Sudah pukul 23.17 malam. Seokjin belum memejamkan matanya setelah obrolan dengan Paman Hong yang sedikit menarik perhatian nya. Dalam waktu dekat juga seokjin harus melaksanakan ujian nasional, tetapi biaya sekolah belum lunas hingga saat ini yang membuat nya terancam tidak ikut ujian atau tertunda sementara.
"Apa aku terima saja tawaran Hong samchon, ya?" Lirih seokjin yang masih kebingungan. Seokjin pikir akan tetap berada di rumah semakin menambah beban eomma dan appa nya. Walaupun itu sebuah keharusan untuk sekolah, seokjin seakan tidak tega juga tidak memaksa jika ujian nya nanti harus ditunda.
"Jinnie..." Panggil Hani lirih sambil mendorong pintu kamar putranya itu pelan.
"Eomma, mianhaeyo karena jinnie belum bisa tidur ka -..."
"Tidak perlu memikirkan tawaran samchon, sayang. Eomma akan mencari uang untuk melunasi biaya sekolah mu supaya bisa mengikuti ujian seperti biasanya."
Seokjin terdiam menatap wajah sendu Hani tidak tega.
"Eomma, kalau aku ikut bekerja dengan appa sementara waktu bagaimana? Tidak apa apa, kan, eomma?" Tanya seokjin mencoba mencari jalan keluar. Hani menggelengkan kepalanya.
"Bukankah jinnie akan sangat sibuk dengan segala ujian?"
"Jinnie bisa membagi waktu, eomma." Seokjin mendekat, memeluk Hani menyakinkan Hani bahwa dia itu sanggup membantu mencari biaya untuk melunasi biaya sekolah nya demi mengikuti ujian nasional yang akan segera berlangsung beberapa bulan lagi.
Hani menghembuskan nafasnya panjang. Lantas wanita itu langsung memeluk seokjin erat tanpa ingin melepaskan. Walaupun belum memberikan kebahagiaan yang benar benar dirasakan oleh anaknya, Hani sangat bersyukur dan tidak pernah menyesal menjaga seokjin meskipun banyak kekurangan yang dia berikan.
"Eomma mianhaeyo..." Air mata wanita itu luruh begitu saja. Seokjin membalas pelukan hangat Hani. Seokjin tidak pernah menyesal berada di keluarga ini. Mungkin mereka memang kekurangan dalam ekonomi tapi, percayalah mereka tidak pernah merasa kurang kasih sayang dan kenyamanan.
.......
Keseharian seokjin mulai sibuk sejak dirinya memutuskan untuk ikut bekerja dengan Sungtae. Selain mengurus kebun di pagi hari, Seokjin sorenya bekerja sebagai sopir mobil box atau sales untuk mengantarkan barang. Seokjin yang mulai diajari menyetir perlahan bisa tanpa waktu yang lama karena seokjin memang serius untuk membantu Sungtae. Jadi, Sungtae tidak perlu membawa orang lain melainkan anaknya sendiri.
Pekerjaan itu dilakukan ketika seokjin pulang sekolah. Sementara sungtae yang baru selesai mengurus kebun nya, mereka sudah membagi waktu tersebut. Tidak ada yang mempersulit, owner nya pun menyadari kesibukan mereka dan menyetujui kesepakatan itu.
Sampai di rumah sekitar pukul 20.38 malam. Tidak sampai disitu, kesibukan seokjin juga banyak setelah pulang bekerja untuk membantu Sungtae, dia masih harus belajar untuk persiapan segala ujian yang akan berlangsung.
Sekitar jam 22.40 malam, seokjin baru benar benar siap untuk tidur. Itupun seokjin harus bangun jam 03.00 pagi untuk kembali belajar. Sebagai siswa pintar, tidak ada yang instan. Jika seseorang berpikir anak pintar dan berprestasi itu beruntung, tentu saja salah.
"Seokjin?" Panggil guru Jung selaku guru bahasa Korea yang tengah mengajar di kelas seokjin tersebut. Tampak nya, guru itu melihat seokjin yang tengah menjatuhkannya kepalanya di meja.
Guru Jung hanya mengamati nya dari kejauhan. Setelah panggilan pertama itu tidak mendapatkan respon dari seokjin, guru Jung mulai kesal.
"HEO SEOKJIN!" Nadanya semakin meninggi hingga membuat siswa yang lain ikut mengalihkan pandangan ke arah seokjin yang menunjukkan keterkejutan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rich Son ( END ) ✅
FanfictionKecelakaan yang terjadi di Tol Gyeongbu, Seoul menewaskan banyak korban dengan skala besar. Termasuk keluarga kaya raya ini.