"Alora ... lo ngapain masih di situ? Ke lapangan sekarang, mau rencana bolos lo?!" Di saat murid lainnya bersiap-siap menuju lapangan utama, perempuan itu malah dengan santai nya duduk di kursi dekat tangga menuju lantai dua, membuat Rayyan yang sedari tadi mencari nya langsung di buat emosi.
Merasa terpanggil Alora langsung mendongak menatap ke arah Rayyan. "I-iya, kak––"
Saat mau berdiri dari tempat duduk nya, tiba-tiba saja perut Alora terasa sakit, sepertinya efek karena ia belum makan apapun, "Cepetan! Ngapain masih duduk kayak gitu?!" Rayyan menatap Alora nyalang.
Rahang Rayyan mengeras, tangannya terkepal kuat di sisi tubuhnya, "Gua gak mau ya, karena ulah nakal lo, gua harus dapet hukuman dari papa!"
"Lo mau jalan sendiri atau mau gua seret ke lapangan?!" Ancaman dari Rayyan membuat Alora bergidik takut.
"Alora jalan sendiri, kak." Saat melihat tatapan tajam dari Rayyan, dada Alora mendadak sesak, ia tidak bisa di bentak. Perlahan bulir-bulir air mata jatuh dari kelopak matanya tanpa ia pinta.
Rayyan benar-benar emosi saat melihat Alora malah menangis, "Lo nangis? cengeng banget sih, Lora!"
"Jangan bentak-bentak Lora, kak," ucap Alora dengan sesenggukan, wajahnya menunduk takut melihat kilatan marah dan tatapan kebencian yang selalu kakak tirinya tunjukkan.
"Lo tuh kalo gak gua bentak, gak bakal nurut, sialan!" teriakan Rayyan yang menggelegar berhasil menarik atensi para murid yang sedang bergegas ke lapangan utama, tak terkecuali seorang siswa yang sangat mengenali Rayyan juga Alora. Melihat Alora yang menangis dengan tubuh yang gemetar membuat ia merasa iba.
"Jangan di marahi Lora nya, Ray, kasihan sampe nangis sesenggukan gitu." Dia Arvin Narakatama, salah satu anggota Vantigers sekaligus anggota osis bersuara, berusaha menenangkan Rayyan yang tersulut emosi. Kali ini lelaki itu bertugas menjadi petugas keamanan, patroli menelusuri beberapa ruang kelas untuk mengecek ruangan telah kosong dan tidak ada murid yang bersembunyi.
Baru saja Arvin ingin menenangkan Alora dengan cara mengusap-usap bahu nya, tapi tangannya malah di tepis kasar oleh Rayyan.
"Lo diem, gak usah ikut campur!" tatapan tajam dari Rayyan tertuju langsung pada Arvin yang kini tepat berdiri di sebelah Alora.
"Buset, galak bener." Arvin mencibir, seraya menatap takut-takut Rayyan yang terus saja memberinya tatapan tajam.
"Lo bener-bener mau gua seret ya, Lora?!" suara berat dari Rayyan yang penuh ancaman, semakin membuat Alora takut, ia tidak bisa mengeluarkan sepatah kata pun, karena bibirnya yang terasa kelu, Alora hanya bisa menangis seraya menatap Rayyan dengan pandangan sendu.
Rayyan mencengkeram tangan Alora dengan kuat, melampiaskan segala emosinya hingga Alora merintih pilu. "Anjing, lo ngeselin banget, sialan!"
Cengkeraman dari Rayyan membuat tangan Alora tambah memerah, bekas dari cengkeraman Krisshaka saja belum hilang.
"Ray, dia adik lo, jangan kasar-kasar gitu lah!" Arvin berusaha untuk melepas cengkeraman Rayyan di tangan Alora, tidak peduli jika lelaki itu akan marah padanya.
"Bacot!" umpatnya. Rayyan menepis kasar tangan Arvin yang berusaha untuk melepas cengkeraman nya itu.
"Alora, lo gapapa?" tanya Arvin saat melihat kulit Alora yang memerah akibat cengkeraman kuat dari Rayyan.
Perempuan itu terdiam, tatapan nya hanya tertuju pada Rayyan.
Melihat wajah Alora yang kini pucat pasi, menambah rasa khawatir Arvin pada perempuan itu. "Lo sakit, Ra?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Krisshaka: Vantigers
Teen FictionLelaki bermata tajam seperti elang, dengan jaket kulit hitam berlambang kepala macan serta slayer putih bercorak yang terikat di lengan sebagai ciri khasnya, dia Krisshaka Wira Rajhapati, sang berandal jalanan di kota Metropolitan. Cinta damai jika...