08

116 30 1
                                    

"Ternyata lo masih sama aja kayak dulu, sok berkuasa. Muak banget gua sama lo." Suara dari seseorang berhasil menghentikan langkah kaki Krisshaka, setelah selesai mengambil tas Alora di kelas.

"Jangan mentang-mentang bokap lo salah satu donatur terbesar di sekolah ini, dan lo menjabat sebagai ketua geng motor, lo bisa seenaknya aja nindas orang!" ujar perempuan itu setengah berteriak.

Mendengar perkataan itu Krisshaka terkekeh kecil, lalu membalikan badannya menghadap perempuan yang berpenampilan agaknya seperti lelaki, dengan rambut style wolf cut, seragam bagian lengan yang di gulung, dan tidak lupa wajah sengaknya yang selalu ia tunjukan jika berurusan dengan Krisshaka. Dia Sandrina Agatha.

"Sandrina ... Sandrina ... bisa gak sih lo gak usah cari perkara sama gua? Agaknya lo suka banget ya ikut campur semua urusan gua, hidup lo kurang bahagia ya?" Krissshaka menarik senyumnya miring.

"Masalahnya lo udah keterlaluan, Kriss! Lo bikin Kanara nangis, hanya karena masalah sepele!"

"Sepele lo bilang?" Krisshaka melangkah maju, spontan hal itu membuat Sandrina memilih mundur. "Gak ada yang sepele jika mengenai Alora."

"Tapi, apa yang lo lakuin berlebihan, gua yakin kalo Alora tau hal ini, lo bikin anak orang nangis hanya karena dia pingsan, dia pasti bakal marah banget sama lo, Krisshaka."

Krissshaka tertawa mendengar nada sinis dari Sandrina. "Alora gak bisa marah lama-lama sama gua, lagi pula perihal tuh anak nangis Itu di luar kendali gua! Gua hanya kasih dia pilihan untuk menentukan hukuman apa yang perlu gua kasih, dia nya aja yang cengeng!"

"Karena dia takut sama lo, Krisshaka!" ujar Sandrina dengan nada tinggi.

"Apa yang perlu ditakutin dari gua? Gua bukan Tuhan. Gua hanya manusia biasa sama seperti dia. Dan perihal gua yang kasih hukuman, itu hal yang pantas untuk dia dapatkan, untuk memberi efek agar dia gak kurang ajar berlagak petantang-petenteng sama senior, seandainya dia seperti Dylan, Teressa, dan Olifia yang menerima kalo mereka salah dan gak membantah, gua bakal maafin kok." Mendengar penjelasan dari Krisshaka berhasil membuat Sandrina bungkam.

"Lo kalo gak tau permasalahan nya mending diem! gak usah sok jadi pahlawan, gak usah sok jadi senior yang baik, kalo kelakuan lo aja gak nunjukin sebagai seorang pelajar, gaya lo petantang-petenteng, dan suka ngelabrak orang, kurang-kurangin, San!" peringat Krishaka dengan nada tajam nya.

"Lo muak liat gua? Gua yang lebih muak liat lo!" lanjut lelaki itu seraya menatap rendah ke arah Sandrina, terlihat mata perempuan itu berkaca-kaca.

"Gua ngelabrak orang yang menurut gua pantas untuk mereka dapatkan, gua gak bakal ngelabrak orang yang salah," ucap Sandrina membela diri.

Krissshaka tersenyum kecut. "Tanpa lo sadari, lo juga sok berkuasa, Sandrina. Kita gak jauh beda. Gak usah cari perkara lagi sama gua, apapun yang gua lakuin lo gak berhak ikut campur, karena gua juga gak pernah ikut campur sama semua urusan lo. Jangan usik hidup gua, Sandrina!"

"Tanpa lo sadari kita udah sejauh ini, Kriss. Kita gak mengenal satu sama lain lagi," ujar Sandrina dengan lirihnya, seraya menatap sendu Krissshaka.

Krissshaka mendekatkan wajahnya, menatap Sandrina dengan tatapan lekat, seraya menarik sudut bibirnya ke samping, "Bukan nya ini yang lo mau, hmm?"

Krisshaka: Vantigers Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang