2

18 2 1
                                    

Alula patricia...

"dicintai dan mencintai"
dicintai si penghuni dan mencintai si penghuni.

dan itulah definisi dari sebuah rumah.

rumah selalu memiliki banyak makna, sebagai tempat pulang yang nyata. seperti sebuah tempat tinggal yang berisi kehangatan keluarga dan kasih sayang, atau hanya sebatas rumah kosong tanpa ada arti didalamnya. Sebaik-baiknya rumah ialah tempat yang paling nyaman untuk pulang.

lalu apa definisi rumah yang sesungguhnya buat gue ?

jawaban nya ya gue gak tau,

karna gue gak pernah tau rasanya pulang kerumah bertemu si penghuni. mungkin benar kata kutipan novel di atas, hanya sebatas rumah kosong tanpa ada arti di dalam nya.

"masuk la, jangan ngelamun"

mungkin orang yang manggil gue barusan yang jadi rumah sementara bagi gue selama 8 tahun ini. kalo aja waktu ospek gue gak pernah ketemu kating macam dia, mungkin gue gak akan pernah tau arti pulang.

tapi kadang gue di sadarkan kenyataan, bahwa gak selamanya orang yang jadi tempat gue pulang akan selalu jadi rumah gue, suatu saat rumah itu akan menemukan pemilik aslinya.

rumah itu akan menjadi tempat pulang orang lain.

mungkin definisi rumah menurut Cakrawala ya gini, keluarga yang utuh dan kehangatan di dalam nya. kalau boleh iri sih mungkin akan gue lakukan saat ini juga tapi, gue gak bisa iri karna kalo gue udah masuk dalam circle keluarga Winata gue akan lupa. melupakan kehidupan gue yang gak punya keluarga seperti ini.

Kami tiba di rumah milik keluarga Cakra ketika hampir pukul 3. Sekarang gue duduk di sofa panjang milik keluarga Cakra, duduk disamping ka yoora dan Cakra. Sambil meminum teh manis hangat yang di buat mama nya Cakra, Yang gue inget gue kenal kak yoora ketika perempuan itu datang ke tempat kost adiknya yang kelelahan akibat naik gunung Rinjani.
tante ratna duduk di depan gue dan menyerahkan paper bag.

"besok kamu pake baju ini ya La, dress code samaan kaya kemeja cakra!" sebenernya gue gak kaget karna udah beberapa kali tante ratna selalu buat gue dan Cakra seolah-olah pasangan serasi.

"boleh tante, nanti aku pakai." gue mengambil paper bag yang di sodorkan tante ratna.

"asal warna nya jangan pink aja ma, aku ogah pake nya." jawab Cakra nyeletuk. Gue tau betul bahwa laki-laki itu benci dengan sesuatu yang berwarna pink.

Keluarga winata terdiri dari 4 kaka beradik, 3 laki-laki dan 1 perempuan. Dan ibunya Cakra lah anak bungsu dari Kakek winata.
Gue nyaman berada di tengah keluarga winata tapi gak dengan tante tante nya Cakra yang super cerewet. Mereka selalu membanding kan Cakra dengan anak-anak mereka. Anak mereka yang katanya laku. Umur di bawah 25 tahun tapi udah memutuskan untuk menikah. Mereka gak tau aja kalo menikah muda tidak ada dalam kamus Cakra. Laki-laki itu anti nikah sebelum sukses padahal kekayaan nya melebihi bos tempat dia bekerja.

"kalian baru datang?"
Gue menoleh ke asal suara, itu tante mala istri dari adik pertama tante ratna. Gue langsung menyalami tangan dengan kulit putih bak porselen itu. Dia langsung menarik ujung bibirnya membentuk sebuah senyum yang tidak sampai ke hatinya.
"iya tante kami baru beberapa menit sampai" itu suara Cakra yang menjawab.

"pakai apa kamu kesini nduk pasti motor lagi ya, dikamanain tuh mobil kesayangmu mosok bawa cewek cantik ko pakai motor" tanya tante Mala bertubi-tubi.

"kamu ini Mal anak ku baru datang saja sudah di omelin begini gara-gara pakai motor" tante Ratna mencoba mengalihkan fokus tante Mala. Gue dan Cakra mendesah dan mencoba tersenyum ramah.

Elegi CakrawalaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang