4

7 1 1
                                    

Alula partricia

Katakan saja gue budak cinta, iya gue berhasil di perbudak oleh yang nama nya Auriga. Masa pendekatan empat bulan yang mampu mendatangkan rasa yang sebagian orang bilang sialan. Sialan karna bisa mengakar kuat sampe gue sesak.

Singkat nya begini,

Sore itu ketika jam kerja berakhir, Gue menumpangi motor Auriga yang parkir di depan kantor yang sebelumnya gue kira tukang ojek online. Gue ambil helm yang kebetulan sedang dia pegang. Dan Dia gak protes apa-apa lalu melajukan motornya. walau gue sempet melihat wajah terkejut dia sebelum motor melaju dan dia sempet bingung. Setelah beberapa menit gue baru sadar orang ini gak pake jaket khusus tukang ojek online, dan gue sama-sama terkejut. Gue sadar dan langsung bertanya.

"maaf bapaknya ojek yang saya pesan apa bukan ya?" tanya gue ragu-ragu.

Dia menoleh dan membuka masker hitam yang dia pake.

"gue bukan bapak-bapak dan gue juga bukan tukang ojek online"
Tuh kan gue malu banget bisa-bisa nya gue salah orang. Dan tunggu dia bukan bapak-bapak. Astaga ganteng banget.

"biasa aja dong mukanya gak usah tegang, gue tau ko gue ganteng banget"

Gue menepuk pundak nya keras-keras untuk minta di turunin.

"turunin saya disini duh maaf banget"

"gak papa sebutin aja rumah lo, biar gue anterin kebetulan gue gak ada penumpang yang ngantri." gue bisa melihat senyum jahil di di bibirnya kala mengucapkan itu

Sialan, Yasudah lah lumayan juga tumpangan gratis.

"thank you udah buang waktu buat nganterin saya yang gak jelas ini"
Gue mengeluarkan helm dari kepala dan menyerahkan nya pada Auriga.

"sebagai gantinya berikan nmr lo, suatu saat gue pasti nagih ongkos"

Sialan gak gratis ternyata, auriga mengulurkan ponsel, Kemudian gue ambil dan segera mengetikan nmr gue di sana. Mata gue menangkap kernyitan di mata Auriga.

"Alula, nama gue Alula" gue menyebut Nama agar nmr gue mudah di namai di kontaknya.

"Oke thank you gue balik ya, bye. Sampai ketemu nanti" Auriga memasukan ponsel ke saku celananya kemudian menoleh untuk memberikan kesan terkahir dan langsung melajukan motornya. Gue bingung dengan ucapan dia barusan
Sampai ketemu nanti, seolah-olah kita akan ketemu lagi.

"dianterin siapa tadi." Cakra datang saat gue akan masuk ke dalam rumah.

"tukang ojek"

"boong"

Gak ada gunanya sih gue boong ke cakra sebentar lagi dia pasti maksa gue buat cerita kejadian barusan. Mata Cakra itu tajam dan hidungnya itu bisa mencium kebohongan apa aja. Cakra memiting kepala gue dengan ketiaknya, gila itu orang gak ada sopan-sopan nya sekali.
Setelah gue bercerita awal mula tadi ojek gadungan nganterin gue, Cakra langsung terbahak-bahak dan terpingkal.

Sialan emang.

**********

Dan disini gue, duduk memandangi kotak titipan Auriga yang baru sempet gue buka.
Foto polaroid yang objek nya adalah gue. Foto candid yang di ambil satu tahun lalu yang belum sempet gue lihat hasilnya. Gue kira foto itu udah ke hapus di camera analog milik Auriga beberapa waktu lalu. Tenyata lelaki itu masih inget gue. Lalu dimana dia sekarang, kenapa gak ngasih langsung ke gue, entahlah.

Gue merapikan foto itu kembali dan memasukan nya kedalam kotak. Sepertinya gue akan cari tahu untuk alasan apa orang ini membuka luka lama gue dengan melihat foto ini. Dia gak tau seberapa keras gue coba lupain perasaan gue. Ibaratnya benih cinta gue baru tumbuh dan dipaksa mati saat itu juga. Konyol banget sih emang baru beberapa bulan kenal udah ada benih-benih cinta dan gue bukan anak ingusan yang baru lahir kemarin-kemarin. Gue udah paham betul bagaimana menafsirkan perasaan cinta dan suka itu seperti apa. Okelah untuk perasaan suka dan kagum itu beda tipis. Dan gue mendeklarasikan perasaan gue ini sebagai perasaan cinta yang menggebu untuk seorang Auriga. Walau pada akhirnya gue harus membunuh rasa cinta itu sendiri.

Elegi CakrawalaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang