04. mertua & ipar

2.3K 334 122
                                    


Kalau sudah sore tuh, ya, rasanya Glacier ingin cepat-cepat pulang. Apalagi kalau liat ada karyawannya yang udah pulang duluan karena kerjaannya hari ini udah selesai.

Glacier kan ngiri :( dia juga mau pulang, pengen cepet-cepet ketemu robot kesayangan dia―maksudnya, istri kesayangan.

Tapi, kayaknya hari ini Glacier bakal pulang malam. Dia kedatangan tamu spesial. Saking spesialnya sampe bikin Glacier greget pengen ngomong kasar, nonjok, mukul, nampar―eh, tahan, woy!

Oke, ayo serius. Serius liat muka ganteng Glacier maksudnya.

Ekspresi tak nyaman bercampur kesal itu tercetak dengan jelas di wajah Glacier, ini semua karena tamu spesial yang sedang berada di hadapannya ini dengan tersenyum. Senyumnya ramah sekali, tapi hatinya huek.

"Apa kabar, menantu?"

"... Baik."

Tamu spesial itu―ayah [Name]―terkekeh pelan ketika mendengar nada Glacier yang terkesan dipaksakan untuk ramah.

"Gak terasa, ya? Udah satu bulan dua hari kalian nikah, hahaha! Apa kabar Putriku? Kamu jaga dia baik-baik, kan? Yah, gak dijaga juga gapapa, sih."

Suaranya ia kecilkan ketika mengucapkan kalimat terakhir, walau Glacier masih bisa mendengarnya samar-samar. Apalagi ia di akhir, ayah [Name] memasang ekspresi jijik bercampur merendahkan.

Kan Glacier jadi ingin emosi. Tidak, harus ditahan. Akhirnya ia menghela napas pelan sebelum memasang senyum tampan ciri khasnya itu. Dia menyeruput teh yang sudah disiapkan oleh Sopan terlebih dahulu, sebelum membalas ucapan ayah mertuanya.

"Iya. Alhamdulillah, kabar istri saya juga baik. Maksudnya, jauh lebih baik daripada saat pertama kali kita pindah ke rumah baru."

Pria itu mengerutkan keningnya bingung, walau itu sebuah senyuman, namun senyuman Glacier terlihat menyeramkan ketika memperjelas kalimatnya. Apa-apaan ini? Apa anaknya bercerita apa saja yang ia lakukan padanya?

Namun, tak lama ia kembali memasang senyum ramahnya, sama seperti yang Glacier lakukan sebelumnya.

"Hahaha! Kalian sudah ngapain aja?" tanyanya dengan penuh selidik. Nadanya memang ramah, namun niatnya tidak.

Diserang balik oleh Glacier, ia kembali memberikan senyum tampannya.

"Sudah banyak yang kita lakukan selama sebulan ini, loh. Kayak masak bareng, main game bareng, belajar bareng, terus―ah, maaf, saya ada salah ngomong, ya?"

Menyadari jika wajah ayah mertuanya terlihat tak suka, Glacier langsung menghentikan kalimat sebelumnya dan menggantinya dengan kalimat yang baru. Ia memberikan senyum ramahnya itu walau aura seram dan meremehkan bisa dirasakan.

"Ah, enggak. Kaget aja, kamu segitunya jaga dia. Kamu sayang banget sama Putriku, ya?"

Dengan mantap, Glacier mengangguk.

"Iya. Saya sayang sama [Name], kan [Name] itu kurang diperhatikan dengan ... uhuk, makanya, saya selalu ajak masak bareng, makan makanan yang pantas dimakan bareng, terus, kalau dia buat masalah kecil, saya selalu maafin, mukanya lucu, cantik. Saya bersyukur karena dijodohin."

Jelas sekali, Glacier sedang menyindir ayah mertuanya dengan halus. Sampai-sampai membuat ayah mertuanya berdiri dan mengepalkan tangannya kuat-kuat.

"Ah, sudah mau pergi, Tuan?"

Seketika itu juga, pria tua itu terdiam untuk beberapa detik. Kemudian dia kembali duduk di tempatnya yang sebelumnya sambil menatap Glacier gelisah.

"Tuan...? Kenapa gak Ayah atau Papa aja?" sebisa mungkin dia ramah agar tak terlihat mencurigakan. Walau sebenarnya Glacier sudah tahu beberapa hal yang ia lakukan.

robot; b. glacier [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang