12. Painful Embrace

833 117 12
                                    

Aktivitas di galeri nampak sibuk. Sepasang muda-mudi terlihat sedang belajar membuat keramik pertama mereka bersama Jungwon. Dengan telaten, Jungwon memberitahu tahap demi tahap proses pembuatan sebelum ke proses inti. Setelah Jungwon menjelaskan secara rinci, pasangan itu memutuskan untuk membuat gelas beserta mangkuk.

Jake juga sedang melayani beberapa pengunjung yang datang hari ini. Selama satu minggu pembukaan, galeri Jungwon ini selalu saja ada yang mengunjungi setiap harinya. Jungwon berterima kasih kepada bos lamanya, papanya Sunghoon, karena sudah bersedia mempromosikan galeri barunya ini. Karena Jungwon juga sudah punya pelanggan tetap dari galeri sebelumnya, sampai saat ini ia sudah dapat beberapa pesanan gelas, piring, dan sebagainya. Namun, karena yang membantunya juga masih sangat sedikit, terpaksa Jungwon harus membatasi pesanan. Sekarang, ia lebih fokus untuk workshop-nya terlebih dahulu.

"Kamu mau warna apa?" tanya si pemuda pada perempuan yang masih sibuk merapihkan tekstur gelas.

"Hm, pink aja."

"Eh? Pink? Biru aja. Atau hijau. Katanya warna hijau bisa buat orang jadi nafsu makan."

Si perempuan melirik. "Maksudnya biar aku jadi sering makan?!"

Jungwon terkejut karena suara si perempuan sedikit meninggi. Ia lirik pemuda yang wajahnya sedikit panik.

"Enggak dong, sayaaang. Maksudnya kan biar kita sering pake gelas sama mangkuknya. Biar selalu inget satu sama lain." Pemuda itu menggeser duduknya dan menyenggol bahu sang kekasih dengan bahunya sendiri. Berusaha menggoda.

Jungwon yang melihatnya hanya tersenyum tertahan. Kemudian ia terpaksa memotong acara merajuk itu. "Jadi ... warnanya mau apa? Nanti biar bisa saya siapkan."

"Hmm ...." Kali ini si perempuan lah yang berpikir karena si pemuda itu memilih untuk mengalah saja. "Biru muda sama putih aja, deh. Menurut kakaknya bagus, gak?"

Jungwon mengangguk. "Bagus. Selagi itu bisa ngebuat kita seneng, pasti bagus." Kemudian Jungwon berdiri. "Kalo dirasa sudah cukup, bisa langsung bersih-bersih terus pindah ke tempat selanjutnya, ya. Nanti biar saya yang lanjut untuk finishing."

"Oh, ok."

Ketika Jungwon ingin melangkah, Jake masuk ke ruangan dan memanggil Jungwon.

"Won, ada tamu lagi tuh. Gue gak bisa ninggalin nih, ada telepon dari Pak Shin."

Jungwon melihat ke dua tamunya tadi, kemudian ia mengangguk. "Kalo lo udah selesai tolong gantiin gue di sini, ya. Atau gak Sunoo. Dia di mana?"

"Ngecek barang yang baru dateng. Nanti gue bilang dia, deh."

"Ok." Lalu Jungwon berbalik untuk bicara ke pasangan itu. "Kak, maaf, saya tinggal dulu, ya. Kalo saya lama kemungkinan temen saya yang gantiin. Nanti tinggal bilang ke mereka aja tadi prosesnya sampai mana. Pasti mereka langsung paham."

"Oh, gitu, ya. Iya deh gak apa-apa. Makasih, ya."

Jungwon tersenyum. "Sama-sama. Seharusnya saya yang berterima kasih udah mau jauh-jauh ke sini."

Pemuda itu mengibaskan tangannya sambil menggeleng. "Eiii, Pak Park sendiri yang udah rekomendasiin tempat ini ke kami berdua. Jadi kami pasti percaya."

Jungwon hanya tersenyum. Jujur saja, mendapat pujian seperti itu rasanya sangat puas. Setelah bertahun-tahun belajar membuat barang pecah belah dari tanah liat dan turunannya, akhirnya Jungwon bisa membagikan sedikit ilmunya dan memanfaatkannya. Ia sudah bertekad akan melakukannya dengan maksimal.

Setelah itu, Jungwon pergi meninggalkan ruangan dan berjalan menuju ruang tunggu. Ia sempat melewati beberapa pengunjung yang datang dan menyapa mereka. Dengan langkah cepat, ia buka apron cokelat yang kotor itu dan melipatnya di tangan.

Sonnenblume [jaywon] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang