02. kecupan

2.4K 364 78
                                    


"Glacier, bukankah seharusnya Anda sudah mulai masuk bekerja hari ini?"

[Name] sedikit kebingungan ketika mendapati suaminya yang tengah duduk santai di ruang tengah sembari menonton televisi. Apalagi, suaminya ini terlihat seperti belum mandi. Benar-benar seperti baru bangun, padahal saat ia bangun, Glacier tak ada di sampingnya.

Makanya, [Name] pikir Glacier pergi bekerja, bodohnya juga, ia tak ada niatan untuk mencari suaminya itu di dalam rumah.

"Besok aja. Aku lagi gak mood kerja."

Lebih tepatnya, Glacier sedang malas saja, sih. Rasanya ia ingin uring-uringan di atas ranjang milik mereka berdua saja. Apa karena ia sudah mengambil cuti dua minggu setelah menikah, ya? Jiwa kebonya jadi menempel.

Memang, ya. Habis libur rasanya males banget buat masuk kayak biasa 😔. Aku termasuk orang golongan ini---

"Tidak apa-apa seperti itu?"

"Semoga aja. Paling yang ngurus nanti Sopan, lagi."

"... Sopan?"

"Oh, itu Adekku yang paling kecil. Dia juga asistenku, yang ngatur jadwalku dan lainnya. Caranya ngomong mirip kamu, sih ... eh, gak. Omongan Sopan itu kadang susah dingertiin."

Glacier menggaruk rambutnya yang masih acak adul itu, tak lama, matanya melirik sang istri yang masih berdiri tegak di dekatnya.

"Ngapain di situ? Sini." Ia tepuk sofa kosong di sebelahnya, menyuruh [Name] untuk duduk dekat dengannya. Untung [Name] cukup paham dengan hal seperti itu, ia duduk di samping Glacier sambil menatap Glacier.

"Glacier sudah mandi?"

"Belum. Nanti aja."

Oke, pokoknya saat ini Glacier hanya ingin bermalas-malasan saja. Kalau ia ada di rumah lamanya, pasti sekarang ia tak bisa santai seperti ini. Pasti ada saja kelakuan atau tugas rumah yang membuatnya tak bisa bersantai.

Makanya, Glacier sangat bersyukur karena setelah menikah ia jadi terbebas.

"Glacier,"

"Huum?"

"Saya mau sebuah dekapan hangat Glacier seperti biasanya, boleh?"

Pria itu sedikit memerah, ketika istrinya meminta sebuah dekapan hangat padanya dengan ekspresi datar, seolah ia tak malu dengan apa yang ia katakan.

Umumnya, pasti malu-malu. Kayak istri sepupunya; Taufan, Blaze. Kadang Glacier merasa gemas sendiri ketika melihat mereka bermesraan.

"Boleh, [Name]. Sini, deketan lagi."

Tanpa babibu, [Name] langsung memeluk Glacier. Sebisa mungkin ia menyamankan dirinya di dalam pelukan suaminya.

"... Uh, aku ga bau, kan?"

"Sedikit. Tapi tidak apa-apa,"

Walah, Glacier kira [Name] tak akan menjawab pertanyaannya seperti itu. Walaupun dirinya bau, ia kira [Name] akan bohong dan berkata jika dirinya wangi.

"[Name], ih." Cemberut, lah, si Glacier. Ia semakin mengeratkan pelukan mereka seolah tak akan membiarkan [Name] kabur begitu saja.

Tapi ... selama satu minggu dua hari mereka menjalani rumah tangga bersama, Glacier menyadari perubahan-perubahan kecil dari [Name]. Mulai dari tubuhnya yang tak begitu kaku, dan refleknya yang menjadi cepat ketika mendengar suara atau terjadi sesuatu.

Saat memeluk Glacier pun juga ada perubahannya. Saat awal-awal, tubuh [Name] masih kaku dan ia sangat lambat ketika mencoba memeluk Glacier.

Tapi, semakin ke sini, ketika ingin berpelukan, [Name] bisa langsung menerjang nya saja. Padahal dulu mau melingkarkan tangan ke pinggang Glacier saja sangat lambat.

"Ada apa? Saya mencoba mengatakan yang sebenarnya pada Suami saya."

"[Name] astaga...." ada yang salah tingkah. Salting singkatnya. Jarang-jarang, loh, [Name] manggil Glacier itu 'suami saya'.

"Kamu terlalu gemesin, peluk gak cukup jadinya ... Ciel pengen cium juga." lirihnya. Padahal itu sangat kecil suaranya, namun, [Name] bisa mendengarnya. Mungkin karena jarak mereka lebih dekat daripada kemarin atau yang dulu.

"Cium? Glacier ingin mencium saya?"

uhuk.

Tolong, bekukan Glacier sekarang juga. Ia malu karena gumaman tak jelasnya itu didengar oleh istrinya langsung.

"Bu-bukan―kamu jangan salah paham! Aku bukan cowok aneh-aneh, kok. Aku yang paling normal di antara yang lain, ta-tapi itu, uh, aku cuma ... haissh! Kita kan udah sah, jadi, jadi--"

"―Saya tidak masalah. Tapi maaf, Glacier. Saya tidak pandai dan tidak tahu cara berciuman ... Glacier ahli, ya?"

Walah, gagitu.

"E-enggak, [Name]!! Aku gak pernah cium perempuan selain Bunda sama kamu pas ijab kabul."

Iya, Glacier ingat momen pertama kali ia mencium perempuan selain Bundanya itu ketika ia menikah dengan [Name]. Saat itu, bibirnya mencium dahi [Name] dengan lembut.

Daripada berciuman, mungkin kecupan Glacier masih bisa.

"Tapi, Glacier ingin?"

Aduh, sudah lah Glacier.

Dengan malu-malu, Glacier mengangguk lalu menggaruk lehernya yang tak gatal itu. Tak lupa ia mengalihkan pandangannya dari [Name] karena takut dengan jawaban [Name].

"Kalau memang ingin, silakan saja."

Jawaban mengejutkan dari [Name] itu berhasil membuat Glacier kembali menatap [Name]. Pria itu mengerjapkan matanya beberapa kali sebelum turun dari sofa dan berada di depan si perempuan.

"Serius?"

"Hanya untuk Glacier."

Glacier terkekeh, menggemaskan sekali istrinya ini. Walau ekspresi tak bisa dibilang menggemaskan, tapi ketika [Name] berbicara itu terlihat lucu dan menggemaskan di mata Glacier.

Cup.

Kecupan pertama Glacier berikan kepada dahi milik sang istri yang terlihat mungil di mata cantiknya itu.

Cup, cup!

Yang kedua, Glacier mengecup kedua pipi [Name], wajahnya lebih merah dari pada yang sebelumnya.

"[Name], boleh?"

Glacier memegang dagu [Name] lembut, sambil si ibu jari yang mengusap halus bibirnya itu. "Aku mau cicipi yang ini."

"Ya, lakukan saja apa yang Glacier mau."

Setelahnya, bibir Glacier menyatu pada bibir mungil sang istri, ia melumatnya lembut dan melepasnya cepat ketika [Name] tak merespon apa-apa dan tak memberontak.

"A-ahaha, maaf, [Name]. Aku kelewat."

"Padahal saya sudah bilang tak apa. Lakukan saja apa yang Glacier mau."

"Apa saja?"

[Name] mengangguk, "apa saja."

"Malam ini, bisa tidur lebih lambat dari biasanya?"

_________

wahh ngapain tuh 👀

ini lama-lama nem hsudhdi gitu ya. Diajarin banget, dari peluk, kiss, terus―

ya gimana ya, glacy bilang, nem itu gemesin sih soalnya. Padahal muka datar 😔

See u!



robot; b. glacier [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang