1. Klimt

3.1K 205 0
                                    

Alunan musik klasik dan ocehan seseorang membuat suasana begitu kontras. Yang diceramahi selama setengah jam hanya bisa diam menatap keluar jendela mobil. Orang-orang yang berlalu lalang dan beberapa foto idol yang terpampang di badan bus lebih menarik baginya.

"Pokoknya kamu kalo udah nyampe langsung telepon Mama. Harus! Kamu denger, gak?"

Entah sudah berapa kali pertanyaan itu muncul dari mulut wanita itu. Dan jawaban, "Iya, Jungwon denger, Ma." Selalu juga jadi pengiringnya.

"Mama udah masukin obat-obat pribadimu di tas. Jangan lupa diminum obatnya kalo kamu ngerasa gak enak badan. Atau langsung ke dokter aja. Mama kali ini gak bisa dampingin kamu, Dek."

Jungwon menghela napas diam-diam. "Iya, Ma, iyaaa."

"Jangan iya-iya aja, lho. Beneran dilakuin. Mama hapal banget kamu tuh iya-iya, taunya gak dilaksanain."

Kali ini Jungwon menoleh ke Mamanya yang sedang fokus mengemudi. "Beneran Mamakuuuu yang paling cantik sejagad rayaaaa."

Tak bisa bohong, Mama Jungwon tersenyum malu mendengar ucapan klise anaknya itu.

"Ok. Mama percaya."

Tak lama, mobil mereka sudah sampai di bandara. Mama menuruni mobil, begitu juga dengan Jungwon, lalu membuka bagasi dan mengambil koper.

"Mama cuma bisa anter kamu sampai sini aja." Mama kembali menutup pintu bagasi. Kemudian ia tatap anak laki-lakinya itu. "Sini, peluk duluuu."

Jungwon terkekeh gemas melihat tingkah mamanya yang jadi seperti anak kecil. Pada akhirnya, ia sambut juga rentangan tangan mamanya itu dalam sebuah pelukan yang tak kalah hangat. "Ma, aku pergi gak bakal lama."

"Iya tauuu." Mama mengusap punggung Jungwon, menyalurkan rasa sayang untuk anak yang tidak akan ia temui beberapa hari ke depan. "Kalo papa sampai tau, habis kita, Dek."

Jungwon mengulurkan pelukannya lalu tertawa. "Habis kita, Ma. Apalagi aku, ya. Bisa-bisa papa mogok ngomong."

Mama tersenyum risau. Membayangkan suaminya mengamuk jadi seram juga.

"Ya udah ya, Dek. Mama langsung balik ke kampus lagi nih. Kamu nelepon dadakan banget. Kirain berangkatnya besok."

Mama Jungwon adalah dosen di salah satu universitas swasta di Seoul. Satu jam yang lalu anaknya itu meneleponnya dan bilang kalau ia akan berangkat sebentar lagi. Buru-buru Mama menuju parkiran. Untung kelasnya sudah selesai dan akan dilanjut satu jam dari sekarang. Tadinya Jungwon tidak apa-apa kalau naik kendaraan umum. Tapi mama tidak mengizinkan. Katanya harus diantar. Ya sudah Jungwon menurut saja daripada urusan jadi panjang.

"Kalau gitu Jungwon pergi dulu ya, Ma. Nanti Jungwon beliin oleh-oleh." Jungwon mengambil satu kopernya dan membetulkan tas ranselnya.

"Gak usah. Kamu pulang selamat pun mama udah bahagia banget, Dek." Mama mengusap rambut hitam legam Jungwon. "Yang harus kamu pikirin itu gimana caranya papa gak ngamuk sama kamu. Terutama mama. Mama nih nanti yang ketemu langsung sama papamu. Penjahat yang ada di TKP, istilahnya."

Kali ini Jungwon benar-benar terbahak. "Mama gak usah lebay gitu, ah. Udaaaah, tenang aja nanti Jungwon pikirin jalan keluarnya. Mama sehat-sehat, ya."

Mama tersenyum haru. "Sini, peluk mama sekali lagi."

Dan pelukan itu benar-benar yang terakhir sebelum mama masuk kembali ke mobil dan Jungwon berjalan ke terminal keberangkatan.

——*——

Jungwon menatap tiket pesawat di tangannya. Ia pastikan maskapai serta jam penerbangan sudah benar.

Sambil menunggu, Jungwon membeli satu gelas caffé latté dan cupcake cokelat. Kemudian ia duduk di deretan bangku yang sepi.

Sonnenblume [jaywon] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang