2. First Wine

1.4K 177 9
                                    

"Lo ... orang korea?" Kali ini entah kenapa wajah Jungwon sedikit melunak. Ekspresi wajahnya juga sedikit berubah. Ada keterpanaan dalam tatapannya. Dia bertemu orang yang ia paham bahasanya. Ehem, ditambah ternyata paras itu cukup tampan.

Pria di depannya juga tidak kalah terkejut mendengar Jungwon bicara Bahasa Korea. "Iya. Lo sendiri dari Korea?"

Jungwon mengangguk. Namun, sedetik kemudian ia bersikap waspada. "Elo ... kalo lo bukan stalker terus ngapain ngikutin gue?"

Pria itu tertawa mengejek. "Ngikutin lo? Siapa juga yang ngikutin lo. Ini tuh tempat umum. Siapa aja boleh ke sini. Waktu di museum juga gitu, kan? Emang kebetulan aja kita ketemu."

Jungwon menyipitkan matanya. "Terus kenapa lo ikut lari pas gue lari? Malah pura-pura kayak orang bego pas gue noleh?"

Sekakmat. Pria itu panik. "Kalo itu ... gue gak bisa bilang gak ngikutin lo."

"NAH KAN!" Jungwon hampir teriak namun pria di depannya meletakkan jari telunjuk di bibir.

"Ssshhh! Bukan gitu maksud gue! Dengerin dulu penjelasan gue."

Jungwon merengut sebal. Sudah tahu cuaca panas, tapi orang ini malah membuatnya kesal.

"Ya udah. Buruan. Gue mau lanjut jalan lagi nih."

Pria itu menghela napas. "Tapi gak di sini."

Semakin saja Jungwon dibuat geram. "Lo kalo gak mau gue teriakin stalker mending langsung to the point aja deh."

"Iya-iyaaa gue jelasin. Tapi gak di sini." Pria itu melihat sekeliling kemudian menunjuk salah satu toko yang menjual berbagai jenis keju dan daging. "Ayo kita duduk di sana. Gue kenal yang punya toko. Kalo lo gak percaya lo bisa tanya beliau nanti."

Jungwon menatap pria itu. Ia masih belum percaya. Kalau bukan stalker, apa dia itu pencopet? Atau mau menipu Jungwon? Atau mau menghasut Jungwon untuk masuk ke dalam satu sekte sesat yang bisa mengambil jiwa Jungwon?

Jungwon menggelengkan kepalanya. Pikirannya terlalu jauh. Tapi dilihat dari sorot mata dan cara bicaranya untuk meyakinkan Jungwon, itu tatapan yang sungguh-sungguh.

"Kenapa lo geleng-geleng gitu?" tanya pria itu.

"Eh?" Jungwon jadi malu karena gelengannya itu ternyata terlalu kentara. "Enggak. Bukan apa-apa."

"Jadi?"

"Jadi apa?"

"Duduk di sana sambil lo dengerin penjelasan gue."

Karena sorot matahari semakin panas dan dirinya juga butuh istirahat sejenak, sepertinya tidak apa-apa kalau mengiyakan ajakan orang ini. Kalau ia macam-macam, Jungwon bisa gunakan keahlian bela dirinya. Atau kalau mau lebih gampang, ia bisa teriak sekencang-kencangnya.

"Ok." Kemudian Jungwon pergi lebih dulu ke toko—yang ternyata menjual jenis makanan khas.

Tanpa Jungwon sadari, pria itu mengembangkan senyumannya lebar.

——*——

"Hai, Anne!"

"Oh, Jay!"

Jungwon melirik pria itu. Ternyata namanya Jay. Setelahnya ia tidak mengerti apa yang mereka bicarakan. Obrolan mereka menggunakan Bahasa Jerman.

Berbagai macam makanan ada di etalase. Jungwon meneliti nama dari setiap makanan yang disajikan di sana. Dari mulai yang ia tahu sampai yang ia tidak pernah dengar. Dari yang sangat familier sampai yang tidak pernah ia lihat sebelumnya.

Sonnenblume [jaywon] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang