia itu berhasil melompat dari jendela. Ia berjalan santai dengan dua tangan yang di masukkan ke dalam saku celana. Menengok ke kanan dan ke kiri mengawasi situasi, mencari seseorang yang telah menjadi penguasa hati. Keningnya mengerut saat tidak menemukan orang yang sedang di carinya.

"Nggak mungkin nggak di UKS," gumam Alev lalu menyugar rambutnya.

Melihat salah satu tirai yang tertutup dengan sempurna otak Alev mulai menerka-nerka. Ia berjalan menuju tirai yang menghalangi brankar, dibuka dengan perlahan tanpa mengeluarkan suara sedikit pun. Ia tersenyum saat mendapati Rea yang terbaring dengan mata yang terpejam.

PLUVIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang