Makanan yang dibelikan oleh Hyojin, dua kotak yang diantar oleh Jeonghan masih utuh di atas meja. Bahkan mereka berdua belum mengganti pakaian sampai malam ini. Pikirkan nya terasa kacau sampai tidak bisa melakukan apapun sebelum mendengar kabar dari ibunya bahwa appa mereka baik baik saja.
"Jinnie Hyerin!"
Seokjin langsung mendongak untuk melihat siapa yang datang. Dari suara yang dia dengar sudah tidak asing. Seokjin beralih menatap jam dinding yang sudah menunjukkan pukul 20.51 malam. Hyerin yang mengetahui kedatangan Hani langsung beranjak bangun dan berlari untuk mendekat. Sementara seokjin hanya melihat dengan posisi yang sama.
"Eomma, bagaimana keadaan appa?" Tanya Hyerin dengan raut wajah penuh kekhawatiran. Matanya yang sembab membuat Hani langsung merangkul putrinya sambil mengelus punggung nya lembut lalu menuntun Hyerin untuk duduk bersamanya.
Mereka bertiga duduk di bawah alas tiker. Hani menatap kedua anaknya bergantian yang terlihat sangat mengkhawatirkan Sungtae. Dia mencoba untuk menarik tepi bibirnya, kekhawatiran yang diperlihatkan keduanya malah membuat Hani menghangat.
"Appa masih harus dirawat karena hari ini uisa nya tidak ada. Mungkin besok siang sudah diperbolehkan pulang. Kalian tidak perlu ke rumah sakit. Di rumah saja ya?" Hani menatap kedua nya bergantian.
Seokjin maupun Hyerin menganggukan kepalanya meskipun mereka ingin sekali melihat keadaan Sungtae. Tapi akan lebih baik jika mereka diam di rumah dan tidak merepotkan ibunya.
.......
Tiga bulan sejak kecelakaan yang dialami oleh Sungtae, keluarga Hani semakin kekurangan ekonomi untuk segala hal. Bertobat yang tidak bisa ditunda sampai merelakan uang biaya ujian nasional seokjin yang sudah di kumpulkan sejak lama.
Seokjin sendiri yang menyadari itu tidak bisa egois. Dia bisa menunda ujian nasional tapi tidak bisa menunda kesembuhan Sungtae. Sampai suatu saat terbesit di pikiran seokjin untuk menemui yoongi setelah sekian lama laki laki itu tidak mengganggu nya lagi. Entah karena bosan atau hal lainnya, tapi untuk menyerah sepertinya tidak. Karena yoongi bukanlah tipe orang yang mudah melepaskan sesuatu yang dia inginkan.
"Waeyo? Akhirnya kau menemui aku juga. Kalau mau berubah pikiran masih ada waktu sampai kelulusan." Yoongi tersenyum licik. Dia tengah menyusun rencana hingga sengaja melukai appanya seokjin. Pada akhirnya, seokjin datang kembali padanya sesuai rencana nya.
"Tapi, aku tidak ikut ujian, yoongi ssi. Bagaimana bisa ijazah nya ditukar?" Tanya seokjin mengingat dia belum melunasi semuanya hingga kini.
"Ahhh, aku mengerti. Pasti banyak tunggakan yang belum kau selesaikan, kan? Itu urusan mudah. Tapi, apa kau bisa aku percaya?" Sergah yoongi sambil memicingkan matanya ke arah seokjin.
Seokjin mengangguk-anggukkan kepalanya lalu membahas tentang uang yang seokjin butuhkan.
"Mian, kau bisa memberiku berapa?" Tanya seokjin dengan penuh kehati-hatian. Yoongi tertawa mendengar pertanyaan yang dilontarkan oleh seokjin.
"Kau maunya berapa, bilang saja."
Seokjin terdiam, dia tengah menghitung berapa biaya yang kini ia butuhkan. Setidaknya sebelum paman Hong kembali dan dia ingin ikut.
"15 juta won."
Yoongi tersenyum sambil mengangkat alisnya. Baginya itu harga yang tidak seberapa. Karena yang dia inginkan memang ijazah seokjin. Setelah seokjin menyetujui, bahkan dia harus menyogok pihak sekolah nya.
"Aku akan memberi 50 juta won permanen, bagaimana?" Ucapnya kembali meminta persetujuan pada seokjin.
"Permanen?!" Pekik Seokjin berusaha memahami kalimat tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rich Son ( END ) ✅
FanfictionKecelakaan yang terjadi di Tol Gyeongbu, Seoul menewaskan banyak korban dengan skala besar. Termasuk keluarga kaya raya ini.