00 : Prologue

4.2K 406 157
                                    

Tanah tandus, yang bahkan tidak memiliki sehelai rumput. Terlihat sangat mengerikan, bahkan hewan pun akan berjengit ngeri melihat pemandangan ini.

Gejolak api adalah satu-satunya yang terlihat di tanah tandus itu.

Gejolak api yang sangat besar menelan segala kehidupan yang ada disana, terlihat dari bercak-bercak darah yang tertumpah di tanah tersebut.

Dia menelan ludahnya ngeri, matanya menatap tak percaya dengan pemandangan di hadapannya.

Menurut nya, pemandangan di hadapannya ini adalah neraka. Itu karena, banyak sekali mayat yang berserakan.

Rambut putihnya berterbangan kesana-kemari dan menghalangi pandangannya.

Nafasnya memburu kasar, dia tidak tahu harus berbuat apa di tengah kekacauan ini.

Kekaisaran telah runtuh.

Fakta mengerikan yang terbentang jelas di matanya.

Akan tetapi, bukan hanya Kekaisaran saja yang runtuh.

Demon realm juga runtuh.

Dia melihat sekeliling, dan yang ia temukan hanya pemandangan mengerikan. Lalu, saat ia ingin melangkah, dia merasakan suatu gesekan di telapak kakinya.

Dia menundukkan kepalanya, dan betapa terkejut dirinya. Kakinya telah menginjak bendera Kekaisaran. 

"... Apa—apa yang..?"

Dia tidak tahu harus bereaksi bagaimana, tapi yang jelas, dia hanya ingin tahu siapa pelaku dibalik semua ini.

Dia mengedarkan pandangannya kesana-kemari, berharap melihat siapa yang melakukan ini.

Namun, apa daya, yang dilihatnya hanyalah kehancuran. Asap mengepul dari kesana-kemari, langit telah diwarnai merah darah.

Ditengah kekacauan ini, hanya dia yang masih selamat—atau mungkin itu yang ia pikirkan.

Deon Hart, satu-satunya yang menyaksikan kehancuran Kekaisaran dan demon realm.

"... Ini, apakah ini benar-benar nyata?"

Dia merasa ini tidak nyata, namun di sisi lain, perasaannya mengatakan bahwa ini benar-benar nyata.

Dia menelan ludah nya kasar. Pikirannya mulai memikirkan hal yang buruk.

'Apakah ini pandangan masa depan?'

Jika yang dia lihat ini adalah pandangan masa depan, itu berarti Kekaisaran tidak lama lagi akan hancur.

'Tapi ... Siapa yang menghancurkan Kekaisaran?'

Dia sekali lagi mengedarkan pandangannya. Deon berharap dapat melihat siapa dalang dibalik semua ini.

Mata ruby- nya, tidak sengaja melihat seuntai siluet. Matanya membelalak, dia sangat familiar dengan siluet yang sekilas ia lihat.

"Tidak mungkin..."

Ini tidak mungkin benar. Deon mulai berlari menuju kearah siluet itu. Tidak peduli banyaknya mayat-mayat dan darah yang berserakan dimana-mana.

Karena yang dia pedulikan ada disana.

"Ayah!"

Dia setengah berteriak untuk memanggil ayahnya, dia berharap mendapatkan respon.

Namun, sayang. Tidak ada respon dari ayahnya. Deon menetralkan nafasnya agar ia bisa berteriak memanggil ayahnya.

"Ayah! Ayah!"

Dia memanggil lagi dan lagi. Tapi, ayahnya tidak merespon. Deon mengigit bibirnya, ingin sekali dia menghampiri ayahnya dan memeluknya.

Namun, sayang. Pria yang dipanggil ayah olehnya bahkan tidak melihat kearahnya.

"Ayah!"

Dia mencoba lagi dan lagi. Tapi, hasilnya sama. Dia tidak mendapatkan respon.

"Ayah—"

[ aku mendengar, nak. ]

Dia terdiam setelah mendengar aliran gelombang suara yang langsung di curahkan kedalam kepalanya.

Suara yang ia kenal. Suara yang mengandung kehangatan dan kedamaian.

Di ujung sana, matanya melihat dengan jelas. Sosok ayahnya yang tetap diam di tempatnya tanpa sedikit pun bergerak. Akan tetapi, suaranya terdengar jelas di kepalanya.

Sosoknya yang ditutupi jubah terlihat sangat agung di tengah kekacauan ini. Barulah dia menyadari nya.

"Ayah! Kau—"

[ Ya, nak. Aku melakukan ini untukmu. ]

Tebakannya telah di konfirmasi dengan sangat cepat oleh ayahnya.

Deon terpaku ditempatnya, bibir nya ingin sekali berkata, namun sayang, lidahnya sangat kelu untuk berbicara.

Namun, seolah-olah tahu apa yang ia pikirkan, ayahnya telah terlebih dahulu berbicara.

[ Ini tidaklah nyata, nak. Tapi ini juga bukanlah ilusi semata. ]

"Apa....? Apa maksudmu, ayah?"

Dia bingung dengan perkataan ayahnya. Ini tidaklah nyata, tapi ini juga bukan ilusi semata. Apa maksudnya?

[ kau tahu jawabannya, nak. ]

Ini seperti sebuah puzzle yang harus ia susun. Tapi, seperti apa yang dikatakan ayahnya, ini bukanlah ilusi.

'Jika ini tidak nyata, tapi ini juga bukanlah ilusi, apakah itu berarti....'

"Mimpi?"

Deon bisa merasakan udara di sekitarnya seolah-olah tersenyum.

[ benar. ]

Deon mengerutkan keningnya tidak percaya. Dia tidak mungkin memimpikan kehancuran Kekaisaran, walaupun dia memiliki sedikit harapan Kekaisaran hancur.

"Tapi apa maksudnya—"

[ kau sudah terlalu lama disini, sebaiknya kau bangun, nak. ]

Deon terkejut, dia merasa dirinya ditarik oleh sesuatu secara paksa yang membuat keseimbangan nya oleng.

"Tunggu! Ayah!"

Dia belum selesai menanyakan beberapa pertanya kepada ayahnya, tapi ayahnya sudah menariknya untuk kembali.

[ kau akan tahu suatu saat nanti, nak. ]

Untuk yang terakhir kalinya, dia mendengar suara ayahnya di kepalanya.

to be continued.

Your Smile : Shift of time era.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang