07: A messy situation [2].

987 165 38
                                    

Hari sudah semakin gelap, namun dia tetap terus berlari entah kemana, karena didalam pikirannya hanya terbesit untuk melarikan diri.

"Ugh—!"

Deon tersandung oleh kakinya sendiri. Dia meringis pelan, kala merasakan rasa sakit di bagian dahi dan hidungnya.

"... Sial."

Dia mengigit bibirnya yang sudah sedikit membiru, karena dinginnya udara musim salju. Tangannya terkepal, ia berusaha menopang tubuhnya dengan bantuan dua lengannya. Kini, ia terduduk lemas diantara salju.

Nafasnya sedikit tercekat, detak jantungnya masih berpacu dengan cepat.

Ia bisa merasakan tubuhnya mulai sedikit mati rasa, terutama kakinya yang sudah membeku tidak bisa digerakkan.

Deon menatap keatas kearah partikel-partikel salju yang mulai turun, menandakan sebentar lagi akan ada badai salju.

Ia tertawa miris. Matanya menatap kosong kelangit biru yang pucat.

"Kuharap ini semua adalah mimpi..."

Dia benar-benar berharap ini semua adalah mimpi buruk yang ia alami, bukan sebuah realita kejam yang harus ia hadapi.

'Sadarlah... Ini bukan mimpi.'

Deon memejamkan matanya, air matanya kembali mengalir, layaknya sebuah bendungan yang bocor.

Dia tahu, bahwa ini bukanlah mimpi.

Pikirannya yang kalut, secara reflek memutar ingatannya pada Arsene.

'... Arsene..'

Arsene. Seseorang yang baik padanya dan sudah ia anggap sebagai kakaknya sendiri.

Telinganya berdengung, di iringi suara Arsene yang terngiang-ngiang dibenaknya.

'Deon! Pergi, sekarang!'

Dia benar-benar sangat menyesal mengikuti perkataan Arsene untuk pergi meninggalkannya sendirian.

Seharusnya ia tak pergi meninggalkan Arsene.

'Pengecut...'

Deon mengigit bibirnya sembari memegangi rambutnya yang sudah acak-acakan dengan kuat.

'Pengecut...'

Deon menggelengkan kepalanya, kala pikirannya terus mengulangi kata pengecut secara berulang-ulang.

"Tidak! Aku tidak pengecut...!"

Dia meracau sendiri seperti orang yang sudah tak memiliki akal sehat.

Dia benar-benar telah kehilangan akal sehatnya. Tidak hanya akal sehatnya, tapi juga emosinya.

Dia lelah, sangat lelah.

Deon membuka matanya, ia melihat kearah gundukan salju yang perlahan-lahan berubah warna menjadi merah pekat.

Tangannya terangkat untuk menyentuh hidungnya, ia bisa merasakan cairan merah pekat yang terasa panas itu melewati sela-sela tangannya.

"Ah..."

Dia melihat kearah tangannya yang berlumuran darah miliknya.

Dia tertawa miris yang terdengar sangat menyedihkan. Deon menarik nafasnya, walaupun terasa nyeri saat paru-paru nya berusaha mencerna oksigen yang ia hirup.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 13 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Your Smile : Shift of time era.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang